“Festival seni budaya ini akan berlangsung 3 bulan lamanya dan menjadi wahana untuk mengenal Gayo dan Alas.”
Takengon — Pelaksana Tugas Gubernur Aceh, Nova Iriansyah, membuka secara resmi Gayo Alas Mountain International Festival (GAMIFest), di Takengon Aceh Tengah, Jumat 14 September 2018. Meski diguyur hujan, pembukaan event yang melibatkan empat kabupaten itu berlangsung meriah.
Lapangan Musara Alun di Kita Takengon yang menjadi pusat pembukaan sudah diguyur hujan sejak sore hari. Namun ribuan masyarakat terlihat tetap antusias menyaksikan event yang akan berlangsung hingga 3 bulan itu. Apalagi saat penampilan tari kolosal yang dimainkan 350 penari, masyarakat berlarian ke lapangan yang basah. Meski hujan mereka tetap mengabadikan tari-tarian itu dengan gawai mereka.
Nova Iriansyah dalam sambutan selamat datangnya, mengatakan, dataran Tinggi Gayo-Alas” adalah negeri penghasil kopi terbaik dunia dan menjadi pusat kawasan cagar biosfer Leuser sebagaimana ditabalkan UNESCO sejak 35 tahun lalu.
“Semoga Bapak-Ibu merasakan kenyamanan selama berada di “Negeri Atas Awan” ini, dan bisa menikmati ragam pesona alam budaya gayo dengan penuh kebahagiaan,” kata Nova Iriansyah.
Event GAMIFest, kata Nova adalah salah satu andalan Aceh yang diperkenalkan dalam peluncuran Calender of Event Aceh 2018. Festival budaya itu, kata Nova, adalah wahana untuk mengenal Gayo dan Alas. Selama 3 bulan lamanya, beragam seni budaya Gayo akan ditampilkan oleh para seniman lokal sesuai karakter aslinya.
“Kami yakin, para pengunjung akan dibuat terpesona karenanya. Sekali mengenal budaya Gayo, kami yakin akan sulit melupakan ini,” kata Nova.
Pintu Gerbang Gayo dan Alas Menjadi Kawasan Ekonomi Hijau
Kegiatan GAMIFest, kata Nova, pada dasarnya bertujuan untuk memperkenalkan lebih luas budaya dan potensi sumber daya alam Gayo dan Alas kepada dunia. Rangkaian kegiatannya telah dirancang sedemikian rupa, sehingga pengunjung akan merasakan sensasi pesona alam dan budaya Gayo-Alas yang berlangsung di empat kabupaten.
Kegiatan itu, antara lain adalah tarian masal, pameran handicraft, lomba perahu tradisional, festival panen kopi, expedisi Burni Telong, pacu kuda tradisional, wisata arung jeuram serta ragam atraksi wisata dan budaya lainnya. Seluruh rangkaian acara itu, kata Nova, adalah pintu gerbang untuk menjadikan Gayo dan Alas sebagai Kawasan dynamic agro-ecology dan penggerak ekonomi hijau (Green Economy).
Nova mengatakan ada tiga jenis pengembangan kawasan yang akan ditingkatkan di Gayo dan Alas, yaitu Agro Forestry, Agro Industry dan Agro Tourism. GAMIFest merupakan moment untuk memulai rancangan tersebut. Apalagi dalam Peraturan Pemerintah Nomor 50 tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional, Gayo- Alas termasuk destinasi wisata yang akan dikembangkan secara nasional.
Nova yakin, dengan sinergitas bersama , pembangunan Gayo dan Alas melalui sektor pariwisata, budaya dan pertanian akan memberi dampak besar bagi kemajuan Aceh. “Insya Allah, Gayo dan Alas akan berkontribusi besar menjadikan Aceh sebagai salah satu tujuan wisata terbaik di Indonesia, sekaligus sebagai lokasi investasi menjanjikan di masa depan,” kata Nova.
Nova menghimbau masyarakat Gayo dan Alas untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Mereka diminta menyiapkan sumber daya yang dibutuhkan sehingga siap menyongsong masa depan yang lebih gemilang, menjadikan Gayo dan Alas semakin diperhitungkan di tingkat nasional.
Asisten Deputi pengembangan Destinasi Regional II, Reza Pahlevi, menyebutkan ada 3 hal dari Gayo yang telah mendunia, yaitu Kopi, Saman dan Leuser. Selain itu, Reza menyebutkan bahwa Gayo dan Alas bisa dikembangkan menjadi salah satu kawasan geopark di Indonesia.
“Potensi menjadikan Gayo-Alas menjadi kawasan geopark sangat terbuka. Kita punya Danau Laut Tawar dan Gunung Leuser yang bisa dikembangkan untuk pusat pembelajaran geologis, sejarah pariwisata,” kata Reza.
Terkait kepariwisataan, kata Reza, event GAMIFest menjadi pembuka. Kegiatan yang melibatkan 4 kabupaten itu setidaknya telah menunjukan komitmen para kepala daerah dalam hal memajukan kawasan Tengah Aceh itu.
“Pariwisata membutuhkan komitmen dan dukungan kepala daerah. Hari ini komitmen itu jelas terlihat,” kata Reza.
Sementara Bupati Aceh Tengah Shabela Abu Bakar, mengatakan event GAMIFest telah menjawab harapan masyarakat atas pentingnya pengembangan kawasan strategis dan khusus di wilayah tengah Aceh. GAMIFest, kata bupati, telah digagas sejak 2 tahun lalu, yaitu saat Presiden Jokowi memeresmikan Bandara Rembele di Bener Meriah.
“Event ini menjadi momentum untuk memajukan wilayah tengah Aceh, salah satunya lewat pembangunan di sektor pariwisata,” kata Shabela.
Shabela mengatakan pihaknya akan berupaya menjadi tuan tumah yang baik. Ia berharap GAMIFest bisa dimasukkan menjadi event tahunan kepariwisataan Aceh.
Aceh Tengah, Bener Meriah, Gayo Lues dan Aceh Tenggara punya beberapa destinasi sehingga layak dikembangkan menjadi kawasan stategis dan khusus di wilayah tengah Aceh. Beberapa di antaranya adalah keberadaan Gunung Leuser dan Danau Laut Tawar. Gayo dan Alas juga punya modal luasan kebun kopi yang luasnya mencapai 100 ribu hektar.
“Danau, sungai dan gunung menunggu dikelola maksimal. Sementara keberadaan Leuser sudah menjadi penyangga kehutuhan oksigen dunia. Kita juga punya kopi yang melimpah,” kata Shabela. [Adv]
Belum ada komentar