PM, TAPAK TUAN – Seorang guru honorer di Kabupaten Aceh Selatan yang telah mengabdi selama belasan tahun hanya mendapat honor Rp100 ribu perbulannya. Berbekal gaji seadanya dan sumbangan dari guru lainnya, Jasnila bertahan dalam pengabdiannya sebagai tenaga pendidik.
Hal itu disampaikan Thahyyatul Sofida, kepada Pikiran Merdeka melalui telepon, Rabu (25/11/15) bertepatan pada peringatan Hari Guru Nasional.
Sofida menuturkan, Jasnila adalah guru honorer yang sudah belasan tahun mendedikasikan diri di SD Negeri 3 Labuhan Tarok, Kecamatan Meukek, Kabupaten Aceh Selatan. Namun ia tidak mendapatkan perhatian khusus dari dinas terkait maupun wakil rakyat.
“Masyarakat Labuha Tarok pun tau bahwa sudah sangat lama beliau beramal ihklas mendidik dan memanusiakan manusia, diantaranya saya, dari saya SD hingga saya di pascasarjana beliau masih saja honorer,” sesalnya.
Ia menjelaskan, dengan kondisi ekonomi keluarga yang pas-pasan, Jasnila juga harus menghidupi dua buah hatinya. “Apa lagi pendapatan suaminya yang bekerja sebagai tukang perabot kecil-kecilan, namun tidak membuatnya patah semangat (untuk) berdedikasi di dunia pendidikan. Belum lagi rumah yang didiaminya itu masih pun berstatus milik orang lain,” ujarnya.
“Seharusnya pemerintah memberikan perhatian khusus, namun tampaknya persoalan guru ini belum ada titik terang, terkesan DPRK Aceh Selatan lupa apa fungsinya menjadi wakil rakyat yang menyuarakan jeritan rakyat dan memperjuangkannya,” lanjutnya lagi.
Perempuan bergelar master ini berharap pemerintah Kabupaten Aceh Selatan bisa mengangkat Jasnila menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS). “Karena dengan gaji kurang lebih seratus ribu dan berbekal sukarela dari guru berstatus PNS itulah (Jasnila) bertahan dalam pengabdian,” akunya.
Selaku mantan murid yang pernah dididik oleh Jasnila dan mewakili seluruh alumni SD Negeri 3 Labuhan Tarok, Sofida berharap pemerintah dapat mencarikan solusi terhadap persoalan yang dihadapi Jasnila.
“Kabar terakhir yang saya ketahui langsung dari tetangga dan warga saat itu bahkan juga pernah diberitakan di media beberapa waktu silam. Saya sempat frustasi, dan ingin membakar ijazah, ” imbuhnya.
“Saya berharap campur tangan pemerintah lebih intens menelaah siapa yang benar-benar mengabdi dan mana yang hanya upaya mencari jalan untuk jadi PNS tapi dedikasinya nol,” tandasnya. [PM006]
Belum ada komentar