Atasi Erosi, Akademisi UTU Edukasi Warga Alue Buloh Bangun Pelindung Tebing Kombinasi Beton dan Rumput

riset FTS
Atasi Erosi, Akademisi UTU Edukasi Warga Alue Buloh Bangun Pelindung Tebing Kombinasi Beton dan Rumput

PM, Banda Aceh – Fakultas Teknik Sipil Universitas Teuku Umar (UTU) memberikan edukasi penerapan konsep bangunan hijau kepada masyarakat Alue Buloh, Kecamatan Seunagan, Nagan Raya. Edukasi tersebut berlangsung selama tiga bulan dimulai dari Senin, 5 Juli 2021 lalu dan baru berakhir pada Rabu, 22 September 2021 kemarin.

Dosen FTS UTU, Ir Azwanda, M.Eng, Jumat, 24 September 2021 mengatakan Desa Alue Buloh pernah dilanda banjir bandang pada 2018 lalu. Kejadian tersebut berdampak pada erosi kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) Krueng Seunagan dan turut merusak abutment jembatan rangka baja, yang menghubungkan antara Desa Alue Buloh dan Desa Latong.

“Melihat kondisi pinggiran sungai yang sangat rawan terhadap gerusan, maka sangat perlu dilakukan penanggulangan terhadap longsor yaitu dengan perkuatan tebing salah satunya dengan membangun dinding penahan tebing,” ujar lulusan Magister Universitas Gajah Mada (UGM) ini.

IMG 20210924 WA0021
Pengaman tebing sungai tipe hexagonal yang dibangun secara gotong roying oleh masyarakat di desa Alue Buloh, Nagan Raya. Penelitian ini diprakarsai Tim PBR FTS UTU.

Untuk hal inilah FTS UTU menawarkan penanganan tebing sungai dengan konsep grey and green construction in collaboration. Konsep ini, menurut Azwanda, merupakan gabungan antara bangunan pelindung tebing sungai dari beton dan tumbuhan atau vegetasi yaitu jenis rumput vetiver.

Agar edukasi tersebut berjalan optimal, maka pihak fakultas melaksanakan kegiatan secara bertahap yang dimulai dari sosialisasi dengan pemberian materi tentang pengenalan teknologi dan manfaat. Pihak FTS UTU juga memberikan edukasi tentang pentingnya penerapan Grey and Green Construction sebagai upaya penerapan konsep bangunan hijau dalam menjaga keseimbangan alam.

Akademisi dari UTU tersebut yang dibantu mitra juga turut melakukan praktik lapangan untuk pembuatan penahan tebing tipe hexagonal, sebagai wadah penanaman rumput vetiver. “Bahan campuran yang digunakan untuk pembuatan penahan tebing tipe hexagonal juga dengan menggunakan penambahan limbah pabrik pengolahan kelapa sawit, yaitu kerak boiler cangkang sawit,” ungkap Azwanda.

WhatsApp Image 2021 09 16 at 13 12 14

Kerak boiler menurut Azwanda digunakan sebagai substitusi aggregate halus dari campuran beton yang digunakan. Diharapkan konsep bangunan hijau tidak hanya pada perpaduan beton dan tumbuhan, tetapi juga turut memanfaatkan limbah industri di bahan campuran betonnya.

“Bangunan hijau ini telah menjadi salah satu bangunan penahan tebing sungai yang dapat mengurangi laju erosi yang terjadi pada DAS Krueng Seunagan. Diharapkan kedepannya dapat juga diterapkan di wilayah lainnya,” kata Azwanda yang juga ketua Tim Dosen FTS UTU dalam program tersebut.

Selain Azwanda, ikut serta dua akademisi lain dari fakultas yang sama. Mereka adalah Lissa Opirina, dan Muhammad Ikhsan.

Kegiatan tersebut juga melibatkan empat mahasiswa dari FTS UTU, kepala desa Alue Buloh, para kepala dusun dan 35 peserta yang berasal dari warga setempat.[]

Belum ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait