PM, Jakarta – Pemerintah Amerika Serikat mengklaim sudah menerima informasi intelijen soal rencana Iran untuk membunuh Donald Trump, sejak beberapa pekan terakhir sebelum penembakan.
Namun informasi yang diterima oleh intelijen AS kemungkinan tak terkait dengan penembakan yang dilakukan Thomas Matthew Crooks pada Trump pada Sabtu (13/7) pekan lalu.
Seorang pejabat Badan Keamanan Nasional AS (National Security Council/NSC) mengatakan Dinas Rahasia (United States Secret Service/USSS) dan tim kampanye Trump telah mengetahui ancaman pembunuhan itu, sebelum kampanye Trump di Pennsylvania.
“Dinas Rahasia mengetahui adanya ancaman ini,” kata pejabat yang tak disebutkan namanya itu kepada CNN.
Pejabat itu juga mengatakan NSC secara langsung menghubungi pejabat USSS untuk memastikan mereka terus melacak laporan ini. USSS kemudian membagikan informasi ini dengan pimpinan dan tim kampanye Trump, soal ancaman yang terus berkembang.
“Sebagai tanggapan terhadap ancaman itu, Dinas Rahasia meningkatkan sumber daya dan aset untuk melindungi mantan Presiden Trump. Semua ini dilakukan sebelum hari Sabtu (hari penembakan Trump,” kata pejabat itu.
Soal kabar ini, tim kampanye Trump enggan mengungkapkan apakah mereka sudah tahu sebelumnya terkait dugaan ancaman Iran.
“Kami tidak mengomentari rincian keamanan Presiden Trump. Semua pertanyaan harus ditujukan ke Dinas Rahasia AS,” demikian pernyataan tim kampanye Trump.
Sebelumnya Dinas Rahasia mengaku sudah memperingatkan tim kampanye Trump agar tak menggelar kampanye di luar ruangan, karena menimbulkan risiko yang lebih besar.
“Dinas Rahasia dan badan-badan lain terus-menerus menerima informasi ancaman potensial baru dan mengambil tindakan untuk menyesuaikan sumber daya, sebagaimana diperlukan,” kata juru bicara USSS, Anthony Guglielmi.
Terkait tuduhan ini, Misi Tetap Republik Islam Iran untuk Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) membantah tuduhan untuk membunuh Trump.
“Tuduhan-tuduhan ini tidak berdasar dan jahat. Dari sudut pandang Republik Islam Iran, Trump adalah penjahat yang harus dituntut dan dihukum di pengadilan, karena memerintahkan pembunuhan Jenderal Soleimani (Komandan Korps Garda Revolusi Islam Iran),” kata juru bicara Misi Iran di PBB.
Hingga kini pemerintah AS masih menyelidiki insiden penembakan yang dilakukan pemuda 20 tahun bernama Thomas Matthew Crooks ke Trump saat kampanye pekan lalu. Insiden itu menyebabkan Trump mengalami luka tembak di telinga.
Sumber: CNN Indonesia
Belum ada komentar