Beko dan Dumptruck Dibakar OTK, Pekerjaan Terhenti

Beko dan Dumptruck Dibakar OTK, Pekerjaan Terhenti
Dua uni beko dan satu dumptruck milik PT Padua Bumi Dirgantara,yang tengah mengerjakan peningkatan jalan sepanjang 4,25 KM, Desa Kampung Baru - Alu Rumbia, Kecamatan Samadua, Aceh Selatan, dibakar OTK Minggu (20/12) | PIKIRAN MERDEKA/ Hendrik Meukek

PM, TAPAKTUAN – Alat berat jenis beko dan mobil dumptruck dibakar orang tak dikenal (OTK) di Kampung Baru, Kecamatan Samadua, Minggu (20/12/15) sekira pukul 19.00 WIB. Akibat kejadian itu, pekerjaan terhenti dan kontraktor pelaksana alami kerugian hingga Rp 300 juta lebih.

Alat berat milik PT Padua Bumi Dirgantara tersebut sedang mengerjakan peningkatan jalan Desa Kampung Baru – Alue Rumbia, Kecamatan Samadua sepanjang 4,25 KM. Pekerjaan bernilai Rp 8 miliar lebih ini bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK) tambahan dalam APBK Aceh Selatan tahun 2015.

Tidak ada saksi mata dalam insiden yang terjadi persis pada saat shalat magrib itu. Saat kejadian, seluruh pekerja sudah turun ke basecamp yang berlokasi di perkampungan. Sementara itu, penjaga alat berat yang berasal dari warga desa setempat belum tiba di lokasi.

Keterangan yang dihimpun Pikiran Merdeka, kejadian pertama kali diketahui oleh Sarmas, warga Kampung Baru. Saat itu, Sarmas sedang menjaga ketel Nilam miliknya yang berada tidak jauh dari lokasi pembakaran mobil.

“Ketika mendengar suara tentuman keras berasal dari ledakan tanki beco dan tanki mobil, dia berlari ke lokasi. Dari jarak sekitar 100 meter dia melihat satu unit beco telah terbakar,” ujar Hendra, salah seorang waraga.

Karena seorang diri, Sarmas berlari ke arah perkampungan penduduk untuk meminta bantuan.  Mendapat informasi, puluhan warga yang baru selesai shalat magrib, langsung menuju ke lokasi untuk memadamkan api. Kobaran api berhasil dipadamkan satu jam kemudian.

Sementara itu, pengawas lapangan PT Padua Bumi Dirgantara, Iskandar, mengaku pihaknya mulai diselimuti trauma pasca kejadian. Namun pihaknya tetap berkomitmen menyelesaikan proses pekerjaan proyek hingga tuntas.

Guna menghindari kembali kejadian serupa, pihaknya telah berkoordinasi dengan Polres Aceh Selatan. Ia meminta bantuan polisi untuk pengamanan lokasi proyek.

“Kami telah meminta bantuan kepada pihak kepolisian untuk mengerahkan beberapa personil polisi dilokasi pekerjaan proyek. Hal ini dilakukan agar para pekerja nyaman bekerja, serta untuk menghindari kembali jadi korban alat berat dilokasi pekerjaan proyek,” kata Iskandar.

Ia menyebutkan, selama berlangsungnya pekerjaan tersebut, tidak pernah ada persoalan dengan masyarakat setempat. Pihaknya telah mengupah pemuda setempat untuk menjaga alat berat yang ada dilokasi sebesar Rp 500.000/malam.

“Bahkan sebagai bentuk pengabdian kami kepada masyarakat setempat, saat terjadinya bencana banjir beberapa waktu lalu kami langsung beco untuk menormalisasikan sungai desa setempat,” papar Iskandar. [PM004]

Belum ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait