Dihantam Banjir, Sejumlah Infrastruktur Rusak dan Rumah Penduduk Tergenang Air

Dihantam Banjir, Sejumlah Infrastruktur Rusak dan Rumah Penduduk Tergenang Air
RUMAH Penduduk di Desa Sawang satu, Kecamatan Sawang, Aceh Selatan bagian belakang telah mengalami kerusakan dan terancam amblas ke dasar sungai, akibat dihantam banjir yang terjadi Jumat (11/12) malam sehingga memperparah terjadinya erosi. | Pikiran Merdeka/Hendrik Meukek

PM, TAPAKTUAN – Musibah banjir skala besar kembali melanda hampir seluruh Kecamatan dalam wilayah Kabupaten Aceh Selatan, setelah wilayah itu diguyur hujan lebat Jumat (11/12) sore.

Keterangan yang dihimpun, Sabtu (12/12) menyebutkan, jembatan gantung di Desa Trieng Muduro Tunong putus total akibat dihantam banjir. Tak hanya itu, terjangan banjir juga meluluhlantakkan fasilitas Irigasi Desa Panton Luas yang menyuplai air ke tiga Desa masing-masing Desa Trieng Meduro Tunong, Trieng Meduro Baroh dan Sikulat.

Selain itu, badan jalan Kabupaten di Desa Panton Luas, Kecamatan Sawang juga terkelupas dan sebagiannya amblas ke dasar Sungai serta ratusan rumah penduduk dalam beberapa Desa dalam Kecamatan itu tergenang banjir setinggi 1 meter. Sementara beberapa rumah penduduk yang berdiri di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Desa Sawang satu, mengalami kerusakan dibagian dapur belakang serta puluhan lainnya terancam ambruk akibat diterjang banjir sehingga semakin memperparah terjadinya erosi.

Anggota DPRK Aceh Selatan, Tgk Adi Zulmawar menyebutkan, musibah banjir yang terjadi di Kecamatan Sawang tersebut merupakan musibah yang terburuk sepanjang 15 tahun terakhir.

“Musibah ini terburuk sepanjang 15 tahun terakhir, sebab akibat hantaman banjir selain mengakibatkan aktivitas masyarakat terganggu dan merusak sejumlah fasilitas umum juga mengakibatkan 150 hektar lahan sawah milik masyarakat terancam gagal tanam tahun ini karena fasilitas irigasi sumber pasokan air telah hancur total,” sebut Tgk Adi.

Lanjut Tgk Adi, Jembatan Gantung di Desa Trieng Meduro Tunong yang putus total dihantam banjir merupakan sarana penghubung utama bagi masyarakat setempat untuk menuju ke Desa Sawang Dua dan Desa Panton Luas.

Sedangkan beberapa rumah penduduk yang rusak dihantam banjir di Desa Sikulat dan Alue Paku, sebut legislator dari Partai Aceh ini, antara lain milik Drs Hasan Simar, Teuku M Husen, Nasrul, Jasman. Kerusakan rumah warga juga terjadi di Desa Blang Geulinggang antara lain milik Tgk M Harun, Sayed Azmi dan Mawardi.

Dia mengatakan, pada Jumat malam ratusan penduduk yang rumahnya terendam banjir khususnya yang berada di pinggir sungai, memilih mengungsi ke rumah-rumah saudara di Desa tetangga serta fasilitas umum lainnya yang dianggap aman dari banjir. Namun pada Sabtu pagi, warga korban banjir telah kembali ke kediamannya masing-masing untuk membersihkan lumpur yang menimbun rumah mereka setebal 50 sampai 80 cm.

“Kami mengharapkan kepada Pemkab Aceh Selatan dan Pemerintah Aceh, segera mengambil langkah-langkah yang komprehensif untuk menanggulangi bencana alam ini, terutama perbaikan terhadap fasilitas umum yang rusak termasuk Masjid di Desa Blang Geulinggang dan Meunasah di Desa Meuligo yang sebagian bangunannya telah amblas ke dasar Sungai,” ungkapnya.

Ditempat terpisah, tokoh masyarakat Labuhanhaji, Azmir SH, melaporkan, hujan lebat yang mengguyur kawasan itu sejak Jumat (11/12) sore, telah mengakibatkan badan jalan Nasional lintasan Tapaktuan – Banda Aceh tepatnya di Pasar Blang Keujeren, Kecamatan Labuhanhaji Barat tergenang setinggi 1 meter lebih, sehingga mengakibatkan arus lalu lintas lumpuh selama hampir 3 jam.

Selain menggenang badan jalan nasional, banjir juga merendam ratusan rumah penduduk, fasilitas umum serta lahan pertanian dalam Kecamatan Labuhanhaji Barat masing-masing di Desa Pelokan, Tengah Iboh, Ujong Padang, Tutong, Kuta Iboh, Kuta Trieng.

Menurut Azmir, banjir genangan itu terjadi selain akibat saluran drainase baik yang berada di pinggir jalan Nasional maupun di kawasan pemukiman penduduk telah banyak yang rusak dan tersumbat sehingga air hujan tidak mengalir secara lancar ke laut.

“Banjir makin diperparah lagi akibat terjadi penyumbatan muara kuala dan pendangkalan sungai sehingga air hujan tidak mengalir lancar ke laut. Sehingga akibat meluapnya Sungai Desa Pelokan juga berdampak tergenangnya beberapa Desa di Kecamatan Labuhanhaji Tengah seperti Desa Tengah Baru, Lembah Baru dan Padang Baru,” ujar Azmir.

Dia berharap kepada Pemkab Aceh Selatan melalui dinas terkait, agar segera memperbaiki dan membersihkan seluruh drainase yang ada di wilayah itu termasuk menormalisasi Sungai serta pengerukan mulut kuala sehingga air hujan dalam jumlah banyak bisa mengalir secara lancar ke laut.

Selain itu, laporan banjir juga diterima dari seorang warga Kecamatan Pasie Raja, Teuku Bintang. Dia menyebutkan, sebanyak 6 Desa di Kecamatan itu juga terkenang banjir setinggi 1 meter. Desa-desa tersebut masing-masing adalah Desa Paya Ateuk, merendam 44 rumah dan sebanyak 261 jiwa menjadi korban banjir, Desa Krueng Kale merendam 146 rumah korban banjir sebanyak 503 jiwa, Desa Silolo merendam 74 rumah korban banjir 396 jiwa, Desa Ladang Tuha merendam 115 rumah korban banjir 600 jiwa, Desa Pante Raja merendam 83 rumah korban banjir 503 jiwa dan Desa Panton Bilie merendam 23 rumah korban banjir 107 jiwa.

Sementara itu Sekretaris BPBD Aceh Selatan T Muhasibi MSi mengatakan, musibah banjir setelah wilayah itu diguyur hujan lebat Jumat (11/12) sore, terjadi hampir di seluruh Kecamatan. Namun, wilayah yang paling parah adalah di Kecamatan Labuhanhaji Barat, Sawang, Kluet Utara, Kluet Selatan dan Bakongan.

Di Kecamatan Bakongan, kata Muhasibi, akibat diterjang banjir mengakibatkan kepala jembatan di Desa Baro ambruk ke dasar Sungai. Akibatnya, kendaraan roda empat ukuran besar tidak bisa lewat kecuali mobil ukuran kecil seperti mobil bak terbuka L 300.

Berdasarkan informasi yang diterima pihaknya, lanjut Sekretaris BPBD, dampak musibah banjir telah mengakibatkan lima orang petani di Desa Pisang, Kecamatan Labuhanhaji Tengah yang tengah berada dikebunnya dikawasan pegunungan Desa setempat, dilaporkan hanyut dibawa arus Sungai, setelah pondok yang berlokasi dikebun mereka tersebut dihantam banjir lalu terseret arus Sungai yang deras.

“Sampai saat ini kami belum memperoleh perkembangan informasi menyangkut nasib lima orang petani yang hilang terseret arus sungai tersebut. Apakah mereka berhasil menyelamatkan diri atau telah tewas di amuk ganasnya arus sungai,” tegas Muhasibi. [PM007]

 

Belum ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait

Jokowi dan Pimpinan DPR Sepakat Tunda Revisi UU KPK
Presiden Jokowi dan Ketua DPR RI Ade Komarudin saat menyampaikan keputusan soal revisi UU KPK di Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (22/2/2016). | Kompas.com

Jokowi dan Pimpinan DPR Sepakat Tunda Revisi UU KPK