Kautsar: Saya Tak Pernah Ditegur Partai

Kautsar Partai Aceh. (Foto Ist)
Kautsar Partai Aceh. (Foto Ist)

Mantan Ketua Fraksi Partai Aceh, Kautsar mengaku tak pernah ditegur oleh partai terkait keterangannya di media beberapa waktu lalu yang terlanjur salah dipahami publik. Padahal, ia sudah siap mempertanggungjawabkan statmennya dan siap pula menerima sanksi jika memang dinilai bersalah.

Apa boleh buat, Kautsar keburu dicopot dari jabatannya Ketua Fraksi PA. Posisinya digantikan Iskandar Alfarlaky. Di dalam komposisi alat kelengkapan dewan yang baru, ia tak mendapatkan posisi apapun. Kautsar hanya menjadi anggota komisi agama dan budaya. Berikut penuturan Kautsar kepada Pikiran Merdeka, Kamis pekan lalu.

Dari siapa Anda tahu pergantian ini?

Iskandar Alfarlaky, Ketua Fraksi Partai Aceh yang baru yang kasih tahu saya.

Apakah ada komunikasi dengan Mualem setelah pergantian tersebut?

Ada, tidak ada masalah dengan (keputusan) Mualem. Kami berbicara tidak dalam konteks jabatan. Seperti yang saya sampaikan tadi, “peuduk peudoeng” tanyoe adalah keputusan partai. Saya juga bangga sekali sudah diberi kepercayaan 2,5 tahun menjadi Ketua Fraksi PA. Mungkin ke depan Iskandar, dan bisa jadi orang lain.

Saya tak pernah lobi-lobi untuk mendapatkan jabatan. Sejak awal saya dipercayakan ketua fraksi pun saya tak minta, begitupun ketika diganti juga tak masalah.

Apakah keputusan pergantian ini diambil dalam rapat Dewan Pimpinan Aceh PA?

Itu ranah pengurus partai. Saya tak tahu apakah dirapatkan sebelumnya atau tidak. Apalagi saya bukan pengurus harian. Dan kami sebagai anggota fraksi, terima saja apa keputusan partai.

Namun saya tak pernah merasa melakukan kesalahan. Selama ini kan saya belum dipanggil atau ditegur. Meski saya baca di media, saya seakan-akan berjalan sendiri dan one man show. Tapi saya belum dipanggil hingga saat ini. Kalau orang blang saya salah, saya bingung apa salah saya. Kalau memang salah tentu akan dipanggil dan say siap menerima konsekuensi apapun dari partai.

Dari ketua fraksi, kini tidak mendapatkan posisi apapun. Artinya Anda dibebastugaskan?

Saya positif thinking saja dengan partai. Saya menilai partai ketika menempatkan saya di komisi agama, mungkin cocok dengan latar belakang pendidikan saya di UIN. Saya juga punya lebih banyak waktu dengan konstituen.

Anda kecewa dengan keputusan ini?

Saya tidak kecewa. Bagi saya jabatan adalah amanah. Bagi saya, jika pimpinan melihat adanya kebutuhan untuk reposisi di dewan, itu kan hak partai.

Ada permintaan Kautsar harus di-PAW setelah Pilkada. Bagaimana komentar Anda?

Ya bagi saya tak ada masalah. Tuntutan kan sah-sah saja. Semuanya kan kembali ke pimpinan dalam mengambil kebijakan.

Seperti apa kebutuhan Partai Aceh ke depan di parlemen?

Saya tak tahu bagaimana kebutuhan partai ke depan. Karena memang belum disampaikan apa langkah partai ke depan. Tapi kemarin Abu Razak sudah bicara di salah satu media akan mendukung Irwandi. Padahal saya sebelumnya tak pernah menyatakan akan mendukung Irwandi.

Abu Razak kan clear ngomongnya bahwa tak akan menjadi oposisi dan akan mendukung pemerintahan Irwandi. Kalau pimpinan partai sudah mengatakan tidak ada oposisi, berarti kan sudah jelas bagaimana ke depan.

Bagaimana penilaian kepada terhadap Ketua Fraksi PA yang baru?

Penunjukan Iskandar ini sebenarnya menunjukkan PA bukan seakan-akan punya mantan kombatan saja. Namun PA menjadi partai yang terbuka bagi siapapun untuk berkiprah. Contohnya Iskandar, dia bukan hanya bukan mantan kombatan tapi dia juga masih muda. Paling muda di antara kita semua di DPR Aceh. Artinya PA sangat welcome terhadap anak muda. Bagi kita, usia tak menjadi penghalang untuk berkiprah. Yang penting ada kemampuan dan kapasitas untuk menjadi pemimpin. Dan Iskandar punya kapasiitas itu.

Apakah ada faksi-faksi di tubuh F-PA sehingga ada perebutan kursi Ketua Fraksi PA?

Keinginan itu hal yang wajar. Ya, biasa saja jika ada yang menginginkan jabatan dan mungkin kecewa tak jadi ketua fraksi.

Tantangan Fraksi PA ke depan?

Situasi ke depan lebih berat daripada yang sekarang. Yang pertama PA baru kalah di Pilkada 2017. Kemudian ke depan kita juga akan bertarung di Pileg 2019. Partai Aceh kan masih ada yang tanggung jawab besar setidak-tidaknya mempertahankan kursi yang diperoleh sekarang. Jika sebelumnya kita punya kekuasaan di eksekutif, namun kini kan kita kalah. Nah, kini DPRA adalah etalase bagaimana PA ini ke depan. Jadi ini tantangan kami semua untuk membawa PA kembali dipercaya rakyat ke depan.

 

 

 

 

 

Belum ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait