Kejutan ‘Injury Time’ Cagub Aceh

Calon Gubernur Aceh Ilustrasi PM/Nurhadi
Calon Gubernur Aceh Ilustrasi PM/Nurhadi

Kontestasi Pilkada Aceh memasuki babak baru. Berbagai kejutan dipertontonkan para kandidat di menit-menit akhir menjelang pendaftaran. 

Tahapan Pilkada Aceh menyudahi masa pendaftaran pasangan kandidat. Pertengahan pekan lalu, 21-23 September 2016, Komisi Independen Pemilihan (KIP) Aceh resmi menerima pendaftaran pasangan calon yang mendaftar dari koalisi partai maupun jalur independen.

Tercatat, ada tiga paslon dari koalisi partai dan tiga dari jalur independen. Pasangan Irwandi Yusuf-Nova Iriansyah, Tarmizi Karim-Teuku Machsalmina Ali, dan Muzakir Manaf-Teuku Al Khalid diusung Parpol. Selebihnya, Paslon Zakaria Saman-Teuku Alaidinsyah, Abdullah Puteh–Sayed Mustafa Usab dan Zaini Abdullah–Nasaruddin maju melalui jalur independen.

Perjuangan keenam Paslon ini mampu sampai fase ini tak bisa dibilang enteng. Bagi pasangan yang berasal dari Parpol, selain sulitnya mendapatkan dukungan Parpol  juga diikuti terkurasnya waktu dan tenaga untuk proses lobi. Bahkan, untuk meyakinkan Parnas, kandidat harus bolak-balik menemui petinggi partai di Jakarta. Hasilnya juga tak selamanya sesuai harapan. Begitu pula calon kandidat independen, ketiganya melewati jalan berliku. Kini meski telah terdaftar, mereka masih harus melengkapi kekurangan dukungan KTP.

Cerita kekecewaan menjelang pendaftaran juga menyelimuti Partai NasDem dan Golkar Aceh. Empat hari menjelang kran pendaftaran dibuka, Zaini Djalil “diceraikan” Tarmizi Karim di tengah jalan. Padahal, Zaini dan NasDem adalah partai yang getol memperjuangkan mantan PJ Gubernur Aceh itu. NasDem juga diketahui sebagai partai yang sejak awal memperjuangkan Tarmizi ke partai lainnya. Namun, masuknya Golkar membuat pasangan yang sempat dilabeli “Soekarno-Hatta dari Aceh” ini harus berpisah. Kader NasDem pun murka akibat keputusan ini.

Meski akhirnya Tarmizi berpasangan dengan Macsalmina yang juga Sekretaris DPD I Golkar Aceh, kabarnya tidak semua fungsionaris partai beringin ini puas. Paling kecewa tentu saja TM Nurlif yang telah enam bulan bekerja mensosialisasikan diri kepada kader dan rakyat sebagai Cagub. Bahkan, hingga dua pekan lalu TM Nurlif masih menjadi kandidat Cawagub pendamping Tarmizi jika Zaini memang terdepak. Kekecewaaan tak masuknya Nurlif juga membuat Golkar tak solid mengusung Tarmizi-Machsalmina.

Kesolidan pasangan Muzakir Manaf-TA Khalid terbukti tak bisa digoyahkan kubu Irwandi. Sempat menghebuskan isu adanya pergantian posisi wakil dari TA Khalid ke Abu Razak, Irwandi akhirnya mengaku hal tersebut merupakan propagandanya. Ia menyebutkan, pasangan Mualem-TA Khalid dinilainya “lebih mudah” dilawannya dibanding jika Mualem menggandeng Abu Razak sebagai Cawagub.

Sementara pasangan dari jalur indpenden setelah mendaftar, harus segera bersiap untuk menyerahkan kekurangan dukungan KTP kepada KIP. Jika hingga tenggat waktu yang telah ditetapkan tidak mampu menyanggupinya, mereka dipastikan gagal ikut Pilkada.

Sejatinya, di balik hiruk-pikuk pendaftaran kandidat, rakyat Aceh mengharapkan Pilkada 2017 menghadirkan pesta yang benar-benar demokratis. Selebihnya, dipastikan akan ada kejutan-kejutan baru mendekati suksesi pemilihan yang dihelat 15 Februari 2015.[]

Belum ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait