Erosi Sungai Makin Parah, Masyarakat Keude Padang Bongkar Kuburan dan Rumah

Erosi Sungai Makin Parah, Masyarakat Keude Padang Bongkar Kuburan dan Rumah
Erosi Sungai Makin Parah, Masyarakat Keude Padang Bongkar Kuburan dan Rumah

PM, TAPAKTUAN – Puluhan masyarakat Gampong Keude Padang, Kecamatan Kluet Utara, Kabupaten Aceh Selatan, membongkar kembali sejumlah kuburan yang berada digampong tersebut, Senin (27/11). Langkah itu dilakukan karena keberadaan sejumlah kuburan terancam bakal ambruk ke dasar sungai, menyusul makin parahnya bencana erosi di pinggir sungai gampong tersebut sejak beberapa bulan terakhir.

Sekretaris Gampong Keude Padang, Teuku Raja Inal mengatakan, pasca hujan lebat yang mengguyur wilayah itu Minggu (26/11) malam, mengakibatkan pengikisan tanah di tebing sungai (erosi) makin parah. Setidaknya, sekitar 25 meter tanah di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) Krueng Kluet di gampong mereka sudah ambruk akibat secara terus menerus digerus air sungai.

“Jarak tanah kuburan dengan bantaran sungai tinggal kurang dari dua meter lagi. Makanya untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, perangkat gampong Keude Padang bersama keluarga korban memutuskan untuk membongkar paksa kuburan tersebut. Lalu dipindahkan ke lokasi lain yang lebih aman masih dalam kawasan Gampong Keude Padang,” kata T Raja Inal, Senin (27/11).

Menurutnya, karena terbatas personil dan peralatan yang digunakan secara manual, maka proses pembongkaran kuburan tersebut dilakukan secara bertahap. Untuk hari pertama Senin (27/11), masyarakat setempat menggelar gotong royong dengan keluarga korban berhasil membongkar kuburan sebanyak 8 buah.

“Proses pembongkaran ini tidak mungkin sekaligus karena setelah dibongkar maka kerangka manusia didalamnya harus segera dipindah ke lokasi lain, jadi membutuhkan waktu,” ungkapnya.

Proses pengangkatan kerangka manusia, lanjut dia, juga harus melibatkan ulama (tengku-tengku) di gampong setempat. Sebab, sejak proses pembongkaran hingga penguburan kembali tetap mengikuti tata cara penguburan orang meninggal sesuai ajaran islam (fardhu kifayah).

Selain pembongkaran kuburan, kata T Raja Inal, pada hari yang sama puluhan masyarakat setempat juga menggelar gotong royong untuk membongkar dua unit rumah penduduk milik Nuridah (65) dan Tgk Salihin (50). Soalnya, rumah yang berkonstruksi kayu tepat berada di samping kuburan tersebut juga nyaris ambruk ke dasar sungai.

Dengan demikian, ujarnya, terhitung dalam tahun 2017 ini sudah sebanyak enam unit rumah penduduk di Gampong Keude Padang tersebut telah dibongkar paksa oleh masyarakat setempat bersama pemiliknya untuk menghindari ambruk serta hanyut dibawa air sungai.

“Hal ini membuktikan bahwa persoalan bencana erosi sungai di Gampong Keude Padang ini sudah semakin parah. Karena itu, kami mendesak Pemkab Aceh Selatan dan Pemerintah Aceh segera mengambil kebijakan konkrit untuk menanggulangi bencana ini,” pinta T Raja Inal.

Makin parahnya bencana erosi di Gampong Keude Padang tersebut juga mengundang kekhawatiran mantan Panglima Komite Peralihan Aceh (KPA) Aceh Selatan, Tgk Alfarahman alias Agen.

Menurutnya, jika kuburan-kuburan tersebut tidak dipindahkan segera oleh masyarakat, maka kuburan tersebut dipastikan akan hilang  hanyut dibawa air.

“Jika kembali diguyur hujan lebat maka malam ini juga kuburan tersebut akan hanyut dibawa air. Sebab arus sungai yang sangat tajam langsung menghantam bantaran sungai sehingga meluluhlantakkan tebing-tebing sungai di gampong tersebut,” kata Agen.

Karena itu, ia mendesak Pemkab Aceh Selatan untuk serius mengatasi persoalan yang sudah sangat dikeluhkan dan meresahkan masyarakat tersebut.

“Pemkab Aceh Selatan kami minta tidak terlena dan sibuk dengan agenda politik menyusul pesta demokrasi Pilkada 2018 sudah diambang pintu. Kewajiban untuk memberikan pelayanan prima kepada masyarakat tolong jangan diabaikan,” pinta Agen.

Sementara itu, Plt Kepala Pelaksana BPBD Aceh Selatan, Cut Syazalisma S.STP mengatakan, untuk menanggulangi bencana erosi di Gampong Keude Padang tersebut membutuhkan anggaran sekitar Rp 25 miliar, guna membangun tanggul menggunakan batu gajah disepanjang pinggir sungai tersebut sepanjang lebih kurang 2 Km.

“Menindaklanjuti hal ini, beberapa waktu lalu kami telah menurunkan pejabat dari BPBA Provinsi Aceh ke lokasi tersebut. Selain itu, kami juga sedang memasukkan program pembangunan tanggul tersebut ke BNPB Pusat di Jakarta,” tandasnya.()

Belum ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait

Gunung Alur Naga Tapaktuan Longsor Lagi, Lalulintas Macet
KENDARAAN roda empat dan roda dua sedang melintasi lokasi tanah longsor di gunung Alur Naga, Desa Batu Itam, Kecamatan Tapaktuan. Sementara alat berat membersihkan tanah longsor yang menimbun badan jalan. [Pikiran Merdeka | Hendrik Meukek]

Gunung Alur Naga Tapaktuan Longsor Lagi, Lalulintas Macet