PM, SUBULUSSALAM – Malang menipa Jono Sahmudin. Bocah berusia 12 tahun warga Desa Danau Teras, Kecamatan Simpang Kiri, Kota Subulussalam ini menderita penyakit tumor di bagian perut.
Selama tujuh bulan ini, putra kedelapan dari sembilan bersaudara pasangan Sapril (52) dan Murni (50) ini hanya bisa tergolek lemas di atas tempat tidur akibat penyakit yang dideritanya.
Badannya saban hari kian menyusut. Perut sebelah kirinya pun semakin terlihat keras. Yang lebih memilukan, kini hampir semua bagian tubuhnya nyaris tak bisa digerakkan lagi. Sekalipun bisa digerakkan, Jono mengeluh kesakitan.
Menurut cerita Sapril ayah kandung Jono, penyakit tumor yang diderita oleh putranya itu berawal dari terkena benturan usai mandi di sungai yang tak jauh dari pemukiman warga.
Sepulang dari mandi, Jono mengeluhkan sakit di bagian perut kepada orang tuanya. “Badannya panas selama seminggu setelah terkena benturan itu,” kisah Sapril, yang sehari-hari bekerja sebagai pedagang es keliling.
Karena suhu tubuhnya semakin panas, akhirnya dibawa ke RSUD Subulussalam. Namun, beberapa hari dirawat dokter menyarankan Jono untuk dirujuk ke RSUDZA Banda Aceh.
“Saat itu, dokter menduga ada tumor dan pembekuan darah massal di bagian perut anak saya,” ujar Sapril, kepada pikiranmerdeka.co, Selasa (7/11).
Namun, saran dokter untuk dirujuk ke RSUZA terpaksa diabaikan orangtua Jono. Bukan tanpa alasan, salah satunya karena faktor ekonomi. Keluarga Jono tidak mampu menanggung biaya hidup selama di Banda Aceh.
“Terpaksa kami membawa pulang ke rumah karena uang kami tak ada untuk biaya hidup di Banda Aceh. Apalagi ke Banda Aceh tentu memerlukan biaya hidup banyak. BPJS hanya menanggung pasien sementara biaya pendamping ditanggung sendiri oleh keluarga pasien,” aku Sapril.
Hal senada disampaikan Murni ibu kandung Jono. Jika pada saat itu mereka memiliki uang, sudah tentu Jono akan dirujuk ke Banda Aceh guna mendapatkan pelayanan yang lebih baik.
“Pada saat itu kami sama sekali tak punya uang, jualan es keliling hanya mencukupi makan sehari-hari. Jika saja saat itu ada sedikit uang, kami akan membawanya,” kenang Murni.
Wanita yang bekerja sebagai pemulung ini mengaku sudah tak kuasa melihat keadaan anak mereka. Setiap malam, Jono selalu menjerit kesakitan.
“Bahkan hampir setiap malam kami tak bisa tidur untuk menjaga Jono karena merasa kesakitan,” ucapnya.
Atas kondisi saat ini, pihak keluarga hanya bisa berharap uluran tangan dari pemerintah maupun dermawan yang bisa membantu biaya pengobatan Jono. Sehingga Jono bisa sembuh dan bersekolah kembali seperti anak lain seusianya.()
Belum ada komentar