Drama Pelakor, Jamilah Dijambak Hindon di Museum Tsunami

Drama Pelakor, Jamilah Dijambak Hindon di Museum Tsunami
Adegan Lomba Peudamee Ureung yang ditampilkan peserta asal Aceh Jaya di PKA ke-7, di Museum Tsunami Banda Aceh. (PM/Arif Hidayat)

PM, Calang – Pertengkaran hebat terjadi antara Jamilah dengan Hindon yang dituduh merebut suami orang, atau yang belakangan sering disebut pelakor (perebut laki orang), di Museum Tsunami, Banda Aceh, Rabu (8/8).

Hindon tampak menjambak dan mencakar Jamilah. Ia tersulut emosi, lantaran menduga Jamilah berselingkuh dengan suaminya, Ridwan. Hindon sendiri termakan kabar itu dari salah seorang sahabat karibnya, Zainab.

Karena tidak terima dituduh selingkuh, Jamilah yang merasa telah dicemarkan nama baiknya lantas melapor ke aparat gampong.  Usai disidangkan dalam rapat gampong serta mendengarkan pendapat dari pihak tuha peut, imum meunasah, tokoh adat, cendikiawan serta keuchik, akhirnya Hindon dan Jamilah berdamai, masalah pun selesai.

Meski terlihat sungguhan, pertengkaran tadi hanyalah sebuah drama. Seluruh adegan disajikan dalam latar sebuah panggung di Museum Tsunami, Banda Aceh. Kisah Jamilah dan Hindon merupakan rangkaian plot yang ditampilkan kontingen asal Aceh Jaya dalam Lomba Peudamee Ureung di Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) ke-7.

Pendamping peserta, Rafi’i S.Hum berujar, seluruh adegan diperankan oleh aktor pilihan asal Aceh Jaya. Dari adegan tersebut, penonton menyaksikan bagaimana cara menyelesaikan masalah sehari-hari di tingkat gampong. Salah satunya kasus pertengkaran rumah tangga.

“Permasalahan ini dipicu oleh pihak ketiga, maka oleh sebab itu kita harus bijak dalam menganalisa apakah benar atau tidak suami Hindon selingkuh dengan Jamilah,” kata Rafi’i mengulang ucapan keuchik dalam drama tadi.

Ia menjelaskan, setelah mendengarkan keterangan dari saksi, Ridwan dan Jamilah, terungkap lah bahwa kasus ini dilatarbelakangi cemburu buta Hindon.

“Padahal, ternyata Ridwan dengan Jamilah hanya berteman biasa. Dan akhirnya mereka pun berdamai sesuai adat gampong,” kata Rafi’i.

Meramu Drama Berdurasi Satu Jam

Di kesempatan tersebut, Rafi’i mengaku telah mempersiapkan drama tersebut secara maksimal sejak tiga minggu yang lalu.

“Kita sudah menampilkan yang terbaik dan sesuai dengan durasi yang diberikan oleh panitia, yakni selama 1 jam,” kata dia.

Penampilan peserta asal Aceh Jaya dalam Lomba Peudamee Ureung di PKA ke-7, di Museum Tsunami Banda Aceh. (PM/Arif Hidayat)

Dari persembahan tadi, lanjut Rafi’i, pihaknya menyimpulkan bahwa tidak ada masalah yang tak mampu diselesaikan di tingkat gampong.

“Karena 18 kasus adat sekarang sudah bisa diselesaikan di tingkat gampong atau mukim,” pungkasnya.

Reporter: Arif Hidayat

Belum ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait