Sederet wajah baru menghiasi Fraksi Partai Aceh pasca perombakan alat kelengkapan DPRA. Strategi baru Partai Aceh menjelang Pileg 2019 atau buntut kekalahan pada Pilkada?
Teungku Muharuddin tak terlihat di gedung Dewan Perwakilan Rakyat Aceh pada Jumat pekan lalu. Sejatinya, selepas Jumat, DPRA akan menggelar sidang paripurna khusus. Agendanya ada tiga, pertama persetujuan terhadap rencana pelepasan hak atas tanah dan bangunan dalam bentuk hibah kepada Kejaksaan Tinggi (Kejati) Aceh dan Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh. Kedua, persetujuan pembentukan Daerah Otonomi Baru (DOB) Kota Meulaboh sebagai pemekaran dari Kabupaten Aceh Barat, dan pengumuman perubahan susunan fraksi dan alat kelengkapan DPR Aceh.
Sidang sempat ditunda karena tak semua anggota hadir. Ketiadaan Tgk Muharuddin, membuat Teuku Irwan Djohan yang memimpin sidang. Ia akhirnya melanjutkan sidang dengan ditemani dua pimpinan lainnya, Sulaiman Abda dan Dalimi.
Siang itu, agenda pergantian AKD yang paling menarik perhatian. Bagaimana tidak, dua hari sebelumnya, isu terkait kompisisi AKD yang baru sudah bergulir.
Dari beberapa fraksi di DPRA, ada tiga fraksi yang mengusulkan pergantian ketua fraksinya. Partai Golkar, NasDem dan Partai Aceh. Posisi Aminuddin sebagai Ketua F-Golkar kini dijabat Zuriat Suparjo yang menggantikan Aminuddin. Sementara F-NasDem yang sebelumnya dijabat Ramadhana Lubis digantikan Saifuddin Muhammad.
Sementara itu, Fraksi Partai Aceh melalui suratnya Nomor 096/DPA-PA/IV/2017 tanggal 18 April 2017 mengajukan nama Iskandar Usman Al-Farlaky sebagai ketua F-PA yang baru menggantikan Kautsar M Yus. Sementara Wakil ketua dijabat Mariati MR dan Abubakar bin Usman. Sementara Sekretaris dipercayakan kepada Azhari, Adam Mukhlis dan Rusli sebagai wakilnya. Posisi Bendahara Fraksi Partai Aceh dipercayakan kepada Siti Naziah.
Sementara itu tak ada perubahan di tubuh F-PAN, F-PPP dan F-Gerindra/PKS. Asrizal masih menjabat Ketua F-PAN. Murdani sebagai Ketua F-PPP, Ibrahim ketua F-Demokrat dan Fraksi PKS-Gerindra tetap dijabat Abdurrahman Ahmad.
Dalam penjelasannya, Irwan Djohan menuturkan, penempatan posisi baru dari fraksi tersebut mengacu pada Peraturan DPRA Nomor 1 Tahun 2016 tentang Tata Tertib DPRA. Dimana, dalam Pasal 51 ayat (9) dan ayat (10) Peraturan Tata Tertib DPRA disebutkan bahwa pimpinan fraksi terdiri dari ketua, wakil ketua dan sekretaris ditetapkan oleh pimpinan partai politik nasional dan partai politik lokal Aceh atau gabungan pimpinan partai politik nasional dan partai politik lokal di Aceh.
Pergantian struktur Fraksi PA maupun komisi yang menjadi “jatah” adalah respons DPA PA usai kekalahan di Pilkada 15 Februari lalu. Perombakan di tubuh fraksi yang paling kentara. Kautsar yang sebelumnya menjabat ketua, kini “dibebas tugaskan”. Ia “dibuang” ke komisi VII yang membidangi Kebudayaan dan Agama. Di komisi yang diketuai politisi PKS Ghufran Zainal ia hanya menjadi anggota biasa. Sementara penggantinya adalah Iskandar Usman Al-Farlaky. Politisi termuda di DPRA itu sebelumnya menjabat Ketua Badan Legislasi (Banleg) kini dipromosi menjadi ketua fraksi partai penguasa di Parlemen Aceh.
Dari empat komisi yang dikuasai PA, tiga ketua komisi juga dirotasi. Ketua Komisi I yang sebelumnya dijabat Abdullah Saleh kini beralih kepada Ermiadi. Abdullah Saleh ditugasi mengisi jabatan Ketua Banleg yang ditinggalkan Iskandar. Ketua Komisi II juga berganti dari sebelumnya Tgk Akhyar kini dijabat Nuruzzahri. Ketua Komisi III juga dirotasi, Efendi menggantikan Zainuddin. Sementara Komisi IV tetap dipercayakan kepada Tgk Anwar Ramli.
Cage sendiri tak hadir dalam sidang kemarin. Begitupun Kautsar hanya sebentar saja berada di Gedung DPRA. Seusai Ashar dia tak terlihat lagi di dalam ruang sidang.
Dua hari sebelum sidang, isu pencopotan Kautsar sudah terendus media. Dimulai dari media sosial, isu tersebut bergulir hingga akhirnya Kautsar mengakuinya saat ditemui Pikiran merdeka, Kamis pekan lalu.
“Iya. Saya akan digantikan Iskandar Alfarlaky dari posisi Ketua F-PA. Besok (Jumat, 28/4) sidang paripurna,” tutur Kautsar, Kamis, 27 April 2017.
Pergantian ini diakui Kautsar hal yang biasa dan tak perlu dibesar-besarkan. Menurut dia, dalam tatib diatur mekanisme pergantian AKD setelah 2,5 tahun menjabat.
Informasi diperoleh Pikiran Merdeka dari sumber yang layak dipercaya, pergantian Ketua Fraksi PA dilakukan karena desakan sejumlah anggota dewan F-PA dan pengurus partai yang tak suka dengan gaya politik Kautsar. Ia juga dinilai terlalu dekat dengan Mualem. Bahkan menurut sumber ini, Wakil Ketua PA Kamaruddin Abubakar alias Abu Razak juga meminta Mualem agar Kautsar di PAW. Abu Razak berdalih, itu semua permintaan akar rumput PA di daerah. Namun, keinginan itu dimentahkan Mualem. Ketua KPA ini tetap menginginkan Kautsar duduk sebagai anggota dewan meski tak diberi jabatan apapun.
Kautsar menolak berkomentar saat ditanyai soal ini. Ia hanya menegaskan belum pernah dipanggil partai terkait statmennya di media.
Begitupun, saat dikonfirmasi Pikiran Merdeka, Abu Razak membantahnya. “Tidak benar, itu isu saja. Saya sudah bertemu Kautsar dalam beberpa kesempatan kami duduk satu meja, dan dia sudah menjelaskan soal statemen dia di media,” jawab Abu Razak, Sabtu pekan lalu.
Sumber ini juga menyebutkan, Azhari Cage yang telah menyatakan mundur dari DPRA ternyata mengincar kursi ketua fraksi. Strategi pengunduran Cage dinilai sebagai upaya mencari dukungan dan simpati dari akar rumput PA.
Namun, pergantian Cage sendiri tak direstui Mualem. Abu Razak menyatakan pergantian Cagee masih belum diproses dan tergantung Mualem. Cage sendiri dinilai sebagai loyalis Mualem. Terkait penunjukan Cage sebagai sekretaris fraksi, Abu Razak hanya menjawab singkat. “Tanyakan kepada Mualem saja biar satu suara. Saat ini dia (Cage) masih anggota DPRA dan wajar saja jika diberi posisi,” ujar Abu Razak berdalih.
Di sisi lain, Kautsar mengakui pergantian dirinya diketahui bukan langsung dari pimpinan partai, melainkan dari ketua fraksi yang baru Iskandar Alfarlaky. Iskandar sendiri mengakui menerima informasi penunjukkannya sebagai Ketua F-PA menjelang sidang paripurna. Ia menolak merincikan lebih banyak terkait kronologis penunjukan dan siapa yang memberitahukan kepadanya.
“Saya dipangggil dan disampaikan (keputusannya) oleh pimpinan partai,” jawab Iskandar, Sabtu pekan lalu.
Dalam kepemimpinannya ke depan, Iskandar mengakui belum menerima intruksi khusus dari Mualem. Hanya saja, Iskandar mengakui arahan bersifat umum seperti peningkatan prestasi kerja dan fungsi legislatif diharapkan lebih meningkat lagi.
Begitupun instruksi untuk berkoalisi, Iskandar mengaku belum bisa memberikan jawaban kemana arah koalisi PA ke depan. “Belum bisa menjelaskan ke arah sana, itu harus menunggu sikap dan keputusan pimpinan partai.”
Pergantian ini disebut-sebut sebagai bagi-bagi jabatan bagi para loyalis Mualem dan Abu Razak. Mereka yang baru diberikan jabatan di komisi yang baru dinilai sebagai loyalis Abu Razak, yaitu Ermiadi, Nuruzzahri, Efendi dan Zulfadli. Nuruzzahri sendiri adalah sekretaris Abu Razak di Tim Pemenangan Mualem-TA Khalid di Pilkada 2017 lalu.
Sementara Iskandar Alfarlaky dan Azhari Cage disebut-sebut adalah loyalis Mualem. Sementara itu, Kautsar meski disebut sebagai loyalis Mualem akhirnya terdepak dari jabatannya.
Namun, kabar ini disikapi dingin oleh Iskandar Alfarlaky. Bagi dia, dalam berpartai, loyalitas kepada pimpinan sangat diperlukan. Ia menilai tidak benar jika dibangun stigma berpikir adanya perbedaan loyalitas terhadap masing-masing pimpinan.
“Bagi saya, sebagai prajurit di dalam parlemen dan kader partai harus loyal kepada pimpinan dan tidak benar kalau dibangun stigma berpikir yang seperti itu,” aku Iskandar.
Untuk ke depan kata dia, ia bersama rekan-rekannya di F-PA akan memfokuskan konsolidasi dan menentukan langkah-langkah kerja yang tepat dan bersinergi dengan kebijakan partai.
“Kita akan membangun rekontruksi koordinasi yang bagus dengan pimpinan partai.”
Fraksi PA bukan tanpa cela
Pengamat Politik Teuku Kemal Fasya menilai kondisi internal PA tidak cukup solid. Gesekan dan ambisi kepentingan cukup kental di tubuh F-PA. Pergantian Ketua F-PA dinilai buntut dari langkah politik yang diambil Kautsar seusai Pilkada. Ia dinilai terlalu cepat bertindak untuk mendinginkan suasana dan hal itu belum bisa diterima sebagian kalangan PA.
Satu hal lain menurut dia karena Kedekatan Kautsar dengan Mualem yang membuat iri sebagian pengurus partai lain. Kedekatan ini menurut mereka telah membuat Mualem selalu mendengarkan masukan dari Kautsar.
“Kedekatan Kautsar dengan Mualem ini lebih dekat dari pada eks kombatan yang lain. Sehingga dalam gestur politik menjadikan orang pada akhirnya antara suka dan tidak suka pada dia. Jadi saya lihat ini menjadi persoalan sangat personal. Walaupun juga persoalan gagasan juga menjadi penyebab untuk melengserkan Kautsar,” kata Kemal, Sabtu, 29 April 2017.
Ia menilai momentum ini pada akhirnya dimanfaatkan oleh kubu-kubu yang tak suka kepada Kautsar.
Kelemahan lain yang terlihat dalam kacamata Kemal dari tidak adanya satu komando dalam tubuh PA. Lemahnya leadership Mualem ini membuat arus bawah lebih agresif dalam memunculkan beragam wacana.
“Mulem sepertinya tak menentukan batasan apa yang boleh dan tidak boleh disampaikan di ruang publik. Ini menjadi persoalan,” tegas Dosen Ilmu Politik Unimal ini.
Dalam komposisi yang baru, Kemal sendiri menaruh harapan kepada ketua komisi yang baru. Ia menilai penunjukan Ermiadi sudah tepat karena sudah memiliki pengalaman dan memiliki latar belakang kampus. Di sisi lain, penunjukan Iskandar Farlaky menurut Kemal tak lebih baik dari pada Kautsar. Menurut dia pengalaman dan kemampuan komunikasi Kautsar masih lebih baik dari penggantinya.
“Kalau Cage (sekretaris fraksi) tak perlu dibicarakan lah, kita sudah tahu (kemampuan) dia,” pungkas Kemal. []
Belum ada komentar