Gempa Kembar Aceh, Enam Meninggal

rusak akibat gempa aceh
Warga melintas diantara puing-puing bangunan yang runtuh akibat gempa berkekuatan 8,9 Skala Richter di kantor Taspen, Banda Aceh, Kamis (12/4).(Pikiran Merdeka/Heri Juanda)
rusak akibat gempa aceh
Warga melintas diantara puing-puing bangunan yang runtuh akibat gempa berkekuatan 8,9 Skala Richter di kantor Taspen, Banda Aceh, Kamis (12/4).(Pikiran Merdeka/Heri Juanda)

Banda Aceh—Gempa kembar berkekuatan 8,5 SR dan 8,2 SR yang mengguncang Aceh, Rabu (11/4/2012) sore, memakan korban jiwa dan harta benda. Lima orang meninggal dunia, satu kritis, dan tujuh lainnya luka-luka.

Informasi dikumpulkan Pikiran Merdeka di berbagai daerah di Aceh, umumnya korban meninggal dunia bukan karena tertimpa bangunan ataupun terperosok longsor. Namun, kebanyakan korban meninggal karena syok dan trauma dengan tsunami 2004.

Korban meninggal pertama, yakni seorang pria berusia 39 tahun di Lhokseumawe. Disusul Yatim Kulam, 70, warga Lingke, Kecamatan Syiah Kuala, Banda Aceh, serta dua warga Darul Imarah, Aceh Besar, atas nama Fauziah, 60, dan M Yusuf, 70, yang meninggal akibat syok.

Dua korban meninggal lainnya terdapat di Aceh Barat Daya. Hatijah Hamid, 70, warga Desa Pisang Kecamatan Setia, meninggal karena sakit jantung, dan Teungku Syam, 65, warga Desa Kuta Murni, Kecamatan Setia, yang meninggal akibat kelelahan sepulang dari mengungsi.

Khatijah yang berada di rumahnya saat gempa dilarikan anak-cucunya mengungsi ke kompleks TNI Konpi E karena ada isu tsunami.  “Sekitar pukul 17.30 WIB ada laporan keadaan aman, sehingga Khatijah yang sudah sangat lemah akibat serangan jantung dibawa lagi ke rumah. Sampai di rumah, korban langsung menghembuskan nafas terakhir,” kata Camat Setia Amiruddin.

Sementara Teungku Syam, lanjut Amiruddin, meninggal dunia pada Kamis (12/4) sekitar pukul 04.30 WIB, sepulang dari mengungsi ke terminal bantuan BRR Aceh-Nias di Kecamatan Setia. “Saat di lokasi pengungsian, beliau memang sudah sangat lemas karena serangan jantung. Juga meninggal dunia setiba di rumahnya. Almarhum langsung kita kebumikan tadi (kemarin) pagi,” sebut Amiruddin.

Selain korban jiwa, data yang masuk ke Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) juga menyebutkan adanya korban kritis dan luka-luka. “Yang kritis adalah anak-anak setelah tertimpa pohon di Kabupaten Aceh Singkil,” kata Kepala Asmadi Syam.

Sedangkan korban luka-luka, kata dia, ada di Kabupaten Aceh Singkil dan Simeulue. “Tiga anak dari Gampong Madumpang, Kecamatan Suro, Singkil, mengalami luka ringan. Masing-masing Sefa Alfa, 9, Deni Alfa, 7, dan Kiki Alfa, 1,” katanya.

Tiga korban luka lainnya, kata dia, berasal dari Simeulue Barat dan Simeulue Timur. Mereka adalah Ferdiansyah, 21, Lastri, 18, Diana, 36, dan Melawati, 59. “Jadi jumlah luka ringan yang terdaftar hanya tujuh orang,” sebut Asmadi.

BPBA masih terus mendata korban jiwa maupun luka serta kerusakan bangunan dan kerugian material lainnya. Pasca gempa kembar itu, sebagian besar masyarakat di Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Bengkulu, sudah melakukan aktivitas seperti biasa.

Gempa kuat melanda perairan Aceh, Rabu (11/4) pukul 15.38 WIB. Gempa ini berpusat di kedalaman 10 kilometer. BMKG sempat mengeluarkan peringatan dini tsunami. Peringatan ini diperpanjang ketika gempa kuat kedua yang mencapai 8,2 SR kembali mengguncang perairan Aceh.[alf/chk]

Belum ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait