Indo Barca Chapter Aceh, Fanatisme Ala Cules dan Cules Angel

Indo Barca Chapter Aceh, Fanatisme Ala Cules dan Cules Angel
Indo Barca Chapter Aceh, Fanatisme Ala Cules dan Cules Angel

[dropcap]B[/dropcap]arcelona merupakan salah satu klub sepak bola terbesar di dunia asal Spanyol. Juara Eropa empat kali itu baru saja melaju ke babak semi final Liga Champion Eropa setelah menyingkirkan raksasas Italia, AC Milan di perempatfinal. Berikutnya akan menghadapi musuh bebuyutan dari Inggris, Chelsea.

Tim yang kini ditangani Pep Guardiola ini memiliki kekuatan pada filosofi permainan, seperti kecepatan memainkan bola-bola pendek, passing akurat, dan kolektif. Hal itu membuat penggemarnya—disebut cules—menyebar sedunia, termasuk Indonesia.

Kini, hampir semua provinsi di Nusantara sudah membentuk fans club Barcelona. Namanya Indo Barca. Di Banda Aceh, ada Indo Barca Chapter Aceh yang didirikan oleh sepuluh cules pada 28 Januari 2011.

Di antaranya Ikhsan, Zulhidayat, dan Shidqi mahasiswa Universitas Syiah Kuala (Unsyiah); Mursal yang kini kuliah di Akademi Keperawatan Tjoet Nya’ Dhien Rukoh, Banda Aceh, dan Munandar mahasiswa Universitas Abulyatama Banda Aceh.

Mereka menamainya sama dengan fans club Barcelona di pusat (Jakarta). Namun karena keberadaannya di Aceh, ditambah dengan Chapter Aceh, sehingga menjadi Indo Barca Chapter Aceh.

Komunitas ini dibentuk sebagai wadah berkumpulnya atau silaturrahmi sesama fans Barcelona yang ada di Banda Aceh. Selain itu, komunitas ini juga berfungsi sebagai tempat menampung aspirasi dan keinginan para fans Barcelona di ibukota provinsi.

Berdirinya Komunitas Indo Barca Chapter Aceh disambut baik pecinta Barcelona yang ada di Banda Aceh. Hal itu terbukti dengan banyaknya fans Barcelona yang ingin bergabung dengan komunitas itu.

“Pada awal-awal pembentukan, enam bulan pertama, itu sekitar 70 orang yang daftar,” ujar Zulhidayat atau sering disapa Zul.

Tak hanya laki-laki saja yang bisa bergabung dengan komunitas tersebut, kaum hawa juga bisa bergabung bersama Komunitas Indo Barca.

Dalam komunitas itu, mereka memiliki nama panggilan berbeda laki-laki dengan wanita. “Yang laki-laki namanya Cules, sedangkan untuk perempuan namanya Cules Angel. Kini, Cules Angel sudah bergabung sebanyak 7 orang,” kata Zul pada Pikiran Merdeka, Jumat malam (6/4/2012).

Pada saat pertama berdirinya komunitas itu, mereka memilih base camp di Hollywood Coffee Bathoh. Setelah itu pendah ke F5 Coffe. Kemudian pindah lagi ke A+Plus Cafe, hingga saat ini mereka memilih base camp di Chek Yukee MT Bathoh.

Indo Barca Chapter Aceh kini memiliki berbagai kegiatan. Di antaranya gathering setiap akhir pekan, latihan futsal setiap minggu, dan nonton bareng saat Barcelona main. “Kalau lawannya klub-klub besar, rame yang nonton,” celoteh Zul.

Tak hanya latihan biasa, mereka juga melakukan uji coba melawa komunitas-komunitas klub bola lainnya. “Seperti baru-baru ini, kami tanding dengan fans Milan,” sebut Zul. Semua itu bertujuan untuk berkumpul sesama fans Barcelona serta mempererat tali silaturrahmi.

Selain itu, mereka juga melakukan kegiatan-kegiatan sosial pada hari besar tertentu, seperti hari ibu. Pada hari ibu Desember 2011, mereka melakukan aksi bagi-bagi bunga di Simpang Lima, Banda Aceh.

Tak ada sponsor yang membiayai kegiatan-kegiatan mereka seperti halnya Barcelona. Namun, untuk keberlangsungan kegiatannya, mereka menggunakan kas komunitas yang dikumpulkan dari setiap anggota.

“Kalau buat spanduk atau buat baju, biasanya dibantu Chek Yuke, namun tidak banyak,” kata Zul.

Bukan hanya itu, untuk mempererat silaturrahmi, mereka juga melakukan refreshing sesama anggotanya setiap akhir pekan, serta buka puasa bersama pada bulan Ramadan.

Zul yang merupakan salah satu pendiri komunitas itu, kini menjabat Kepala Bagian Merchandise. Ia mengurus pembuatan aksesoris, seperti stiker, spanduk, dan pin untuk anggota baru atau dijual.

Dia sangat senang dengan adanya Komunitas Indo Barca di Banda Aceh. “Karena saya memang berkeinginan adanya fans club Barcelona di Banda Aceh, supaya tidak kalah dengan fans club lain yang ada di Banda Aceh.”

Menurut Zul, komunitas ini sekarang sudah memiliki struktur pengurus yang baku. Untuk menjaga konsistensinya, mereka juga mengevalusi anggotanya setiap enam bulan sekali.

“Apabila ada anggota yang tidak jelas, langsung dicoret,” sebut Zul.

Bukan hanya dari kalangan tertentu saja yang bisa bergabung dengan komunitas ini, namun juga dibuka untuk umum. “Siapa saja boleh bergabung, kemarin juga ada anak SMP yang bergabung,” ujarnya.

Untuk mengurus anggotanya, mereka juga memiliki divisi keanggotaan. Untuk bergabung dengan komunitas itu, harus daftar di divisi tersebut. Perekrutan anggota baru setiap enam bulan sekali.[sayed jamaluddin]

Belum ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait