Kemlu: Pendaratan Rohingya Diduga Terkait Jaringan TPPO

Kemlu: Pendaratan Rohingya Diduga Terkait Jaringan TPPO
Ratusan imigran Rohingya tiba di Pantai Ujong Blang, Kecamatan Banda Sakti, Kota Lhokseumawe, Senin dinihari (7/9/2020). (Foto/Ist)

PM, Jakarta – Pendaratan kapal-kapal pengungsi etnis Rohingya di kawasan Indonesia, khususnya Aceh diduga punya keterkaitan dengan jaringan sindikat Tindakan Pidana Perdagangan Orang (TPPO).

Hal ini dikatakan Direktur Hak Asasi Manusia (HAM) dan Kemanusiaan Kementerian Luar Negeri RI, Achsanul Habib saat konferensi pers, Kamis lalu (19/1/2023), seperti dilansir dari Republika.

Pihaknya menduga terdapat pola yang sama dalam gelombang pengungsi Myanmar yang tiba di Aceh. Para pengungsi ini, ujar Habib, merupakan secondary movement dan terlibat dengan jaringan sindikat Tindakan Pidana Perdagangan Orang (TPPO). Dalam hal ini pengungsi Rohingya di Aceh kebanyakan datang dari kamp pengungsian Cox’s Bazar di Bangladesh.

“Mereka ini diatur oleh pihak-pihak tertentu yang mencari tujuan ke negara tertentu dan Indonesia adalah negara transit bukan tujuan utamanya,” ujar Habib.

Para pengungsi melarikan diri dari kamp mereka bukan karena persekusi, lanjut dia, melainkan motif ingin mencari pekerjaan untuk penghidupan yang lebih layak.

Hal ini pun juga yang memicu niat jahat dari pihak yang tidak bertanggung jawab. Pengungsi dibohongi oleh para sindikat broker ilegal, yang kemudian diduga berperan besar atas gelombang pengungsian selama ini.

Habib menekankan pihaknya mulai fokus pada peningkatan kapasitas negara-negara di kawasan terkait pencegahan praktik sindikat tersebut terhadap pengungsi yang juga bermotif uang dan pembayaran tertentu.

Dugaan lainnya, pendaratan Rohingya di Aceh dipandu melalui koordinat GPS. “Kita melihat mereka memiliki koneksi atau jaringan di Aceh dan mereka dipandu dengan koordinat tersebut,” kata Habib.

Menurutnya, titik koordinat GPS pengungsi tersebut juga dimiliki lembaga internasional, LSM nasional dan internasional serta pemerintah negara asing melalui kedutaannya. “Jadi koordinat mereka tercatat dan disebarkan termasuk pergerakan dan perpindahan di tengah laut,” jelasnya.

Ia juga menjelaskan bahwa para pengungsi masuk ke Indonesia menggunakan kesempatan hari-hari tertentu, seperti mengikuti musim, dini hari, dan hari libur. Dalam tiga bulan belakangan, tercatat 644 pengungsi Rohingya tiba di Aceh dalam tiga gelombang.[]

Belum ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait