Banda Aceh – Tiga Perupa dan seorang pehikayat Aceh dipastikan mengikuti dan meriahkan Jakarta Biennale 2015 yang akan berlangsung pada 15 November 2015 – 17 Januari 2016 mendatang. Empat seniman tersebut yaitu Iswadi Basri, Cut Putri Aya sofia, Fuady Keulayu dan Idrus Bin Harun.
Kurator Jakarta Biennale asal Aceh Putra Hidayatullah mengungkapkan seniman muda Aceh tersebut membawa isunya masing-masing melalui media seni. “Iswadi Basri, Cut Putri Aya sofia, Fuady dan Idrus Bin Harun akan membawa isu kekinian Aceh.” Ujar lelaki yang akrab dipanggil Putra ini.
Menurut Putra, isu yang diangkat pada Jakarta Biennale kali ini sesuai dengan isu yang sering diangkat dalam karya keempat seniman Aceh tersebut. “Fuady dan Idrus bin Harun akan mengangkat isu sejarah setidaknya dalam tiga dekade ini. Terutama Aceh, bagaimana keberadaannya selama 30 tahun terakhir.” ungkap Putra.
“Iswadi Basri akan mengelola isu tentang air dalam konteks ekonomi dan ekologis melalui medium ungkap senirupa. Cut Putri Aya Sofia, setelah melakukan riset di Jakarta beberapa waktu lalu, akan mengangkat isu kehidupan urban Jakarta dalam lingkup kelurahan Paseban” lanjut Putra.
Sedangkan Fuady Keulayu, seniman dengan karya hikayat panggungnya, akan mengisi acara pembuka dengan diiringi biola kesayangannya. Anggota dari Komunitas Kanot Bu Banda Aceh ini mengatakan bahwa ia bersemangat sekali melakukan persiapan dalam even berskala internasional tersebut.
Menurut Fuady, kisah-kisah pilu zaman konflik mulai luntur diingatan generasi sekarang. “Kiban han seumangat teuh, nyoe menyangkut masa lalu teuh yang ka hana le ureung tem ingat” ujarnya dalam bahasa Aceh di sela-sela latihan di Bivak Emperom, kantor Komunitas Kanot Bu.
Jakarta Biennale merupakan perhelatan akbar dua tahunan seni rupa kontemporer berskala internasional. Pada 2015, perhelatan ini mengusung tema “Maju Kena, Mundur Kena: Bertindak Sekarang”.
Pada Jakarta Biennale 2015 kali ini mengangkat tema “Maju Kena, Mundur Kena: Bertindak Sekarang”, Sebagai salah satu pesta seni kontemporer yang ada di tanah air, Jakarta Biennale terus berstransformasi dirinya untuk menjadi ajang temu karya seni dan seniman yang ada di berbagai daerah di Indonesia.
Dengan tema ini, Jakarta Biennale hendak meninjau masa kini, tanpa harus terjebak dalam nostalgia masa lampau dan mimpi-mimpi akan utopia masa depan. Karya-karya yang dikurasi adalah karya yang berfokus pada kondisi ekonomi, sosial, dan emosional masyarakat sekarang di Indonesia. Jakarta Biennale ingin membingkai bagaimana warga di berbagai kota dan lingkungan hidup dan bersikap terhadap masa sekarang lewat tindakannya.
Jakarta Biennale 2015 dikuratori oleh Charles Esche, yang pernah terlibat dalam berbagai bienial internasional penting seperti Gwangju Biennale 2002, Istanbul Biennale 2009, dan Sao Paulo Biennale 2014. Ia berkolaborasi dengan tim kurator muda Indonesia dari berbagai kota: Anwar ‘Jimpe’ Rachman (Makassar), Asep Topan (Jakarta), Benny Wicaksono (Surabaya), Irma Chantily (Jakarta), Putra Hidayatullah (Banda Aceh), dan Riksa Afiaty (Jakarta).
Selain sejumlah pameran dan proyek seni rupa di ruang kota, Jakarta Biennale juga menyelenggarakan berbagai program pendukung seperti seminar, workshop, edukasi publik, dan panggung pertunjukan untuk seluruh warga Jakarta dan dunia. [dbs]
Belum ada komentar