Terkurung membuat sekelompok napi ini justru menghasilkan karya yang menarik.
Oleh Iskandar Ishak
Mendengar sebutan narapidana, tentunya membuat kita berpikir lain. Namun siapa sangka dari tangan mereka bisa tercipta karya seni yang mengagumkan. Setidaknya telah dibuktikan oleh segelintir napi di Rumah Tahanan (Rutan) Idi Rayeuk, Aceh Timur.
Ridwan (27) bersama kawan-kawannya, Yahya (35), Adi (24), Raman (30), Saiful Usman (40), Efendi (36), Asnawi (36), dan Hambali (34), mampu membuat miniatur kapal berbahan baku bambu, setelah beberapa kali mengikuti pelatihan keterampilan yang disediakan oleh Lembaga Pemasyarakat (Lapas) Idi itu.
Sejak 2013, mereka sudah bisa berkarya tanpa ditemani mentor yang biasanya disediakan Lapas. Mereka menciptakan miniatur kapal itu bukan di tempat khusus, justru dari dalam penjara.
Ridwan dalam sebulan mampu menghasilkan 10 unit miniatur kapal yang dibantu teman-temannnya sebanyak 15 kapal, dengan harga jual mulai dari Rp150 ribu sampai Rp1 juta.
“Karya kami sudah pernah dipamerkan di beberapa stan di samping sudah dipasarkan ke luar daerah sebagai oleh-oleh atau buah tangan dari rutan cabang Idi, Aceh Timur. Bahkan sudah pernah dibeli oleh Sekda Aceh Timur, M Ikhsan Ahyat saat singgah ke sini,” ucap Ridwan kepada Pikiran Merdeka.
Ia mengungkapkan, keterbasan ruangan tak menghalangi mereka berkreasi membuat miniatur kapal. “Sehingga kelak ketika bebas nanti, kami sudah punya skill atau keterampilan tangan demi memenuhi kebutuhan keluarga.”


Ridwan menyebutkan, untuk bahan baku utama, mereka menggunakan barang-barang seperti bambu, kawat bekas, platik, lem dan paku. Kemudian dirangkai hingga membentuk miniatur kapal layar dan menghasilkan 5 unit kapal dalam waktu 2 minggu pengerjaan.
Pihak Lapas Idi menurutnya mendukung penuh kegiatan mereka, dengan mencarikan bahan baku dan memasarkan hasil kreasi mereka ke pihak ketiga.
“Saya berharap masyarakat menjadi tahu, sebagian besar napi bisa berkarya dari dalam penjara,” ujar Ridwan.
Dukungan Lapas

Yusnaidi SH, Kepala Cabang Rutan Idi, Aceh Timur, mengatakan, pihaknya akan terus mendukung kreativitas para napi hingga sukses dalam berkarya.
“Mereka yang sudah mampu membuat miniatur kapal sekitar 15 orang. Banyak dari mereka yang kreatif tersandung kasus narkotika,” katanya kepada Pikiran Merdeka, Kamis 24 Maret, di ruang kerjanya.
Yusnaidi menyebutkan, para napi kreatif itu selama ini sudah berpenghasilan. Bahkan hasil penjualan karya mereka sebagiannya sudah bisa diberikan kepada keluarga mereka.
“Jadi tidak perlu lagi keluarga yang memberi untuk kebutuhan mereka, karena karya mereka ada yang beli,” ujarnya.
Menurutnya, karya napi binaan Lapas Idi sudah dipamerkan mewakili provinsi Aceh pada pameran hukum dan HAM di Jakarta. Karya mereka juga disambut baik oleh Kakanwil Hukum dan HAM Provinsi Aceh.
Ia pun berterimaksih kepada Pemerintah Kabupaten Aceh Timur dan Balai Latihan Kabupaten Aceh Timur serta Dinas Sosial Aceh Timur yang telah bekerjasama dengan Lapas Idi dalam pelatihan keterampilan kepada warga binaannya.
Warga binaannya yang lain juga diharapkannya agar mampu berkarya seperti yang sudah dilakukan ke-15 napi di atas, sehingga nanti setelah mereka bebas sudah mempunyai keterampilan berkreativitas di tengah-tengah masyarakat.[]
Diterbitkan di Rubrik BISNIS Tabloid Pikiran Merdeka edisi 118 (4 – 10 April 2016)
Belum ada komentar