Zulkarnaini Hamzah alias Teungku Ni kembali bikin heboh. Dua minggu setelah pengibaran bendera Bintang Bulan di Mekkah, dia dituding menghina Presiden Jokowi dalam pidatonya.
“Kita dijanjikan perdamaian,” sebut Teungku Ni, seketika dalam bahasa Aceh bernada kasar, ia menyatakan, “tapi mereka (Pemerintah Pusat) tidak mau menerapkan perdamaian (sesuai isi MoU Helsinki).”
Sontak pernyataan Ketua KPA Wilayah Pasee itu disambut tepuk tangan para hadirin dalam acara dakwah peringatan Maulid Nabi Muhammad di Kantor DPW PA di Geudong, Aceh Utara, Kamis 7 April 2016.
“Wartawan silakan tulis ini, saya bertanggungjawab,” sambungnya.
Dia menyebutkan, bangsa Aceh tidak perlu takut, Aceh adalah bangsa pemberani. “Baru masalah bendera dikibarkan sudah tidak boleh, apa pasal?” serunya, sebagaimana tersebut dalam video suara rekaman Teungku Ni yang beredar di Youtube.
Dia menyatakan sudah cukup bangsa Aceh bertekuk lutut pada Jawa. Juga disebutnya pemimpin Aceh saat ini tidak tegas, terutama dalam melaksanakan butir-butir MoU Helsinki. Yang duduk di kursi nomor satu, kata dia, haruslah tegas sebagaimana Rasulullah memimpin syiar Islam.
Ia juga sempat mempersoalkan sisa dana APBA yang setiap tahunnya harus dikembalikan ke pusat. “Sudah 73 tahun uang Aceh dibawa pulang ke Jawa, kenapa kita masih duduk diam saja?” tandasnya.
“Biar mereka tahu, dari dahulu 4 Desember 1976 sampai 2016, MoU menjadi darah bagi orang Aceh. Tapi pemerintah pusat (Jakarta) berani mempermainkannya (MoU)?” teriaknya.
“Nyan jinoe kameugantoe lom presiden, hana kutusoe presiden pijuet/Sekarang Presiden sudah berganti lagi, saya tidak kenal presiden yang kurus itu,” seru Teungku Ni, disambut gelak tawa dan sorak pendengar. “Aceh dibuat seperti Papua,” sambungnya.
Sepanjang lima menit video rekaman itu, Tuengku Ni tidak menyebutkan nama Jokowi, hanya sebatas menyebut ‘presiden yang kurus itu’. Kecuali itu, dia lebih menekankan agar Aceh bisa mengibarkan bendera Aceh sesuai amanah MoU Helsinki.
Seketika, video “Inilah Rekaman Asli Penghinaan Tengku Ni Kepada Presiden Jokowi” yang diunggah ke Youtube pada 15 April 2016 oleh akun Atjeh Satoe merebak ke masyarakat. Tentunya menimbulkan perdebatan di masyarakat dan turun tangan kepolisian.
TAK SENGAJA
Ketua Komite Peralihan Aceh (KPA) Wilayah Samudera Pasee merangkap Ketua Dewan Pimpinan Wilayah Partai Aceh (DPW-PA) Aceh Utara, Teungku Zulkarnaini Hamzah, memberikan klarifikasi terkait beredarnya rekaman yang disebut-sebut sebagai pelecehan dan penghinaan kepada Presiden Jokowi.
Teungku Ni—begitu ia disapa—membantah apa yang disampaikan itu sebagai pernyataan dirinya. “Itu bukan pernyataan, tapi pidato peringatan maulid,” katanya ketika dihubungi Pikiran Merdeka melalui telepon selular, Jumat (29/04/16).
Cerita ini, sebut dia, berawal saat berlangsungnya acara peringatan maulid Nabi Muhammad SAW di kantor DPW PA di Geudong, Aceh Utara. Dia menjelaskan bahwa kala itu, pihaknya adalah yang terakhir menyelenggarakan maulid akbar, dibanding daerah lain.
Bahkan, sebut Teungku Ni, semua kalangan diundang dan ramai orang yang datang. Kemudian, lanjut mantan Panglima GAM Wilayah Pasee ini, dia dipersilahkan untuk berpidato. Dalam maulid itulah, katanya, mungkin ada pembicaraan dirinya yang dijadikan masalah.
“Saya lebih menekankan pembicaraan pada masalah MoU Helsinski. Jadi, di situ saya pun (berpidato) secara spontan, tanpa konsep pembicaraan,” katanya.
Belum ada komentar