PM, Lhokseumawe – Perayaan Milad Gerakan Aceh Merdeka (GAM) ke-48 di Lhokseumawe, disertai pengibaran Bendera Bulan Bintang oleh puluhan anggota Komite Peralihan Aceh (KPA) Wilayah Kuta Pase, pada Rabu (4/12/2024). Video upacara yang berlangsung di lapangan voli tersebut viral di berbagai platform media sosial dan memicu beragam reaksi.
Dalam video yang tersebar, tampak anggota KPA berbaris rapi di lapangan. Prosesi pengibaran bendera dilakukan oleh tiga orang pria yang memakai baju putih celana hitam. Mereka menaikkan Bendera Bulan Bintang diiringi lantunan azan. Setelah amanat dan prosesi upacara selesai, bendera tersebut diturunkan kembali.
Saifuddin Yunus, salah seorang mantan kombatan GAM yang hadir dalam acara tersebut, mengungkapkan harapannya agar Bendera Bulan Bintang dapat dikibarkan di seluruh instansi pemerintah hingga kantor desa di seluruh pelosok Aceh.
Baca: Dua Pria Bentangkan Bendera Bulan Bintang di Kantor Gubernur Aceh
“Kita saat menaikkan bendera ini menangis, keluar air mata. Kapan bendera itu akan naik di Aceh, di seluruh pelosok, seluruh instansi pemerintah?”* ujar Saifuddin dalam sambutannya.
Dilansir dari DetikSumut, Juru Bicara KPA Kuta Pase Halim Abe menyebutkan, pengibaran bendera tersebut berlangsung pagi tadi. “Prosesi acara pengibaran dari jam 07.48 WIB sampai pukul 9.30 WIB,” jelas Halim.
Kapolres Lhokseumawe AKBP Henki Ismanto menjelaskan pengibaran bendera hanya dilakukan di lokasi tersebut. Peringatan Milad GAM di tempat lain disebut diisi dengan doa bersama. “Di Masjid Bayu dilaksanakan doa dan zikir bersama,” jelas Henki saat dimintai konfirmasi terpisah.
Baca juga: Muzakir Manaf Larang Pengibaran Bulan Bintang pada Milad ke-48 GAM
Namun, aksi ini bertolak belakang dengan arahan Ketua Komite Peralihan Aceh (KPA) Pusat, Muzakir Manaf atau Mualem, yang sebelumnya telah melarang keras pengibaran Bendera Bulan Bintang pada peringatan Milad ke-48 GAM. Larangan tersebut disampaikan melalui surat bernomor 30/KPA/XII/2024 yang ditujukan kepada seluruh panglima wilayah, panglima daerah, dan panglima sagoe di Aceh.
Dalam surat tersebut, Mualem menegaskan dua poin penting: menghormati para pejuang dan syuhada dengan menjaga perdamaian di Aceh serta mengisi Milad GAM dengan doa bersama, santunan anak yatim, dan kegiatan amal lainnya. Selain itu, ia secara tegas meminta agar tidak ada pengibaran Bendera Bulan Bintang maupun tindakan anarkis lainnya.
Aksi pengibaran bendera ini menjadi sorotan publik dan menuai perdebatan di media sosial, dengan berbagai pandangan yang mencerminkan dinamika politik dan sosial di Aceh.
Belum ada komentar