Energi Baru Vs Kota Madani

Energi Baru Vs Kota Madani (Foto Ist)
Energi Baru Vs Kota Madani (Foto Ist)

Debat publik kandidat Walikota dan Wakil Walikota Banda Aceh hanya diisi pamer program petahana. Sang lawan, juga dinilai tak banyak memiliki program baru.

Puluhan orang meriung dalam beberapa jejeran kursi di Hermes Palace Hotel, Banda Aceh, Selasa, 24 Januari 2017. Malam itu, Komisi Independen Pemilihan Banda Aceh menggelar debat calon walikota dan wakil walikota. Disiarkan langsung TVRI, debat publik ini digelar sejak pukul 19.30 WIB.

Ada dua pasangan calon yang ikut debat. Pasangan nomor urut satu Illiza Sa’aduddin Djamal-Farid Nyak Umar dan pasangan nomor urut dua Aminulah Usman-Zainal Arifin. Illiza merupakan petahana Walikota Banda Aceh. Calon wakilnya, Farid, merupakan politisi Partai Keadilan Sejahtera di DPRK Banda Aceh. Sementara calon Walikota Aminulah Usman merupakan mantan Direktur Utama Bank Aceh. Calon wakilnya, Zainal Arifin, bekas wakil Illiza.

Aminulah Usman dan Zainal Arifin maju dengan dukungan koalisi Partai Nasdem, Golkar, PAN, dan Gerindra. Sementara Iliza-Farid disokong Partai Demokrat, Partai Aceh, PKS, PPP, PKPI, dan Partai Damai Aceh.

Sebelum debat dimulai, sorak-sorai pendukung membahana di ruangan pertemuan hotel tempat debat digelar. Ruangan kemudian senyap saat moderator menyilakan kedua pasangan membacakan visi misi mereka lima tahun ke depan. Illiza-Farid menjual slogan pilih yang terbukti, sementara Amin-Zainal mengusung energi baru untuk Banda Aceh. Sepintas, kedua pasangan calon terlalu terburu-buru saat membacakan poin demi poin visi misi.

Membangun Banda Aceh sebagai kota madani, diakui Illiza, tidak bisa diselesaikan dalam waktu singkat. Namun, selama ia menjadi wali kota, beberapa pencapaian fantastis telah dilakukannya. “Indeks Pembangunan Manusia di Kota Banda Aceh berada pada peringkat kedua di Indonesia,” ujarnya.

Selain itu, Illiza juga memamerkan Musrena yang disebutnya telah menjadi pembelajaran pemberdayaan perempuan secara nasional dan internasional. Musrena singkatan dari Musyawarah Rencana Aksi Perempuan. Forum ini dibentuk sebagai tempat bagi perempuan untuk menyuarakan opini serta kebutuhan mereka.

Sementara calon wakil Illiza, Farid, menyebutkan Banda Aceh sebagai satu-satunya kota yang menerapkan pendidikan diniyah pada semua jenjang. “Kemampuan baca quran pada 2009 hanya 40 persen, pada 2016 menjadi 96 persen,” ujarnya. Selama debat tersebut, Farid terlihat banyak memamparkan angka-angka. Sesekali ia melihat ke selembar kertas yang berada di depannya.

Kemudian ia juga memaparkan jumlah kunjungan wisatawan kini begitu pesat. Pada 2014 saat illiza menjabat, kata Farid, ada 11.103 wisatawan. Lalu, pada 2015 menjadi 32.100 orang. “Lebih dari 500 bupati dan walikota seluruh Indonesia, Ibu Illiza masuk dalam sepuluh besar yang berprestasi,” ujarnnya. Ia tak menyebut rujukan berprestasi dari segi apa.

Farid juga menyebutkan beberapa program unggulan seperti menjadikan masjid sebagai pusat aktivitas dakwah. Lalu, memberi perhatian khusus kepada dayah, majelis taklim dan TPA, serta penyandang disabilitas. Program lain berupa pendidikan gratis, job fair secara berkala, membebaskan biaya beras miskin, dan ruang kreativitas seniman. “Untuk pemuda dibangun pusat kreativitas, ada sport center di setiap kecamatan,” ujar Farid. Di ujung pemaparan, ia mengatakan terkait air bersih, akan membagi Banda Aceh menjadi empat zona.

Baca: Adu Program Calon Pemimpin Banda Aceh

Adapun Aminulah memulai pemaparan visi misi dengan sedikit kritik kepada pemerintah kota. Jumlah APBD Banda Aceh, kata Aminulah, meningkat tapi pertumbuhan ekonomi turun dari 5,28 persen pada 2012 menjadi 5,10 persen pada 2015. Selain itu, pengangguran pada 2012 berjumlah tujuh persen tapi pada 2015 naik menjadi 12 persen. “Daya beli menurun, sulitnya modal, dan persoalan air bersih tak kunjung selesai. Pelanggaran syariat Islam masih terus terjadi walaupun penghargaan terus didapatkan,” ujar Aminulah. Masyarakat, kata dia, merindukan pemimpin prorakyat dan bebas intervensi serta responsif.

Bersama Zainal Arifin, Aminulah mengklaim akan memperbaiki kekurangan-kekurangan tersebut dan merespon keluhan warga. Selain syariat Islam, program-program yang diusung Aminulah-Zainal juga hampir sama dengan Illiza-Farid. Beberapa misi yang dipaparkan Aminulah-Zainal seperti memakmurkan masjid, membebaskan biaya tebus beras miskin, dan pendidikan gratis. Yang agak sedikit berbeda, Aminulah mengatakan akan membentuk lembaga keuangan syariah. Namun, tidak jelas lembaga keuangan seperti apa. Ia juga menyebut akan mengembalikan kejayaan bonden sepakbola Banda Aceh, Persiraja. “Untuk mengenang jasa almarhum Mawardy Nurdin sebagai bapak pembangunan, akan mengusulkan gedung balai kota diganti nama menjadi gedung Mawardy Nurdin,” ujar Aminulah.

Mawardy Nurdin meninggal dunia pada 2014.Ia menjabat sebagai Wali Kota Banda Aceh sejak 2007. Pada pemilihan kepala daerah 9 April 2012, Ia berduet dengan Illiza Saaduddin Djamal dan kembali terpilih untuk kedua kalinya.

Saat segmen kedua, panelis Aliamin menanyakan kepada pasangan nomor satu tentang langkah mewujudkan pertumbuhan ekonomi dan pariwisata di Banda Aceh. Menurut Illiza, pertumbuhan ekonomi Banda Aceh jauh lebih baik. “Lima persen pada 2015, capaian ini lebih baik dibandingkan 2014 yang hanya 4,5 persen,” ujarnya.

Salah satu langkah yang bakal dilakukannya, kata Illiza, membuka akses ekonomi dan permodalan, menurunkan biaya hidup, dan memberikan pelatihan ketrampilan terutama bagi pemuda. “Pariwisata berpotensi besar dalam penerapan tenaga kerja,” ujarnya.

Adapun Farid menambahkan mereka akan mengembangkan wisata berbasis budaya. “Membangun Peunayong dan Gampong Pande sebagai heritage pusat kebudayaan. Kawasan seputar Masjid Raya akan ditata kembali sebagai tempat wisata religi,” ujarnya.

Program unggulan yang dipaparkan Farid adalah pengembangan water front city. Ia menyebutnya kawasan wisata tepi air. Water front city adalah istilah untuk kota-kota di dunia yang menghadap ke sungai atau laut, juga memiliki transportasi air. Di Banda Aceh, program ini digagas saat Mawardy Nurdin menjadi wali kota. Salah satu gagasan dalam program itu adalah kesepakatan pembersihan Krueng Aceh yang diawali dengan penandatanganan kerja sama antara pemerintah kota Dirjen SDA Kementerian Pekerjaan Umum Indonesia. Kesepakatan itu dilakukan di Aula Kantor Wali Kota Banda Aceh pada Maret 2013.Namun, selepas kepergian Mawardy proyek itu berhenti di tengah jalan.

Lanjut ke Halaman 2

Belum ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait