Surabaya—Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengimbau kepada seluruh masyarakat Indonesia untuk lebih waspada dan tanggap terhadap bencana banjir dan longsor sepanjang musim hujan kali ini.
“Kepada seluruh masyarakat yang tinggal di tebing, kalau menemukan ada rekahan mohon memberitahukan kepada pihak kelurahan setempat. Jika terjadi hujan terus menerus selama tiga hari, harap mengungsi dahulu, karena sebenarnya air masih berada di tanah tersebut walaupun hujan sudah reda,” ujar Kepala BNPB, Syamsul Maarif usai menghadiri Seminar Peran Pemuda Dalam Menaggulangi Bencana di Surabaya, Sabtu (21/12/2013).
Menurut pengakuan Syamsul, pihak BNPB selalu melakukan koordinasi dengan pemerintah daerah terkait banyaknya wilayah yang berpotensi terkena musibah, baik banjir, tanah longsor ataupun gempa.
“Sudah dipetakan, mana saja daerah yang rawan gempa, banjir ataupun tanah longsor. Dan kami sudah melakukan koordinasi dengan pemerintah terkait agar mereka lebih waspada dan memberikan peringatan kepada warganya. Selain itu, kami juga terus menerus mengkampanyekan bangunan aman bencana, bagaimana membangun rumah yang aman di lokasi yang rawan gempa, bagaimana membangun rumah atau bangunan lainnya di wilayah yang rawan banjir dan longsor atau bagaimana membangun jembatan yang berada dibawah gunung berapi yang masih berpotensi meletus,” tambahnya.
Dengan banyaknya bencana yang terjadi, pasti muncul teori-teori baru tentang konstruksi bangunan yang dipandang cukup aman ketika terjadi bencana. Hanya saja, masih sedikit masyarakat yang sadar tentang pentingnya penerapan teori sebut. “Sementara ini, kami hanya menemukan rumah aman gempa di daerah Padang Sumatra Barat dan rumah aman banjir di daerah Tuban,” ujarnya.
Selain itu, tanggap bencana juga berupaya ditanamkan oleh BNPB kepada seluruh pemuda Indonesia dengan menggelar seminar peran pemuda dalam menaggulangui bencana di berbagai wilayah. Diantaranya Jawa Timur, seperti di Surabaya yang diikuti oleh 70 peserta dari Mojokerto, Pasuruan, Sidoarjo, Malang, relawan kampus Unitomo dan beberapa elemen lainnya.
“Seminar tersebut bertujuan untuk membuka wawasan bahwa dalam sebuah bencana pemuda harus punya peran untuk mengurangi resiko serta membantu proses evakuasi,” tambah Dewan Penasehat Komunitas Relawan Indonesia, Adi Cahyono.
Lebih lanjut ia mengatakan, sebenarnya peran pemuda dalam penanggulangan bencana sudah bagus, tetapi perlu ditingkatkan terkait dengan jalur koordinasi. Sebab selama ini keikutsertaan mereka biasanya secara individu dan tidak terkordinasi.
“Kalau tidak terkoordinir tidak akan mencerminkan kekuatan. Sehingga kami memutuskan relawan yang boleh berangkat ke wilayah bencana harus memiliki mandat dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah,” pungkasnya.[kbc]
Belum ada komentar