Away, Aplikasi Maps Besutan Anak Aceh

Away, Aplikasi Maps Besutan Anak Aceh
App Away. (Foto Ist)

Meraih juara dua tingkat nasional, aplikasi peta lokasi bertajuk Away (Aceh Way) siap diluncurkan. Aplikasi besutan anak Aceh ini hadir untuk memudahkan masyarakat dunia yang berkunjung ke Aceh.

Kamis, 14 Desember lalu menjadi hari bahagia bagi Alrizki Istighfar Ekatama dan Riki Agusnaidi. Pasalnya, usaha yang dijalankannya selama satu bulan terakhir ini tidak sia-sia. Mereka berhasil terpilih menjadi salah satu juara dalam penghargaan DILo 2017. Sebuah penghargaan yang digelar Telkom Indonesia melalui Digital Innovation Lounge (DILo).

Pada acara penganugerahan yang dilaksanakan di Jakarta itu, Riki dan Tama tampil kasual mengenakan kemeja biru dan batik berwarna biru. Berkat aplikasi Away (Aceh Way) yang mereka buat, tim yang menamai dirinya Dua Per Tiga ini menyambet juara II pada ajang bergengsi tersebut. Piagam dan uang tunai Rp5,8 juta pun diberikan lansung oleh Alex Sinaga, Direktur Utama Telkom Indonesia .

Away merupakan aplikasi berbasis peta yang mereka ciptakan untuk memudahkan siapa saja berkunjung ke Aceh. “Di sana user bisa memilih kategori lokasi yang dituju. Misalnya kantor pemerinthan, ATM, penginapan dan lain-lain,” jelas Riki, Kamis malam lalu.

Dia menambahkan, nanti akan muncul marker dari kategori yang telah dipilih oleh pengguna. “Kalo markernya di klik nanti muncul detail tempatnya. Ada foto, ulasan dan komentar dari user tadi. User juga bisa turn by turn menuju lokasi.”

Selain itu, pengguna juga bisa melihat seluruh event dari suatu tempat dengan cara mengklik tempat tersebut. Event yang ditampilkan adalah event lokal yang kurang terekspose. “Kami juga akan bekerja sama dengan berbagai pihak nantinya,” pungkasnya.

Berbeda dengan Google Maps, Away dibatasi oleh radius tertentu dalam setiap kategorinya. “Dia (Away) punya radius tertentu misalanya kita milih radius 500 meter, jadi radius yang di sekitar itu aja yang nampak,” sahut Riki.

Untuk saat ini, aplikasi Away belum dapat didownload di App Store ataupun Play Store. “Aplikasi ini masih offline,” ujar Riki. Ke depannya, kata dia, aplikasi Away akan dikembangkan lagi. Tidak hanya sebuah aplikasi untuk kebutuhan lomba saja. “Pulang dari sini (Jakarta) kami akan berusaha mengembangkan aplikasi ini supaya bisa tersedia di Play Store ataupun App Store, lengkap juga dengan webnya, Away.com,” tutupnya.

IDE AWAL
Setelah memutuskan untuk ikut dalam kegiatan lomba tersebut. Tim Dua Pertiga ini mulai memikirkan ide sebagai bahan lomba. Ide membuat aplikasi berbasis peta ini terbetik lantaran seringnya orang-orang kebingungan dalam mencari lokasi tertentu. Jikapun ada google maps, maka aplikasi tersebut belum dapat menampilkan kategori pada lokasi secara mendetail.

“Kami buat Away karena selama ini kalau kita jalan-jalan atau pun ke lokasi yang belum kita tahu, kita kan sering nanya-nanya ke orang. ATM di sekitar sini mana ya? Masjid sekitar sini mana ya? Nah, dari situlah muncul ide membuat aplikasi rute yang menunjukkan suatu tujuan berdasarkan kategori,” jelas Tama yang juga salah satu anggota tim Dua Per Tiga.

Menurut dia, perencanaan aplikasi ini telah dilakukan Tama dan timnya sejak sebulan yang lalu. Pria lulusan Fakultas MIPA Unsyiah ini juga menceritakan asal penamaan timnya menjadi Dua Per Tiga.

Hal itu karena tim Tama hanya berjumlah dua orang dibanding tim lainnya yang berjumlah tiga orang. “Syarat maksimal satu tim memang tiga orang, tapi di perjalanan satu dari kami ada yang mengundurkan diri. Yang tinggal hanya saya dan Riki. Pada saat itu kami mulai pesimis karena tim lain jumlahnya tiga orang,” jelas dia.

JUARA 3 DI ACEH
Sebelum meraih juara 2 tingkat nasional, tim Dua Per Tiga ini sempat mengikuti tahap seleksi tingkat provinsi dan berhasil lolos tiga besar. “Yang tahap seleksi di Aceh dinilai oleh DILo, DIKTI dan ada dari Dosen Unsyiah juga,” sebut Tama.

Tiga besar tingkat provinsi selanjutnya diikutkan dalam ajang perlombaan Hackaton Festival tingkat nasional. Hackaton festival sendiri merupakan saat berkumpulnya programmer, project manager, dan ICT untuk membangun aplikasi yang menyelesaikan masalah tertentu.

Tim Dua Per Tiga ini berhasil meraih Juara 2 Nasional setelah mampu unggul dari 30 peserta lainnya dari berbagai daerah di Indonesia yang telah melewati seleksi ketat di Jakarta. Pengumuman para pemenang dipublis pada 8 Desember lalu.

INDIGO FESTIVAL
Atas keberhasilannya tersebut, tim Dua Per TIga asal Aceh bersama dengan tim Balik Papan (juara I) dan Bali (juara III) berkesempatan memamerkan karya mereka pada kegiatan Exhibition Indigo Day di Jakarta.

Sebelumnya, kata Tama, Exhibition Indigo Day ini adalah kegiatan pameran yang dilaksanakan pihak Indigo sendiri untuk memamerkan star up-star up dari mereka. “Jadi, Indigo itu sendiri di bawah Telkom. Sebelumnya mereka punya star up yang mensubmit proposalnya. Ada dewan juri yang menilai, jadi star up ini di-inkubasi. Yang lulus tahap kedua ada sebanyak delapan star up.

Kami yang lolos juara 1,2, dan 3 tingkat nasional juga ikut meramaikan, tapi yang presentasi ke panggung itu hanya juara satunya,” jelasnya.

Pada event ini sebenarnya Tama juga berharap agar dapat menarik investor asing. “Kita berharap akan ada investor yang tertarik,” kata Tama. Namun, lanjut dia, istilah tim karbitan muncul karena pihaknya belum cukup kuat untuk bersaing dengan tim Indigo yang dinilainya telah mencukupi teknis.

“Hackaton ini seperti karbitan. Ini terciptanya karena lomba. Nah, jadi timnya itu belum lengkap. Kalau dari Indigo, timnya sudah lengkap. Mereka sudah ada marketingnya, bisnisnya, tekniknya, investornya, dan pemasukannya juga jelas. Sedangkan kami yang hackaton cuma punya teknisinya saja.”

Hal tersebut, kata Tama, membuat para investor enggan menginvestasikan modal mereka ke pihaknya. “Tapi ada juga sih yang nanya-nanya dan tukaran kartu nama gitu,” kata Tama.[]

Belum ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait

Menggulingkan Muharuddin
Menggulingkan Muharuddin

Menggulingkan Muharuddin