PM, TAPAKTUAN—Kabupaten Aceh Selatan yang dikenal sebagai daerah penghasil pala terbesar di Provinsi Aceh, selain memproduksi minyak atsiri (minyak pala), masyarakat di sana juga mampu memproduksi kue, manisan dan sirup dari bahan baku pala.
Produk yang dihasilkan tersebut, tidaknya hanya menjadi konsumsi masyarakat setempat, tapi juga menjadi incaran konsumen luar daerah bahkan sampai luar negeri. Kue dan sirup pala telah menjadi makanan dan minuman cirikhasnya Tapaktuan, Kabupaten Aceh Selatan. Setiap warga yang berkunjung ke daerah itu, belum lengkap rasanya jika belum membawa pulang kue dan manisan serta sirup pala sebagai oleh-oleh buat keluarga dirumah.
Suryati, seorang pengusaha kue pala di Tapaktuan menuturkan, produk kue, manisan dan sirup pala yang dia hasilkan, mampu menarik minat pembeli baik dari dalam daerah maupun luar daerah.
Dia mengatakan, kebanyakan pembeli produk kue pala miliknya tersebut berasal dari Banda Aceh, Pidie, Aceh Utara, Aceh Barat, Langsa, Aceh Singkil serta Provinsi Sumatera Utara.
“Sejak beberapa tahun terakhir, saya juga sering menerima pesanan kue, manisan dan sirup pala oleh pembeli dari Pulau Jawa dan bahkan dari Singapure. Ini membuktikan bahwa produk ini tidak hanya telah terkenal di dalam negeri tapi juga diminati oleh konsumen luar negeri,” ucap ibu tiga anak ini.
Dia menceritakan, usaha kue pala yang diberi nama usaha Cahaya Rezki yang beralamat di Jalan Jenderal Sudirman, Lorong Pemuda Nomor 55 Desa Padang, Kota Tapaktuan itu, telah beroperasional sejak 21 tahun lalu.
Usaha itu pertama dirintis dari kecil-kecilan, sebagai usaha sampingan di rumah untuk membantu suaminya yang bekerja sebagai PNS di Pemkab Aceh Selatan.
“Pada awal-awal dulu, kue dan manisan serta sirup pala yang saya buat secara kecil-kecilan di rumah, proses penjualannya dengan cara saya titipkan di toko milik orang lain yang berjualan produk itu. Usaha yang dulunya dianggap sampingan itu ternyata prospeknya cukup cerah dan menjanjikan. Karena laku keras, setelah beberapa tahun kemudian akhirnya saya putuskan untuk membuka usaha penjualan secara mandiri. Meskipun tempat usahanya masih di rumah tempat kediaman, tapi hal itu bukan sebuah hambatan sebab produk itu tetap diburu oleh pembeli,” ungkapnya.
Dia menyebutkan, kue dan manisan pala yang dia hasilkan itu dijual dengan harga mulai dari Rp5.000 sampai Rp6.000/bungkus (isi lima potong). Sedangkan sirup pala dijual seharga Rp15.000/botol.
“Kalau omset per harinya yang saya dapat tidak tentu, tergantung pembeli. Tapi rata-rata penjualan meningkat di saat menjelang bulan Puasa, menjelang hari raya dan tahun baru,” ujarnya.
Dia menjelaskan, proses pembuatan produk tersebut, pertama kali buah pala basah dibeli dari petani, kemudian di kupas dan kulitnya dipotong kecil-kecil dan di cuci menggunakan air garam dan setelah di cuci baru dimasak sampai mendidih. Setelah itu dimasak lalu diangkat dan dikeringkan. Setelah beberapa jam baru ditaburi gula yang selanjutnya dibiarkan dalam baskom selama kurang lebih tiga hari. Setelah itu, dilakukan pengerikan kembali di ruang kaca supaya terhindar dari gangguan lalat ataupun debu.
Meskipun jumlah produksi yang dihasilkan terus meningkat setiap tahunnya, namun sampai saat ini, Suryati belum merasa perlu mempekerjakan orang dari luar, sebab usaha keluarga itu masih bisa dikerjakan dengan dibantu oleh anak-anaknya dan keluarga dekat.
Dari hasil usahanya itu, selain mampu menambah penghasilan keluarga, Suryati juga telah mampu menyekolahkan anak-anaknya. Dari tiga orang anaknya, satu di antaranya sudah selesai kuliah dan bekerja di salah satu Puskesmas di Aceh Selatan. Seorang lagi sedang berkuliah di Banda Aceh dan satu orang lagi sedang menimba ilmu di bangku SD.
“Meskipun usaha ini bukan penghasilan utama keluarga kami, tapi setidaknya mampu mendongkrak perekonomian keluarga,” ucap perempuan yang hanya menamatkan sekolah tingkat SLTA ini.
Belum ada komentar