Banjir Manggamat Harus Ditangani Secara Permanen

PM, Tapaktuan–Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Selatan, T Muhasibi, SSos.,MSi, mengatakan, dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat bencana banjir dan tanah longsor di Kemukiman Manggamat, Kecamatan Kluet Tengah tidak bisa hanya dilakukan langkah penanganan secara tanggap darurat, melainkan harus secara permanen.

 

“Kerusakan yang ditimbulkan tergolong parah dan itu tidak bisa hanya dilakukan penanganan secara tanggap darurat, melainkan harus permanen,” katanya di Tapaktuan, Senin (24/8).

 

Beberapa kerusakan yang tergolong berat, kata Muhasibi, seperti erosi (pengikisan) tanah disepanjang bantaran Sungai Manggamat yang mengakibatkan puluhan hektar kebun warga dan pemukiman Penduduk ambruk ke dasar Sungai dihantam banjir.

 

“Akibat hantaman banjir tersebut, dua rumah penduduk masing-masing di Gampông Sawah dan Gampông Mersak hancur total, sedangkan beberapa rumah lainnya yang rusak mengakibatkan penghuninya kehilangan tempat tinggal,” ungkapnya.

 

Tidak hanya itu, sambung Muhasibi, hantaman banjir juga telah mengakibatkan pemukiman Penduduk di beberapa gampông dalam Kemukiman Manggamat yang berlokasi di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) terancam ambruk.

 

“Kondisi saat ini jarak antara Sungai dengan perumahan Penduduk tinggal sekitar 4 sampai 5 meter lagi, jika tidak segera di tanggulangi, jika terjadi banjir sekali lagi rumah-rumah penduduk itu terancam hanyut dibawa arus air,” ujarnya.

 

Keterangan lain yang diperoleh dari Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Aceh Selatan menyebutkan, untuk langkah perbaikan rumah warga yang rusak berat dan ringan akibat dihantam banjir di Kluet Tengah telah diusulkan ke pihak Pemerintah Provinsi Aceh melalui Dinas terkait.

 

“Kalau bantuan masa panik sudah kita salurkan, sedangkan untuk perbaikan rumah tidak ada anggaran  maka kita usulkan ke provinsi untuk mendapat bantuan,” kata Kepala Dinsosnakertrans Aceh Selatan, Halimuddin SH.

 

Peristiwa bencana banjir itu disebut warga adalah yang terparah dalam 50 tahun terakhir. Bedanya, banjir kali ini akibat luapan sungai kecil di sekitar perkampungan. Namun, karena adanya perusakan lingkungan di sebagian pegunungan yang membentang di kawasan pemukiman itu, maka banjir terjadi dengan dahsyat.

 

“Kami menyebut banjir bandang karena banjir disertai sedimen lumpur dan kayu-kayu sisa penebangan,” kata salah seorang warga.

 

[PM004]

Belum ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait