Januar tidak mengucurkan dana talangan pembelian marmer Masjid Agung Bireuen. Pengusaha muda yang akrab disapa Dek Jon ini hanya diminta membantu menunjukkan pusat penjulan marmer di Medan.
Jon memastikan dirinya tidak terlibat langsung dalam proses pengadaan mamer untuk renovasi Masjid Agung Bireuen. “Saya sebatas diminta bantu oleh pengurus masjid, juga tidak mengucurkan dana talangan untuk pembelian marmer itu,” sebut Jon saat dijumpai Pikiran Merdeka usai salat magrib di Masjid Al-Ikhlas, Geulanggang, Bireuen, Selasa 10 Mei 2016.
Dia menegaskan, pengurus masjid hanya memintanya untuk menunjukkan pusat penjualan mamer di Kawasan Industri Medan (KIM). Hal itu bermula saat Jon merenovasi rumahnya yang menggunakan mamer.
“Kala itu Yan Fitri (Ketua Tim Teknis Renovasi Masjid Agung Bireuen) melihat-lihat mamer yang sedang dipasangkan di rumah saya, lalu dia menanyakan dipesan dari mana mamer itu,” kisah Jon.
Kemudian, kata Jon, dirinya menyebutkan beberapa tempat penjualan mamer dalam jumlah besar di Medan, baik marmer impor maupun produk lokal. “Saya mengusulkan agar panitia masjid melihat langsung ke beberapa distributor marmer di KIM,” sebutnya.
Pembicaraan seputar pembelian marmer tidak berakhir di situ. Beberapa hari kemudian, Jon mengaku dihubungi kembali oleh pengurus masjid. “Saya diminta bantu menemani Yan Fitri ke pusat penjualan mamer di KIM,” ujarnya.
Baca: Riwayat Jejak Korupsi di Keramik Masjid Agung Bireuen
Setahu dirinya, lanjut Jon, Yan Fitri merupakan utusan pengurus Masjid Agung Bireuen yang diketuai Drs Murdani. “Jadi, proses pemesanan mamer dilakukan sepenuhnya oleh Yan Fitri yang berkoordinasi dengan para pengurus masjid lainnya,” sebutnya.
Dirinya, tambah Jon, hanya menunjukkan beberapa distributor marmer sebagai alternatif. “Mana yang mereka pilih terserah, apa mau mamer lokal atau produk impor,” paparnya.
Menurut dia, produk marmer tersebut memang tidak bermerk namun memiliki Certificate of Origin (COO) yang menunjukkan bahwa marmer tersebut asli. “Setahu saya, hal ini berlaku untuk semua jenis mamer. Berbeda dengan keramik, yang memang memiliki merk,” kata Jon.
Terkait penggunaan dana hibah untuk pengadaan marmer tersebut, Jon juga mengaku tidak mengetahuinya secara pasti. “Yang saya tahu, itu bantuan Pemkab Bireuen. Apa dari pos dana hibah atau anggaran lainnya, saya tidak paham,” katanya.
Karena itu, dia juga tidak tahu persis mekanisme yang digunakan pada renovasi Mesjid Agung Bireuen. Apakah diswakelolakan atau ditenderkan, Jon tidak mengetahuinya. “Terlebih, saya memang tidak mau terlibat langsung. Apa yang bisa saya bantu, ya saya bantu. Selain dekat rumah, saya juga pernah aktif sebagai remaja masjid di sana,” ungkap Jon.
Jon kembali menegaskan, dirinya tidak terlibat langsung dalam proses renovasi Masjid Agung Bireuen. “Saya sebatas membantu. Tidak lebih dari itu,” tandasnya.[]
Belum ada komentar