Dua pasang pasangan calon walikota/wakil walikota Banda Aceh resmi ditetapkan KIP Banda Aceh. Senin pekan lalu, Ketua KIP Banda Aceh Munawarsyah menyatakan hanya dua pasangan yang akan berkompetisi di Pilkada pada 15 Februari 2017. Dua pasangan tersebut diusung oleh koalisi partai politik.
Sementara dua pasangan dari jalur independen, Marniati–Amiruddin Usman Daroy dan Adnan Beuransah–Umar Rafsanjani harus mengubur mimpinya jauh-jauh. Mereka dinyatakan tak lolos verifikasi.
Pasangan Illiza Sa’aduddin Djamal–Farid Nyak Umar diusung delapan partai politik dengan kekuatan 18 kursi di DPRK Banda Aceh. Kursi terbanyak disumbang Partai Demokrat (lima kursi), disusul Partai Aceh dan PKS (masing-masing empat kursi) dan PPP (tiga kursi). Kemudian PDA dan PKPI (masing-masing satu kursi), serta dua partai pendukung yang tidak memiliki kursi, yakni Partai Hanura dan PDI Perjuangan.
Sementara pasangan Aminullah Usman-Zainal Arifin diusung oleh koalisi enam partai politik dengan kekuatan 12 kursi di DPRK Banda Aceh. Total kursi tersebut, masing-masing Partai Nas Dem (empat kursi), PAN (tiga kursi), Golkar (tiga kursi), dan Gerindra (dua kursi). Sementara dua partai pendukung lainnya, yakni PKB dan PBB, tidak memiliki kursi di Parlemen Banda Aceh.
Dilansir dari LKBN Antara, pasangan calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Banda Aceh Illiza Saaduddin Djamal dan Farid Nyak Umar dalam penyampaian visi misinya di DPRK Banda Aceh, Jumat (28/10/2016), menyatakan bakal memprioritaskan peningkatan kualitas pelayanan publik dan infrastruktur perkotaan jika terpilih pada Pilkada 2017.
“Misi kami jika terpilih sebagai wali kota dan wakil wali kota, kami akan memprioritaskan peningkatan kualitas pelayanan publik dan infrastruktur perkotaan,” kata Illiza Saaduddin Djamal didampingi Farid Nyak Umar.
Menurut Illiza Saaduddin Djamal, peningkatan kualitas pelayanan publik meliputi semua sektor. Di antaranya pendidikan dan kesehatan layanan air minum, perizinan dan sebagainya.
Prioritas lainnya, sebut dia, meningkatkan penerapan nilai-nilai syariat Islam. Peningkatan itu dilakukan dengan pendidikan keagamaan pada anak usia dini. Serta program dakwah kepada kelompok masyarakat yang lebih tepat sasaran.
“Misi kami yang menjadi prioritas lainnya adalah meningkatkan tata kelola pemerintahan yang bersih dan amanah,” kata Illiza.
Ia juga mengatakan pihaknya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kepariwisataan. Termasuk meningkatkan peran serta pemuda dan perempuan dalam pembangunan. “Serta banyak lainnya yang akan kami prioritaskan jika dipercayakan memimpin Kota Banda Aceh untuk masa lima tahun ke depan,” kata dia lagi.
Sementara itu, pasangan nomor urut dua, Aminullah Usman dan Zainal Arifin mengatakan akan fokus meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat jika terpilih pada Pilkada mendatang. “Kami akan fokus kepada peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat jika terpilih sebagai wali kota dan wakil wali kota,” kata Aminullah Usman didampingi Zainal Arifin saat penyampaian visi dan misi.
Selain ekonomi dan kesejahteraan masyarakat, kata Aminullah, dirinya dan Zainal Arifin juga akan mengembangkan bidang agama yakni menjadikan Banda Aceh sebagai pusat pelaksanaan syariat Islam yang terbaik.
Begitu juga di bidang pendidikan, ungkap dia, pihaknya akan menyediakan biaya pendidikan kepada keluarga miskin dari jenjang pendidikan dasar sebesar Rp2 juta. Di bidang kesehatan, lanjut dia, pihaknya akan memastikan ketersediaan dokter, bidan, dan perawat yang mencukupi di rumah sakit maupun Puskesmas.
Pengamat politik dari Universitas Syiah Kuala, Dr Effendi Hasan MA mengatakan kedua pasangan memiliki peluang yang sama besar menjadi pemenang Pilkada. Hal ini bisa dilihat dari hampir meratanya jumlah partai pendukung dua pasangan tersebut.
“Pilkada Banda akan berlangsung sangat menarik karena hanya diikuti dua pasangan yang seimbang,” ujar Effendi, Sabtu 29 Oktober 2016.
Effendi menuturkan, sebagai incumbent Illiza sedikit lebih unggul. Hal ini merujuk pemenang Pilkada serentak di seluruh Indonesia pada 2015 lalu mayoritas dimenangkan calon petahana. Namun, dengan strategi yang tepat, Aminullah diyakini masih punya peluang mengalahkan Illiza.
Ia merujuk hasil Pilkada 2012. Kala itu, Aminullah mampu membayangi suara calon incumbent Mawardi Nurdin. Padahal Mawardi mempunyai kinerja sangat baik saat itu. Bila dikomparasi dengan status Illiza saat ini yang juga calon petahana, figur dan prestasi Illiza tak sehebat almarhum Mawardi Nurdin.
“Kita tahu betul, pada 2012 Aminullah kalah tipis dari Mawardi. Padahal kita tahu bahwa saat itu Mawardi ahli penataan kota dan bagus juga dalam tata kelola pemerintahan,” katanya. Ia pun menilai perjuangan Aminullah kali ini tak akan seberat tahun 2012.
Lebih lanjut Effendi membedah visi misi masing-masing calon. Menurut dia, kedua pasangan ini berimbang. Misalnya Illiza yang punya visi membangun banda Aceh menjadi kota madani. Pasangan Illiza-Farid juga menitikberatkan persoalan ekonomi dan pendidikan. Untuk pasangan Aminullah-Zainal, pasangan ini juga menyasar sisi penegakan syariat Islam. Tak lupa, Amin selaku mantan Dirut Bank Aceh juga memfokuskan programnya pada penguatan sektor ekonomi dan pendidikan.
“Pasangan Amin-Zainal ini juga menyasar sisi penegakan syariat islam di Banda Aceh yang hingga kini dianggap masih jauh dari nilai-nilai kota madani,” sebutnya.
Dari sektor ekonomi, Efendi menilai selama ini pengusaha kecil belum mendapatkan peran dalam pembangunan di Banda Aceh. Dikarenakan selama ini hanya pengusaha yang dekat dengan penguasa yang merasakan manfaat dari nikmatnya “kue” pembangunan. Dengan kondisi tersebut, menurut Efendi, harus dimanfaatkan oleh Aminullah untuk merangkul mereka.
Selama kepemimpinannya, Illiza dinilai berhasil untuk meraup simpati dari kaum ibu. Meski saat ini Illiza diterpa isu bahwa pemilih perempuan tak boleh memimpin, namun sepertinya di Banda Aceh isu tersebut tak terlalu berpengaruh. “Pemilih di Banda Aceh adalah pemilih rasional. Mereka akan lebih melihat komitmen dan program calon tersebut dalam segi penegakan syariat Islam.”
Kata dia, saat ini Illiza punya pengaruh dari kalangan kaum ibu, baik pusat kota maupun di gampong-gampong. Sementara pasangannya Farid Nyak Umar bakal menyasar suara pemilih pemula dan suara anak muda. Namun, kata dia, pengaruh figur saja tidak cukup. Pasangan ini juga bakal mengandalkan mesin Parpol pengusung untuk bisa menang.
“Selama ini banyak program Illiza yang menyasar langsung ke pemilih perempuan, ini jadi alasan mengapa pemilih dari segmen ibu-ibu lebih memilih dia,” katanya.
Sementara peran Zainal di Pemerintahan Kota tidak begitu terasa. Akibatnya, publik menilai prestasi pembangunan di Banda Aceh karena hasil kinerja Illiza.
Ia pun memetakan peluang Aminullah. Dengan jumlah partai pengusung yang berimbang Amin yang punya basis suara di kalangan anak muda dan kalangan pria. Namun, untuk mengalahkan Illiza, Effendi menilai Amin harus mampu meraup suara dari kalangan perempuan. “Amin-Zainal harus merancang visi dan misi yang mampu menyentuh langsung kaum ibu-ibu,” sarannya.
Pria yang menjabat Pembantu Dekan I di Fakultas Ilmu Politik dan Komunikasi Unsyiah ini pun mengatakan, merujuk hasil survei Media Researce Centre (MRC), pemilih di Aceh masih dikategorikan pemilih kebapakan. Maksudnya, peran suami masih sangat dominan dalam menentukan sikap istri dalam menentukan pilihannya. “Meski suara ibu-ibu mungkin sudah menentukan pilihannya, masih bisa berubah dengan pengaruh dari suami,” pungkas Effendi.[]
Belum ada komentar