Kasus Tuberkulosis di Aceh Capai 12.656, Dinkes Gencarkan Pencegahan dan Pengobatan

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Aceh, dr Iman Murahman. Foto: InfoPublik
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Aceh, dr Iman Murahman. Foto: InfoPublik

PM, Banda Aceh – Dinas Kesehatan (Dinkes) Aceh mencatat sebanyak 12.656 kasus Tuberkulosis (TBC) sepanjang tahun 2024. Angka ini menunjukkan bahwa TBC masih menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat, seiring dengan posisi Indonesia yang berada di peringkat kedua dunia dengan total 1.060.000 kasus, setelah India.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Aceh, Iman Murahman, mengatakan bahwa berbagai upaya telah dilakukan untuk mencegah, menemukan, dan mengobati kasus TBC di wilayah Aceh.

“Kami melakukan skrining penyakit di fasilitas kesehatan seperti puskesmas dan rumah sakit, serta di populasi berisiko tinggi, termasuk Lembaga Pemasyarakatan (LP),” ujar Iman dalam keterangannya, Minggu (12/1/2025).

Strategi Pencegahan dan Pengobatan TBC

Selain skrining massal, Dinkes Aceh juga melakukan investigasi kontak erat terhadap pasien TBC guna menemukan kasus baru lebih cepat. Upaya ini diikuti dengan pengobatan yang cepat dan tepat bagi penderita.

Untuk meningkatkan akses layanan diagnosis, Dinkes telah menyediakan pemeriksaan Tes Cepat Molekuler bagi seluruh terduga TBC. Selain itu, ketersediaan logistik obat di fasilitas pelayanan kesehatan juga dipastikan tetap mencukupi.

Kasus Penyakit Menular Lainnya di Aceh

Selain TBC, Dinkes Aceh juga mencatat beberapa penyakit menular lainnya yang perlu mendapatkan perhatian serius. Sepanjang 2024, tercatat 366 kasus malaria, dengan angka penularan tertinggi terjadi di Aceh Singkil.

Sementara itu, kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) mencapai 3.044 kasus di seluruh kabupaten/kota di Aceh, menjadikannya sebagai rekor tertinggi dalam lima tahun terakhir.

Tak hanya itu, penyakit HIV/AIDS juga mengalami peningkatan, dengan total 348 kasus yang ditemukan dan diobati selama tahun 2024.

Langkah Penanggulangan HIV/AIDS di Aceh

Dinkes Aceh terus berupaya melakukan pencegahan dan pengobatan HIV/AIDS melalui skrining kesehatan di puskesmas dan rumah sakit, terutama pada populasi berisiko tinggi.

“Kelompok dengan risiko tertinggi adalah Lelaki Seks Lelaki (LSL), yang menjadi salah satu faktor utama penyebaran HIV/AIDS di Aceh,” ungkap Iman.

Untuk memperkuat penanggulangan, Dinkes juga menggandeng berbagai pihak, termasuk lintas program dan lembaga swadaya masyarakat, guna meningkatkan cakupan skrining dan pengobatan HIV/AIDS.

Selain itu, akses layanan Pengobatan Dukungan Perawatan (PDP) terus diperluas di tingkat kabupaten/kota agar semakin banyak penderita yang mendapatkan terapi antiretroviral (ARV) secara tepat waktu.

“Kami memastikan ketersediaan logistik obat HIV/AIDS di rumah sakit maupun puskesmas agar pengobatan bisa berjalan optimal,” tambah Iman.

Ia pun mengimbau seluruh keluarga di Aceh untuk memberikan perhatian dan kasih sayang yang cukup kepada anak-anak mereka, khususnya anak laki-laki, agar terhindar dari risiko infeksi HIV/AIDS.

Belum ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait

Warga Pedalaman Trumon Minta Dibangun Tempat Pengajian
WARGA Desa Ujong Tanoh, Kecamatan Trumon, meminta kepada Pemkab Aceh Selatan dan Pemerintah Aceh segera merealisasikan pembangunan TPA di Desa tersebut. Foto direkam Selasa (10/11/15) | Pikiran Merdeka/Hendrik Meukek

Warga Pedalaman Trumon Minta Dibangun Tempat Pengajian