Lebih dari seratus tahun silam, Sri Lanka atau Ceylon pernah menjadi pulau pembuangan para tahanan politik pemerintah Hindia Belanda. Sri Lanka, yang antara tahun 1640-1796 dikuasai Belanda, merupakan tempat pengasingan kedua setelah Tanjung Harapan.
Mengingat lokasinya lebih dekat dengan nusantara, Sri Lanka lebih disukai Belanda ketimbang Tanjung Harapan, yang tampaknya disediakan untuk tokoh-tokoh “buangan” kelas berat.
Islam di Sri Lanka tumbuh bersama orang-orang “buangan” ini. Secara geografis, Sri Lanka terisolasi dari pusat-pusat utama kebudayaan dan peradaban Muslim. Akan tetapi, dilansir dari Rootsweb Ancestry, Sri Lanka tercatat sebagai pulau tempat pertemuan lintas budaya.
KM De Silvas dalam “Historical Survey, Sri Lanka – A Survey” menulis, “Sekitar abad ke-8, orang-orang Arab telah membentuk koloni di berbagai pelabuhan penting di India, Sri Lanka, dan Hindia. Kehadiran orang-orang Arab di pelabuhan Sri Lanka setidaknya dibuktikan oleh tiga prasasti yang ditemukan di Kolombo, Trincomalee, dan Pulau Puliantivu.”
Populasi Muslim Sri Lanka berkisar 10 persen dari total 16 juta jiwa. Mereka dominan di pesisir timur dan barat pulau itu. Meski kebanyakan menganut patriarki, sebagian Muslim di bagian timur pulau menelusuri garis keturunan mereka lewat jalur perempuan. Mayoritas menganut Buddha, yang masuk ke pulau itu dari India selama pemerintahan Raja Devanampiya Tissa pada 307-267 SM.
Faktor yang mendukung pertumbuhan komunitas Muslim di Sri Lanka bervariasi. Etnis mayoritas Sri Lanka, Sinhala, tidak tertarik pada perdagangan sehingga bidang ini demikian terbuka lebar untuk umat Islam.
Raja Sinhala menganggap permukiman Muslim menguntungkan karena menjalinkan hubungan dengan luar negeri, baik ekonomi maupun politik. Toleransi agama penduduk lokal juga faktor penting yang mengembangkan permukiman Muslim di Sri Lanka.
Permukiman awal komunitas Muslim ini didirikan, terutama di sekitar pelabuhan untuk kepentingan perdagangan. Karena banyak pedagang Arab tidak mungkin membawa kaum hawa mereka, terjadilah perkawinan dengan wanita Sinhala atau Tamil di pulau itu. Islamisasi terjadi lewat jalur perkawinan. Selain itu, Islam juga menarik minat anggota kasta rendah yang kurang beruntung di tengah masyarakat Tamil.
JEJAK MELAYU
Sejak dahulu, Sri Lanka terkenal dengan keindahannya, kaya dengan sumber daya alam. Sebutlah, teh bermutu tinggi, di samping terkenal dengan kerajinan batu mulia. Kondisi ini mengundang perhatian negara-negara besar di masa lalu.
Mereka tertarik dengan kekayaan alam itu dan ingin menguasainya. Kehadiran negara-negara besar itu perlahan-lahan mengubah masa kejayaan Muslim yang lebih dulu berkembang di negeri tersebut. Pada abad ke-16, Portugis masuk ke wilayah negeri ini. Kehadirannya memaksa warga Muslim berimigrasi ke Central Highlands dan ke pantai timur negara itu.
Abad ke-18, Belanda datang dan menguasai Sailan. Tak jauh berbeda dengan masa kekuasaan Portugis, kehadiran Belanda di Sri Lanka pun tidak memberikan ruang gerak yang bebas bagi warga Muslim. Dalam berbagai literatur, disebutkan bahwa masa itu, selain memerintah dengan kekerasan, kolonial Belanda juga membuat undang-undang yang melarang kaum Muslim melakukan kegiatan ibadah dan membatasi aktivitas perdagangan atau berhubungan dengan pedagang Muslim lainnya.
Belanda pergi, Inggris datang ke Sri Lanka pada abad ke-19. Di masa kekuasaan Belanda dan Inggris, banyak orang Jawa dan Malaysia yang telah beragama Islam dikirim ke Sri Lanka. Kala itu, Belanda menjajah Indonesia dan Inggris menguasai Malaysia.
Kehadiran ‘orang-orang buangan’ itu dengan sendirinya menjadi gelombang baru kehadiran Muslim di Sri Lanka. Sebagaimana halnya dengan pedagang Arab yang datang jauh sebelumnya, Muslim dari Indonesia dan Malaysia pun banyak yang memilih berdiam dan menetap di negeri ini.
Kebanyakan pendatang Melayu adalah tentara yang dibawa oleh Belanda ke Sri Lanka yang kemudian mengambil keputusan untuk menetap di pulau tersebut. Pendatang lain adalah anggota keluarga bangsawan dari Indonesia yang dibuang ke negeri itu. Populasi keturunan orang Melayu Sri Lanka yang berasal dari Asia Tenggara—Indonesia dan Malaysia—kini diperkirakan mencapai sekitar 50 ribu orang.
Selain dari Asia Tenggara, gelombang kedatangan warga Muslim ke Sri Lanka juga datang dari India dan Pakistan. Mereka ini adalah orang Islam keturunan yang datang untuk mencari peluang usaha di masa kolonial. Sebagian datang ke Sri Lanka di awal kekuasaan Portugis, lainnya tiba di masa kekuasaan Inggris. Umumnya, mereka datang dari negeri-negeri seperti Tamil Nadu dan Kerala.[]republika
Belum ada komentar