Cagub Aceh Abdullah Puteh melaporkan pencemaran nama baiknya. Sebuah artikel menyebutnya punya adik yang berprofesi sebagai pendeta.
Berbatik cokelat lengan panjang, Jumat pekan lalu, Abdullah Puteh bergerak ke Markas Kepolisian Daerah Aceh. Tujuan calon Gubernur Aceh ini adalah ruangan Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu atau SPKT. Di sisinya, beriring jalan Sayed Mustafa Usab, calon wakil Puteh. Keduanya juga didampingi Safaruddin dari Yayasan Advokasi Rakyat Aceh atau YARA, dan beberapa kolega Puteh.
Setelah diterima petugas Polda di ruangan SKPT, Abdullah Puteh melaporkan pencemaran nama baiknya oleh seseorang yang bernama Tumpal Paulus Simanjorang. Dalam laporannya, Puteh mengatakan pada 25 Desember 2016 ada orang yang memberitahukan bahwa sebuah berita di media sosial mengaitkan namanya dengan seorang pendeta kristen bernama Mahezza Puteh. Mahezza ini disebut-sebut sebagai adik kandung Abdullah Puteh.
Calon gubernur nomor urut tiga ini membantah hal itu. Ia menilai, pencemaran nama baiknya melanggar Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik.
Berita di media sosial yang disebut Puteh dalam laporannya adalah tulisan berjudul ‘Mahezza Puteh, Adik Mantan Gubernur Aceh yang Perduli Petani Samosir’, tayang pada 16 November 2015 di bataktoday.com. Artikel tersebut ditulis Tumpal Paulus Situmorang terkait perjumpaannya dengan Mahezza Puteh.
Di halaman itu juga terpajang sebuah foto terkait artikel yang diduga sosok Mahezza Puteh. Jika dicek pada informasi foto, nama berkas gambar tersebut adalah Mahezza Puteh.
Tumpal, dalam tulisannya menyapa Mahezza dengan sapaan Puteh. Ia juga menuliskan soal bantuan modal kepada petani Kabupaten Samosir yang digagas Mahezza. “Pucuk dicinta ulam tiba, kira-kira begitulah hal yang dialami Mahezza Puteh yang adalah adik mantan Gubernur Nanggroe Aceh Darussalam, Abdullah Puteh ini. Apa yang diinginkannya, ditemukannya pada para petani di Onan Runggu itu,” tulis Tumpal.
Di paragraf lain ia menuliskan, “Awal perkenalan saya dengan Mahezza Puteh terjadi saat mengikuti satu acara yang dilakukan oleh Rudy Pesik, CEO DHL Indonesia, sekitar Oktober 2013 lalu. Ketika saya diberitahu bahwa Mahezza adalah adik Abdulah Puteh dan aktif dalam kegiatan KKR MNC Group, sejenak saya tidak percaya.”
Selain Batak Today, tulisan dengan isi hampir senada dimuat samosirgreen.com. Artikel yang tayang pada tanggal yang sama itu berjudul, ‘Mahezza Puteh, Pengkhotbah Kristen di MNC Group Yang Punya Kerinduan Berteman Dengan Petani Samosir’. Di dalam artikel ini, ada sub judul yang mengacu kepada Mahezza sebagai ‘Pengkotbah Berlatar Belakang Muslim’. Namun, di ujung tulisan tersemat nama penulis yang sedikit berbeda, yakni Tumpal Joseph Simanjorang. Ia mengaku diri sebagai ‘Pemerhati Pembangunan Kabupaten Samosir’.
Sementara, mengacu kepada foto di Batak Today, sosok berwajah sama juga tertera di akun Facebook ‘Mahezza Pualam Puteh’. Informasi singkat di akun berfoto sampul akar tanaman singkong tersebut menyebutkan Mahezza tinggal di Sentul, Jawa Barat. Ia pernah kuliah di Universitas Syiah Kuala, tapi tak disebutkan angkatan dan jurusan apa.
Menilik dari foto-foto di dalam akun itu, ada beberapa foto yang memang memperlihatkan Mahezza adalah pendeta saat memimpin kebaktian. Di salah satu foto, juga terlihat Mahezza bersama pemilik MNC Group Hary Tanoesoedibjo.
Selain foto, ada brosur yang berisi kegiatan ‘Konsultasi Nasional Pemimpin Umat Kristiani Indonesia’ yang digelar Februari tahun lalu. Salah satu pembicaranya adalah Pendeta Mahezza Pualam Puteh. Acara itu diselenggarakan oleh Badan Musyawarah Antar Gereja Gereja Nasional dan Persekutuan Pendeta Indonesia.
Selain itu, website GKI Bekasi Timur dalam warta jemaat pada 25 Januari 2015 juga pernah memuat kegiatan gereja yang diisi Pendeta Mahezza Puteh. Di situ sebutkan, narasumber adalah ‘Bpk Mahezza B. Puteh (asal Aceh)’.
Sosok Mahezza juga pernah menjadi narasumber situs berita poskotanews.com pada 1 Januari 2014. Di situs online tersebut, disebut Deklarator Masyarakat Singkong Indonesia (MSI), Mahezza Pualam Puteh. Namun, tidak dituliskan latar belakang Mahezza sebagai pendeta.
Sayangnya, Masyarakat Singkong Indonesia tidak memiliki web resmi. Namun, sebuah blog bertajuk Masyarakat Singkong Indonesia di halaman profil menuliskan nama Pualam Puteh sebagai pendirinya. Organisasi ini dibentuk melalui suatu deklarasi pada 28 Februari 2010. Tulisan terakhir yang diupdate di blog itu seperti terpantau Jumat pekan lalu, hanya penawaran kerjasama investasi, diunggah pada Senin, 22 Juni 2015.
Lalu, siapakah Tumpal Paulus Situmorang yang menulis artikel di Batak Today tersebut? Saat dihubungi Pikiran Merdeka, Tumpal Paulus Simanjorang, membenarkan dirinya menulis berita tersebut pada 15 November 2015.
Lewat telepon, pria 56 tahun ini menceritakan bagaimana awal perkenalan dirinya dengan Pendeta Mahezza Puteh. Pertemuan itu terjadi di sekretariat Lembaga Persahabatan Indonesia Amerika atau PPIA. Soal PPIA ini, di akun Facebook Mahezza Puteh, terlihat sebuah undangan acara PPIA yang diposting. Tidak jelas, apakah Mahezza juga aktif di PPIA.
Adapun Tumpal mengakui belakangan berita yang ia tulis tersebut menjadi polemik. Bahkan, ia pernah ditelepon Mahezza pada akhir tahun lalu untuk mengubah isi berita tersebut. “Pak Puteh (Mahezza Puteh) minta kepada saya untuk meralat berita itu,” ujar Tumpal, Sabtu pekan lalu.
“Pak Tumpal, tolong berita itu diralat, ya, karena itu tidak sesuai dan tidak benar,” Tumpal menirutkan permintaan Mahezza kepadanya. Menurutnya, pendeta tersebut baru membaca artikel itu dan keberatan dengan isi dan judul tulisan.
Tumpal juga mengaku tak mewawancarai langsung Mahezza saat menulis artikel tersebut. Ia hanya menanyakan sosok si pendeta kepada salah satu temannya yang ikut serta dalam rombongan Mahezza. “Karena beliau sibuk, saya tak sempat wawancarai beliau langsung. Namun karena saya pikir nama belakanganya Puteh, ada hubungannya dengan Abdullah Puteh,” ujar Tumpal.
Ia pun tak menyadari kekeliruannya soal kesamaan nama Puteh di belakang nama Abdullah dan Mahezza. Belakangan Tumpal menyadari kekeliruannya saat ada yang menyatakan bahwa banyak orang di Aceh yang memiliki nama belakang Puteh yang biasanya berasal dari satu kampung. “Pak Puteh (Mahezza) sendiri tak sempat saya klarifikasi hingga akhirnya beliau menelepon saya akhir tahun lalu,” sambungnya.
Meski mengaku tak begitu kenal dengan Mahezza, Tumpal menyatakan masih tetap berkomunikasi. Terakhir, keduanya bersua pada Desember 2015 dalam sebuah pertemuan di Jakarta.
Sementara tulisan serupa yang dimuat di situs Samosir Green dengan sedikit pengubahan, diakui Tumpal memang tulisannya. Ia menyebut dirinya kontributor di website itu. Sejak setahun lalu, ia sudah tak bekerja lagi di Batak Today.
Tumpal mengatakan telah menghubungi mantan pemimpin redaksinya di situs tersebut untuk meralat artikel itu. Namun, sekali lagi ia mengaku belum terhubung dengan redaksi untuk memuluskan permintaan tersebut.
Adapun Pemimpin Redaksi Batak Today Arif JV Girsang—seperti tertulis di dalam laman Redaksi situs tersebut—menolak keterangannya dikutip Pikiran Merdeka.
Saat Pikiran Merdeka meminta nomor kontak pribadi Mahezza, Tumpal menolak dengan alasan harus meminta izin kepada yang bersangkutan.
Selain itu, di sebuah akun Facebook beredar foto sosok mirip Mahezza hadir saat debat kandidat calon gubernur Aceh yang digelar di Hotel Hermes, akhir Desember tahun. Dalam foto yang diunggah seorang netizen itu, terlihat sosok mirip Mahezza yang memakai baju putih di antara kerumunan. Hingga pekan lalu, nama Mahezza juga menjadi topik perbicaraan hangat oleh sebagian netizen di Aceh.
Usaha Pikiran Merdeka menghubungi istri Mahezza, yakni Pendeta Abigail Puteh tak mendapat respon. Pesan WhatsApp yang dikirimkan hanya dibacanya, tanpa mendapat balasan.
Sementara itu, Abdullah Puteh saat di Polda Aceh mengatakan ia sama sekali tidak memiliki adik kandung maupun tiri. “Kemungkinan ini cuma dikaitkan dengan nama ujungnya saja yaitu Puteh,” ujarnya.
Ia melaporkan hal itu karena merasa sudah mengusik kenyamanannya, apalagi Pilkada sedang digelar di Aceh. Abdullah Puteh juga sama sekali tidak kenal dengan Mahezza. “Saya tidak mengenal Mahezza Puteh secara langsung. Namun bila dilihat dari akun Facebooknya, dia seorang pendeta, tidak ada hubungan dengan saya,” ungkapnya.
Kuasa hukum Abdullah Puteh, Safaruddin mengatakan kliennya hanya melaporkan Tumpal Paulus Simanjorang dalam kasus ini. Menurut Safaruddin, artikel itu telah mengganggu kenyamanan Abdullah Puteh. Tak hanya kliennya pribadi, kata Safaruddin, keluarga calon gubernur jalur perseorangan ini juga ikut terusik.
Safaruddin menilai, artikel itu sangat mengganggu secara psikologis. Secara tidak langsung berita tersebut sudah membunuh karakter Abdullah Puteh. “Berita itu membunuh karakter Pak Puteh dalam Pilkada,” ujarnya.
Ia berharap, pembuat dan penyebar artikel mendapat sanksi tegas agar ke depan tidak viral di media sosial hal-hal seperti itu. “Seolah-olah apa yang diberitakan itu benar, padahal itu fitnah. Kita minta polisi menindaklanjuti laporan ini,” tandasnya.[]
Belum ada komentar