Adat Aceh, Aneuk Jame dan Kluet Meriahkan Pawai Budaya Aceh Selatan

Adat Aceh, Aneuk Jame dan Kluet Meriahkan Pawai Budaya Aceh Selatan
PESERTA pawai adat dan budaya dari Kecamatan Tapaktuan sedang melintasi panggung utama yang berlokasi di Jalan Jenderal Sudirman Kota Tapaktuan, Minggu (27/12). Pawai adat dan budaya yang diikuti 18 kecamatan ini dalam rangka memeriahkan HUT ke-70 Aceh Selatan. (Pikiran Merdeka/Hendrik Meukek)

PM, TAPAKTUAN – Pawai Budaya dengan menampilkan tiga etnis adat ciri khas Aceh Selatan masing-masing adat Aceh, Aneuk Jame dan Adat Kluet dalam rangka memeriahkan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-70 Kabupaten Aceh Selatan, Minggu (27/12), mendapat sambutan meriah masyarakat setempat.

Ratusan masyarakat tampak tumpah ruah di lokasi pawai yang menempuh rute mulai start dari Taman Pala Indah, Jalan Merdeka, Simpang Terapung, Jalan Jenderal Sudirman dan kembali lagi ke Taman Pala Indah, Kota Tapaktuan, untuk menyaksikan langsung adat dan budaya yang ditampilkan oleh masing-masing peserta.

Wakil Ketua Seksi Pawai Budaya Panitia HUT ke-70 Aceh Selatan, Kahar Muzakar SPd di Tapaktuan, Minggu (27/12), mengatakan, pawai budaya tersebut merupakan salah satu bagian dari serangkaian acara yang digelar dalam rangka memeriahkan peringatan HUT daerah yang dikenal penghasil pala itu.

“Pawai budaya ini selain menampilkan pakaian dan peralatan adat yang digunakan oleh kalangan masyarakat yang bekerja di masing-masing bidang seperti petani, nelayan, pegawai, perangkat desa dan Mukim serta TNI/Polri, juga menampilkan adat dan budaya tiga etnis ciri khas Aceh Selatan yakni Aceh, Aneuk Jame dan Kluet,” papar Kahar Muzakar.

Dia menyebutkan, pawai adat dan budaya tersebut diikuti oleh 18 Kecamatan se Kabupaten Aceh Selatan dimana masing-masing kecamatan minimal mengikutsertakan sebanyak 28 orang dengan perincian  2 orang dari unsur Keujruen Blang dan unsure Ketua Seuneubok (Ketua Petani di Desa) dengan memakai pakaian adat Keujruen Blang dan Seuneubok, 3 orang dari unsur Petani dengan memakai pakaian adat petani, 2 orang dari unsur Panglima Laot dengan memakai pakaian adat Panglima Laot, 3 orang dari unsur nelayan dengan memakai pakaian adat nelayan dilengkapi peralatan nelayan, 3 orang dari unsur Kepala Desa (Keuchik) dengan memakai pakaian adat Keuchik, 3 orang dari unsur Tuha Pheut dan 2 orang unsur Imum Mukim dengan memakai pakaian adat masing-masing. Sementara 10 orang peserta lagi berasal dari kalangan masyarakat umum dengan berpakaian bebas.

“Terhadap Kecamatan yang berlokasi di pedalaman yang tidak memiliki wilayah perairan laut sehingga secara otomatis tidak memiliki nelayan dan Panglima Laot, maka dapat menggantikannya dengan 3 orang masyarakat yang bekerja sebagai Petani perkebunan rakyat seperti petani sawit atau pala serta 2 orang pawang hutan atau ketua seuneubok,” sebut Kahar Muzakar.

Untuk pawai tiga etnis cirikhas Aceh Selatan masing-masing Aceh, Aneuk Jame dan Kluet, sambung Kahar Muzakar, khusus menampilkan adat perkawinan mulai dari prosesi meminang jodoh, akad nikah, pesta sampai antar linto (pengantin laki-laki) dan antar darabaro (pengantin perempuan) masing-masing etis baik adat Aceh, Aneuk Jame maupun Kluet yang diterapkan di tengah-tengah masyarakat setempat selama ini.

Dia menjelaskan, setelah menempuh rute perjalanan pawai yang telah ditentukan, ketika sampai di depan panggung utama yang terdapat di Jalan Jenderal Sudirman depan SMAN 1 Tapaktuan, masing-masing peserta menampilkan atraksi adat dan budaya yang disaksikan langsung oleh Bupati Aceh Selatan HT Sama Indra SH, Wakil Bupati Kamarsyah SSos MM, pejabat Forkopimda, Sekda dan pejabat Kepala SKPK serta tamu undangan lainnya.

Menurutnya, terhadap seluruh peserta yang tampil dalam pawai adat dan budaya itu dilakukan penilaian secara khusus oleh tim juri yang telah di tunjuk.

Bagian yang dinilai adalah dari segi jumlah peserta yang mengikuti pawai, kerapian barisan dan kerja sama penampilan, kelengkapan acesoris dan nilai seni saat berlangsungnya aksi atraksi di depan panggung utama.

“Maksud atau tujuan digelarnya pawai adat dan budaya ini, selain untuk memeriahkan HUT ke-70 Aceh Selatan, juga untuk mengenalkan kepada masyarakat luas bahwa di Aceh Selatan memiliki potensi adat dan budaya yang beraneka ragam yang telah ada sejak zaman dulu dan terus digunakan dalam kehidupan sehari-hari oleh masyarakat. Kekayaan adat dan budaya ini harus dilestarikan sehingga tidak hilang akibat pengaruh perkembangan zaman,” pungkas Kahar Muzakar. [PM007]

Belum ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait

Harga Sembako Labil
Junaidi, seorang pedayang sayur di kompleks Pasar Rakyat Kecamatan Manggeng, menata dagangannya, Jumat (18/5). (PIKIRAN MERDEKA/ALIF)

Harga Sembako Labil

Ustadz Yusuf Mansur Ajak Masyarakat Aceh Selatan Bermimpi Besar
Ustadz H Yusuf Mansur sedang menyampaikan ceramah Agama dihadapan ribuan masyarakat Aceh Selatan yang memadati lokasi acara Taman Pala Indah, Tapaktuan, Kamis (24/12) malam. Tabliq Akbar dengan menghadirkan da`i kondang asal Jakarta ini, digelar dalam rangka pembukaan pameran seni dan budaya memperingati hari Hari Ulang tahun (HUT) ke-70 Kabupaten Aceh Selatan yang jatuh tanggal 28 Desember 2015 serta dirangkai dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1437 H. (Pikiran Merdeka/Hendrik Meukek)

Ustadz Yusuf Mansur Ajak Masyarakat Aceh Selatan Bermimpi Besar