Kehidupan Kelam Amri Pemulung

Kehidupan Kelam Amri Pemulung
Kehidupan Kelam Amri Pemulung

Amri, pemulung yang sudah mencuri perhatian banyak orang ini memiliki pribadi yang kasar. Tetangganya, Remi Fitriana mengaku Amri sering memukuli istrinya.

“Mereka sering berkelahi, Amri sampe pukul-pukul istrinya,” kata Ana.

Selain itu, kata Ana, ayah empat orang anak itu adalah pecandu rokok. “Jika tidak ada uang untuk beli rokok maka dia akan marah-marah sama istrinya dan menyuruh istrinya minta uang ke tetangga untuk beli rokok dia,” cerita Ana.

Baca: Lika-Liku Amri Pemulung

Menurut Ana, aksinya membawa anak saat memulung itu agar mendapat belas kasihan orang banyak. “Kalau enggak bawa anak, dia enggak dapat uang,” tutup Ana.

Ratna Elliza pun mengaku terkejut setelah mengetahui perangai Amri yang sebenarnya. Segala pernyataan Amri berbanding terbalik dengan apa yang disampaikan tetangga dan keuchik tempat ia tinggal. “Keuchik saja sudah kewalahan dengan mereka berdua, mereka sering berantam sampai bawa-bawa parang,” cerita Ratna.

Amri sudah beberapa kali pindah-pindah rumah. Sebelumnya, ia tinggal di kawasan Lampaseh. Kemudian pindah ke Neuhen karena di Lampaseh ia diusir oleh warga. Musababnya karena Amri ketahuan mencuri. “Dulu dia di Lampaseh tinggalnya, terus karena ketahuan mencuri makanya pindah ke Neuhen. Dan di Neuhen pun pak geuchiknya sampai kewalahan dengan mereka.”

EKSPLOITASI ANAK

Belakangan ini, keprihatinan Ratna berubah menjadi rasa kesal. Pasalnya, Amri memanfaatkan kebaikan dia dan orang banyak yang berusaha membantunya. Amri memanfaatkan anaknya sebagai modus untuk mencari belas kasihan orang-orang. “Si Amri ini modus dia,” ujar Ratna.

Perkataan itu bukanlah tanpa alasan, Ratna dan teman-temannya sudah berupaya membantu Amri dan menyelamatkan anaknya dari bahaya jalanan. Namun Amri memanfaatkannya, setelah meminta modal usaha agar tidak membawa anaknya ke jalanan lagi, kemudian modal usaha itu dihabiskan begitu saja.

“Memang kita udah terjun langsung ke lapangan. Ketika kami memberi bantuan buat dia, besoknya dia minta lagi. Dia beli hp, tivi dan apalah itu lainnya,” sebut Ratna.

Anaknya bungsunya yang baru saja meninggal, kata Ratna, bukanlah karena terhimpit ASI tapi karena tertimpa tumpukan kain yang ada di rumahnya. “Kalau kita lihat postur dada istrinya, tidak mungkin anaknya terhimpit ASI. Tapi anaknya itu tertimpa tumpukan kain. Ya, memang orang kurang waras. Ketika dia kumat, anaknya ditinggal begitu saja. Bahkan, sampai bersemut anaknya karena telat dia tau kalau anaknya sudah meninggal,” cerita Ratna.

“Setelah kejadian itulah Peksos (pekerja sosial) bersama bang Fahmi (Polisi Sosial) memutuskan untuk mengambil anaknya dan membawanya ke Panti Sosial,” sambung Ratna.

Menurut Ratna, Peksos dan kepolisian tidak melakukan hal-hal kasar saat membawa kedua anaknya ke Panti Sosial. “Tidak kasar, yang ada istrinya menjerit-jerit dan mengancam akan bunuh diri saat anaknya diambil dan dibawa ke panti,” sahut Ratna.

Saat anaknya berada di Panti Sosial, kata Ratna, Amri tidak memulung. Ia beralasan sedang mencari pekerjaan lain. “Seminggu sesudah anaknya diambil sama Peksos, Si Amri ini datang ke saya. Dia tanya, bu gimana anak saya. Terus saya bilang kenapa kamu tanya anak kamu, mau kamu bawa mulung lagi. Anak kamu aman di Peksos, saya bilang. Terus si Amri ini bilang lagi, saya mau ambil anak saya,” saat itu kondisi Ratna kesal. “Oh, enggak bener ni si Amri. Pasti dia mau ambil anaknya lagi buat dia bawa mulung,” kata Ratna dengan kesal.

Karena itu, Ratna menyarankan masyarakat agar berhati-hati dalam memberi bantuan kepada peminta-minta. “Hati hati untuk memberi, bisa jadi itu modus. Kita membuat mereka manja, akhirnya mereka tidak bekerja. Seperti permasalahan pak Amri ini,” tutupnya.[]

Belum ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait

Bila Meninggalkan Keutamaan
Bila Meninggalkan Keutamaan

Bila Meninggalkan Keutamaan