PM, Banda Aceh – Harga sawit di Aceh terjun bebas, dari sebelumnya Rp 1.400 per kg menjadi Rp 1.000 per kg. Bahkan, harga kelapa sawit di tingkat petani saat ini hanya Rp 700 per kg.
“Kondisi harga sawit saat ini sungguh sangat memprihatinkan, pemerintah harus segera mengambil langkah kongkret agar petani tak berlarut-larut mengalami kerugian,” ungkap anggota DPD RI Perwakilan Aceh, Rafli Kande kepada media, Jum’at (29/6).
Menurut Rafli, untuk jangka pendek pemerintah harus menetapkan harga paling rendah atau menyiapkan alternatif pasar untuk menampung sawit petani. “Namun, untuk jangka panjang pemerintah harus membangun pabrik minyak goreng dan pabrik lainnya yang mampu menampung sawit petani, sehingga harga tidak dipermainkan pihak luar dan petani kita selamat dari kebangkrutan,” kata dia.
Pemerintah Aceh bisa saja membangun pabrik itu dengan menggandeng pihak pengusaha ataupun mempersiapkan BUMD sebagai pengelola. “Yang jelas harus ada langkah kongkret, baik jangka panjang maupun jangka pendek, agar kejadian seperti ini tak berlarut dan terulang lagi, kasihan nasip petani,” cetusnya lagi.
Rafli mencontohkan, pada awal maret 2018 lalu, permintaan China menurun sehingga menyebabkan ekspor CPO (minyak kelapa sawit) Malaysia pada Februari lalu turun hingga 11 persen menjadi hanya 1,35 juta ton. Ini terjadi lantaran suplai minyak kedelai dan minyak nabati Negeri Tirai Bambu itu cukup tinggi.
“Faktor-faktor global seperti ini harus ditinjau, mana produk pertanian yang harganya relatif stabil harus diprioritaskan,” sebutnya.
Rafli juga menyarankan agar pemerintah dapat mencari komoditi alternatif mengingat stabilitas pasar dunia terhadap komoditi sawit ini sangat fluktuatif.
“Pemerintah bisa saja mengarahkan petani untuk menanam sereh wangi, lada, nilam dan sebagainya. Lalu pemerintah menyiapkan buyer yang siap menampung dengan harga yang stabil,” katanya.
Di samping itu, kata Rafli, peningkatan peran Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) untuk menampung hasil produksi pertanian juga penting, jika selama ini BUMD sangat jarang fokus ke sektor pertanian. “Namun ke depannya BUMD ini juga diharapkan dapat bergerak di sektor pertanian misalkan menampung hasil pertanian masyarakat, sehingga harganya stabil. BUMD dapat profit, harga panen masyarakatpun terjamin,” harapnya.
Terakhir, Rafli berharap program-program pemerintah Aceh di sektor pertanian terus dapat ditingkatkan dengan harapan kesejahteraan petani meningkat.
“Sektor agraris hendaknya menjadi perhatian khusus, sehingga meningkatkan kesejahteraan,” pungkasnya. []
Belum ada komentar