PM, Kabar mengejutkan datang dari nilai tukar mata uang dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah yang tercatat mengalami penurunan signifikan hingga menyentuh angka Rp8.170,65 per USD pada Sabtu, 1 Februari 2025. Data ini ditampilkan melalui pencarian Google dan dengan cepat memicu berbagai spekulasi.
Peristiwa tersebut membuat banyak pihak bertanya-tanya apakah penurunan tajam ini disebabkan oleh kondisi ekonomi yang tidak biasa atau sekadar kesalahan teknis. Menanggapi hal ini, perwakilan Google memberikan klarifikasi bahwa nilai tukar yang muncul di mesin pencarian adalah hasil dari kesalahan teknis.
“Kami menyadari adanya kesalahan dalam data nilai tukar yang ditampilkan. Saat ini, kami tengah berkoordinasi dengan penyedia data pihak ketiga untuk segera memperbaiki masalah tersebut,” ujar perwakilan Google.
Berita mengenai kesalahan data ini dengan cepat menyebar di berbagai platform media sosial, termasuk Twitter, Facebook, dan Instagram. Banyak warganet yang bereaksi antusias atas fenomena penurunan kurs dolar ini, meskipun belakangan diketahui bahwa informasi tersebut tidak akurat.
Sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sepanjang Januari 2025 mengalami fluktuasi akibat berbagai sentimen negatif di awal tahun, yang membuat kurs dolar sempat mendekati angka Rp16.400 per USD. Namun, data dari pencarian Google menunjukkan nilai tukar sebesar Rp8.170,65 per USD, atau pelemahan 49,66% dalam time frame USD/IDR satu bulan.
Bank Indonesia dan lembaga keuangan lainnya belum memberikan konfirmasi resmi terkait data yang ditampilkan oleh Google tersebut. Berdasarkan informasi yang lebih kredibel dari Bloomberg, kurs rupiah terhadap dolar AS pada Sabtu, 1 Februari 2025, berada di kisaran Rp16.304 per USD, menandakan bahwa informasi dari Google memang tidak akurat.
Kejadian ini menggarisbawahi pentingnya verifikasi data dari sumber-sumber resmi. Pemerintah serta otoritas keuangan terus memantau perkembangan situasi ini guna memastikan tidak ada kebingungan di kalangan masyarakat maupun pelaku pasar.
“Masyarakat diimbau untuk tidak langsung mempercayai informasi yang belum terverifikasi dan tetap merujuk pada sumber resmi seperti Bank Indonesia atau lembaga keuangan terpercaya lainnya,” tegas seorang pejabat Kementerian Keuangan.
Fenomena ini menjadi pengingat penting bagi pengguna internet untuk lebih berhati-hati dalam menerima informasi yang tersebar luas, terutama yang bersifat krusial seperti data ekonomi. Dengan semakin maraknya penyebaran informasi yang tidak terverifikasi, kesadaran akan pentingnya literasi digital sangat diperlukan guna menghindari potensi dampak yang lebih besar di kemudian hari
Belum ada komentar