Sebagian orang tentu heran ketika mendengar nama Apache13. Apa itu? Setidaknya nama itu mengingatkan kita kepada salah satu suku di Amerika Serikat yang kini telah punah. Atau mungkin bisa melemparkan ingatan pada stiker wajah dengan rambut penuh hiasan bulu yang ditempel di beberapa tempat Nah, yang ini beda.
Apache13 adalah nama sebuah kelompok band folk yang sedang masyur di belantika musik Aceh.
Tapi, apa pula Apache13 itu? Nazar Shah Alam selaku kepala suku (vocalist) menjelaskan panjang lebar tentang Apache13. “Bagi kami, Apache13 merupakan bentuk sebuah pemerintahan musik. Group ini lahir secara prematur menjelang akhir tahun 2013,” terang Nazar.
Mengusung genre musik folk, group musik yang beranggotakan lima personel ini hadir dengan niat memberi warna di belantika musik di Aceh. Apache13 telah meluncurkan satu album dengan cover ‘Bek Panik; Sebab Jodoh Ka Teunte Na,” yang juga salah satu judul dalam album tersebut.
Dalam kelompok internal sendiri, band akustik ini lebih sering menyebut diri sebagai suku. Mereka terdiri dari Nazar Shah Alam (vokal), Ikram (perkusi), Amek (gitar), Teuku Munawar (lead gitar), dan Dharma Putra (bass).
“Apache13 mulai dikenal setelah sering mengisi acara hiburan mahasiswa di kampus-kampus, warung kopi, dan aksi peduli sosial. Musiknya orisinil dan baru, beraliran folk, ska, dan fun musik. Namun, mereka sering menyebutnya aliran Apache,” terang Nazar.
Band Apache13 didirikan oleh Nazar Shah Alam dan Ikram Fahmi. Kemunculan Apache13 dilatarbelakangi kebosanan terhadap perkembangan musik Aceh yang menurut mereka begitu-begitu saja. Mereka juga membuat aturan ketat, yaitu menciptakan lagu sendiri dan mengharamkan plagiat dalam bentuk sekecil apa pun.
“Apache13 konsisten membuat lagu dengan lirik yang renyah dan musik yang ringan. Hal inilah yang membuat pendengar lebih mudah menerima Apache13,” katanya.
Apache sendiri berada di bawah manajemen Tanda Seru Production. Selain beraktivitas di bidang musik, group band folk ini juga telah membuat Apache13 Foundation untuk kemanusiaan. Ada marchendise Apache13 yang dijual. Setiap item yang terjual, konsumen sekaligus sudah menyisihkan uangnya untuk amal.
Album perdana Apache13 diluncurkan 17 Desember 2016 di Banda Aceh. Di dalamnya berisi sepuluh lagu. Adapun yang sedang hits di kalangan anak muda saat ini adalah lagu “Bek Panik”. Berikut liriknya:
Baca: Kiprah Gadis Bireuen di D’Academy 4
Putoh cinta nyan biasa
Patah hate ka teunte na
Tapi bek teuba-ba dalam susah
Harus beudoh, beu-meuubah, meulangkah
Manusia kon jih sidroe
Mantong rame dalam bumo
Gadoh sidro na siploh dro
Mantong rame makhluk jomblo
Bek kapike hana laen
Seubab jodoh ka teunte na
Bek panik, bek panik
Yang ka jioh bah le jioh
Yang golom na bek kapreh troh
Bek panik, bek panik
Nyoe ka pisah mita ganto
Bek harap bak ureung sidro
Bek panic
Bagaimana dengan lirik di atas? Memang lucu, tapi kesan romantisme tidak luput dari setiap bait lagu tersebut. Nah, band ini mencoba berbicara tentang cinta dengan cara jenaka dan tidak klise. Tentunya tidak juga dengan menjiplak karya orang, baik lirik atau pun aransemen musiknya.
Manajer Apache13, Akmal M Roem mengatakan lagu-lagu yang ada di dalam album “Bek Panik” tersebut sangat berbeda dari kebanyakan lagu Aceh selama ini. “Kita mencoba melihat sisi lain, tidak ikut-ikutan. Di album perdana ini, kita mencoba menawarkan pandangan baru kepada masyarakat dan penyadaran bahwa lagu Aceh tidak begitu-begitu saja. Bahwa Aceh tidak hanya bicara soal bahasa. Lagu Aceh juga tidak indentik dengan instrument musik tertentu,” tutup Akmal.[]
Belum ada komentar