“Di Sini, Pengeboran Minyak Sudah Biasa”

“Di Sini, Pengeboran Minyak Sudah Biasa”
Polisi memasang garis pembatas di sekitar lokasi meldedaknya sumur minyak.(PM/ALI)

Pandanganya terlihat kosong. Sesekali dia mengusap aliran darah pada tangan ibunya yang terbaring lemah merintih kesakitan di RSUD Zubir Mahmud, Idi, Aceh Timur.

Adalah Zulfikar (46), warga Desa Bhom Lama, Kecamatan Rantau Peureulak, Kabupaten Aceh Timur yang merupakan salah satu keluarga dari korban ledakan sumur minyak tradisional yang berada di Desa Pasir Putih, Kecamatan Rantau Peureulak, pada Rabu (25/4).

Terkait: Bom Waktu Tambang Rakyat

Ibu Zulfikar bernama Halimah (65) adalah salah satu dari puluhan orang yang menjadi korban ledakan sumur minyak ilegal. Halimah terlihat terbaring di salah satu ruang rawat bedah di RS Zubir Mahmud. Luka bakar yang dialami Halimah cukup serius. Terlihat luka bakar di sekujur tubuhnya, bahkan untuk berbicara pun Halimah hanya menggunakan bahasa isyarat.

Selain Halimah, ada tiga orang lainya yang menjadi korban ledakan. Tiga orang tersebut juga dari keluarga Zulfikar. Mereka juga mengalami luka bakar yang cukup serius. Bahkan tiga orang keluarganya sudah dirujuk ke RSUD Zainoel Abidin Banda Aceh karena kondisinya kritis.

Zulfikar mengatakan, empat orang keluarganya menjadi korban ledakan sumur maut, yaitu orang tuanya bernama Halimah, kemudian abangnya bernama Jumadi Amin (40), adiknya Murniati (37), dan keponakanya Fatahillah (12).

Awal mula petaka di sumur ilegal diceritakan Zulfikar, di saat warga lain sedang istirahat, tepat sekitar pukul 02.00 WIB ledakan sumur minyak disertai gemuruh semburan api terdengar. Ia menuturkan, empat orang anggota keluarganya yang menjadi korban sebenarnya tidak terlibat dalam aktifitas pengeboran minyak.

Baca Juga: Simalakama Penertiban Tambang Ilegal

“Awalnya Fatahillah yang merupakan anak dari Murniati tidak pulang. Padahal saat itu sudah pukul 00.00 WIB. Kita sebagai orang tua jelas merasa khawatir. Kemudian Murniati bersama Halimah datang ke lokasi untuk menjemput pulang Fatahillah,” kata Zulfikar saat dijumpai Pikiran Merdeka di RS Zubir Mahmud, Kamis (26/4).

Saat tiba di lokasi sumur minyak, petaka itu terjadi. Tanpa disangka-sangka sumur minyak yang saat itu sedang dilakukan pengeboran dengan tiba-tiba meledak.

“Saya tidak tahu juga sumber apinya dari mana. Pada saat itu, Murniati dan Halimah yang sedang berada di lokasi tidak bisa menyelamatkan diri. Kondisi saat itu, di lokasi pengeboran dipenuhi tumpahan minyak, jadi tidak ada tempat untuk menyelamatkan diri,” ujarnya.

Beruntung, tambah Zulfikar, ibunya menyelamatkan diri dengan menyeburkan dirinya ke kolam, namun luka bakarnya kadung sudah sangat parah. Begitu juga dengan Murniati. Bahkan anaknya Fatahillah juga bernasib sama. Bocah tersebut mengalami luka bakar sekitar 70 persen.

“Jadi di sini sudah biasa kalau ada pengeboran minyak, warga menonton. Bahkan ada yang datang dari desa-desa lain,” ungkap pria yang rumahnya berjarak sekitar 500 meter dari lokasi ledakan itu.

Lain ceritanya dengan korban bernama Jumadi Amin. Kata Zulfikar, Jumadi juga ingin menjemput anaknya di lokasi semburan minyak. “Tadinya beliau berfikir bahwa anaknya juga di lokasi lubang sumur, sehingga langsung menyusul anaknya untuk dibawa pulang. Tapi setelah disusul anaknya tidak berada di lokasi. Sehingga Jumadi juga menjadi korban saat itu karena tidak bisa menyelamatkan diri,” ungkapnya.

Dia menyebutkan, dalam keluarganya tidak ada yang melakukan bisnis pengeboran sumur minyak. Meski demikian, dirinya mengakui bahwa pengeboran sumur minyak yang dilakukan selama ini sudah berlangsung lama.

Sementara itu, Direktur Rumah Sakit Zubir Mahmud, dr Edi Gunawan Mars mengatakan, sejak hari pertama kejadian, pihaknya telah menampung puluhan korban di rumah sakit itu. Ada yang meninggal di RS dan ada juga yang sudah meninggal di lokasi.

“Untuk korban luka saat itu kita langsung tangani, namun yang sudah parah kita rujuk ke RSUDZA Banda Aceh, karena peralatan kita di sini juga terbatas” kata Edi.

Dia menambahkan, saat ini pasien yang sedang menjalani perawatan di RS Zubir Mahmud berjumlah 9 orang. “Rata-rata mereka mengalami luka bakar yang sangat parah. Ada yang luka bakarnya mencapai 60 hingga 70 persen,” ujarnya.[]

Belum ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait

Hargai Kekhususan Aceh! (Editorial)
Peserta saat melakukan aksi di depan mesjid Raya Baiturrahman Banda Aceh.(pikiranmerdeka.co/Ali)

Hargai Kekhususan Aceh! (Editorial)

Mengembalikan Marwah Aceh
Mengembalikan Marwah Aceh

Mengembalikan Marwah Aceh