PM, Banda Aceh—Buku bunga rampai dengan judul “Demi Damai” resmi diluncurkan dan dibahas oleh sejumlah pakar beberapa hari lalu. Buku tersebut merupakan hasil pemikiran sejumlah orang terhadap buku kumpulan puisi “Pulang Melawan Lupa” karangan Zubaidah Djohar.
Menurut Zubaidah, setelah buku kumpulan puisinya “Pulang Melawan Lupa” terbit dan mendapat tanggapan dari berbagai pihak, yang kemudian muncul sejumlah penulis dan kritikus membahas buku kumpulan puisi tersebut dalam bentuk tulisan. Tulisan-tulisan tersebut berasal dari hasil diskusi di beberapa daerah, termasuk yang muncul di media massa.
“Ada juga yang diundang khusus untuk menulis demi memperkuat kajian dalam pelbagai aspek. Hasil ulasan sejumlah kalangan itulah, yang diterbitkan menjadi sebuah buku baru pula dengan judul “Demi Damai” yang dibedah di aula FKIP tempo hari,” katanya.
Para penulis buku “Demi Damai terdiri atas 28 orang, mulai kritikus sastra, sastrawan, budayawan, aktivis HAM, antropolog, sosiolog, filsuf, agamawan, sampai tokoh perempuan.
“Buku ini merupakan rumpun kajian dari kumpulan tulisan terkait perempuan, keadilan dan retas perdamaian di Aceh, yang ditelaah dari kumpulan puisi “Pulang, Melawan Lupa”. Buku ini didiskusikan dalam rangka memperingati 10 tahun perdamaian Aceh sekaligus menyambut Hari Perdamaian Internasional yang jatuh pada tanggal 21 September ini,” kata Zubaidah.
Selain itu, tambah Zubaidah, peluncuran buku ini juga bagian dari peringatan terhadap Hari Pembela HAM, 7 September, yang diperingati bertepatan dengan hari kematian Munir.
“Buku ini terbit atas kerja sama Penerbit Jalasutra dan Balai Syura Ureung Inong Aceh (BSUIA) dengan dukungan UN WOMEN. Sama dengan spirit buku Kumpulan Puisi Pulang Melawan Lupa dan versi Bahasa Inggrisnya, kumpulan tulisan ini juga didedikasikan untuk mendukung program-program keberlanjutan perdamaian di Aceh, khususnya pemulihan perempuan,” tuturnya.
Buku yang dieditori oleh Andy Yentriyani sudah dibahas di Aula FKIP Unsyiah pada pekan pertama September 2015. Hadir sebagai pembahas ketika itu Wiratmadinata, Teuku Kemal Fasya, Lies Marcoes, dan Profesor Yusni Sabi. Kegiatan tersebut diisi dengan musikalisasi puisi oleh Doni dan kawan-kawan.
“Juga dimeriahkan para penyair Aceh seperti Herman RN, Djamal Syarif, Nazar Syah Alam. Ini semua berkat kerja sama ICAIOS dan dukungan Gemasastrin Unsyiah dan ESA FKIP Unsyiah,” tutur penyair Aceh berdarah Minang itu.
[PM004]
Belum ada komentar