Haba Makmur Dimila
[hr]
Kopi Gayo mulai diagung-agungkan di Banda Aceh. Bubuk kopi dari dataran rendah pun mulai tergeser di pasaran. Beberapa pengusaha kopi gayo bahkan mengekspansinya sampai ke luar negeri seperti Jepang.
Hebatnya lagi, bubuk kopi gayo jenis dijadikan bahan baku oleh perusahaan kopi terkenal Amerika, Starbucks. Tapi kalian tahu, tidak? Bahwa tak sebiji pun kopi gayo tersaji di Jakarta. Starbucks ditengarai justru memonopoli pemasaran kopi di ibukota negara.
Kopi gayo boleh (sedang) berjaya di Aceh dan mulai merambah Medan, tapi ia belum sampai di tenggorokan orang-orang yang berdatangan ke Jakarta. Selain karena memang budaya ngopi tidak tumbuh di sana, perantau Aceh belum tertarik membuka jalur alias cah raueh pemasaran kopi lokal.
Orang gampong saya yang sudah lama menetap di sana bilang, “coba kalau buka gerai kopi gayo di sini, pasti laris sebab akan jadi sesuatu yang baru.”
Setelah tiga kali survei sembari wisata di ibu kota, saya punya pemikiran lain jika ide teman saya itu kurang cocok, kopi gayo patut mendobrak pasar 7 Eleven, coffeeshop ala Amerika yang menjamur di Jakarta.
Pelaku bisnis Aceh bisa saja bangun coffeeshop meniru konsep 7 Eleven yaitu gabungan minimarket dengan warung kopi. Konsep barunya, semua makanan dan minuman khas Aceh terutama kopi gayo dijual di minimarket; pembeli langsung keluar usai bayar di kasir dan duduk di warkop dengan penataan tradisional.
Khusus kopi, pelanggan lebih dulu pesan dan bayar di kasir minimarket, baru mengambil pesanannya pada barista (koki kopi) di dapur kopi di warkop. Pelanggan pun bisa menonton aksi barista menyeduh kopi sembari bercengkrama dengan kawan atau membaca referensi Aceh yang disediakan owner.
Branding coffeeshopnya, bisa semisal “9 Cap” yaitu adopsi dari cap sikureueng stempel kesultanan Aceh. Itu ide saya, boleh dipakai kalau berguna. Tentu, pebisnis punya desain pasar yang lebih berbahaya! Dengan begitu, kopi aceh dan arabica-robusta gayo khususnya, dapat menyerang balik atau setidaknya menyaingi brand Starbucks.[]
Belum ada komentar