PM, Jakarta – Kedutaan Besar Myanmar di Jepang melaporkan bahwa jumlah korban tewas akibat gempa bumi berkekuatan 7,7 magnitudo yang mengguncang negara tersebut pada Jumat pekan lalu telah mencapai 3.003 orang. Hingga kini, upaya penyelamatan terus dilakukan di tengah situasi yang penuh tantangan.
Gempa tersebut mengguncang wilayah Sagaing, Myanmar, dan berdampak luas pada bagian tengah negara dengan populasi sekitar 28 juta jiwa. Guncangan kuat menyebabkan banyak bangunan runtuh, serta menimbulkan krisis kebutuhan dasar seperti makanan, air bersih, dan tempat tinggal bagi warga terdampak.
Sementara itu, di Thailand, setidaknya 15 orang dilaporkan tewas dan 72 lainnya masih hilang setelah sebuah gedung pencakar langit yang masih dalam tahap pembangunan di Bangkok roboh akibat getaran gempa.
Menurut pernyataan Kedubes Myanmar di Jepang yang dikutip dari Inilah, Jumat (4/4/2025), sebanyak 53 penerbangan bantuan kemanusiaan telah tiba di Myanmar, mengangkut lebih dari 1.900 personel penyelamat dari 15 negara, termasuk negara-negara Asia Tenggara, China, India, dan Rusia, yang terlibat dalam misi kemanusiaan dan evakuasi.
Dalam perkembangan terbaru, junta militer Myanmar mengumumkan gencatan senjata selama tiga pekan dengan kelompok oposisi bersenjata. Gencatan senjata ini berlaku hingga 22 April 2025, dengan tujuan membuka ruang bagi kelancaran operasi penyelamatan dan distribusi bantuan kemanusiaan.
Di tengah upaya penyelamatan, tantangan juga datang dari prakiraan cuaca yang menunjukkan potensi hujan di luar musim mulai 11 April, yang dikhawatirkan menghambat proses evakuasi dan distribusi logistik ke wilayah terdampak.
Sejak gempa utama terjadi, wilayah Myanmar juga telah diguncang 66 kali gempa susulan dengan kekuatan antara 2,8 hingga 7,5 magnitudo.
Sebagai informasi, Myanmar—dulu dikenal sebagai Burma—merupakan salah satu negara di Asia Tenggara yang tengah menghadapi perang saudara berkepanjangan, serta menjadi asal dari para pengungsi Rohingya.
Belum ada komentar