PM, Banda Aceh – Kondisi anak harimau sumatra (panthera tigria sumatrae) yang terkena jerat di perkebunan masyarakat di Kabupaten Aceh Tenggara beberapa waktu lalu, hingga kini dikabarkan masih dirawat intensif.
Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh, Agus Arianto pada Senin (25/1/2021) mengatakan, anak harimau tersebut butuh perawatan khusus untuk penyembuhan luka di bagian kaki depan sebelah kanan akibat terkena jerat.
Sebelumnya, tim BKSDA bersama mitra mengevakuasi anak harimau diperkirakan berusia satu hingga 1,5 tahun terkena jerat di kebun masyarakat di Desa Gulo, Kecamatan Darul Hasanah, Kabupaten Aceh Tenggara, Sabtu (23/1/2021).
Kondisi anak harimau saat ditemukan sangat lemah dan dehidrasi atau kekurangan cairan. Hasil pemeriksaan tim medis, diperkirakan anak harimau tersebut tiga hari terkena jerat sebelum dievakuasi.
“Anak harimau tersebut berkelamin jantan dengan berat 45 hingga 50 kilogram. Saat ini, dirawat intensif di Kantor BPTN Wilayah II BBTNGL di Kutacane, Kabupaten Aceh Tenggara,” kata Agus Arianto.
Jika perkembangan kesehatan anak harimau tersebut semakin baik usai pemulihan nanti, kata Agus, maka harimau tersebut akan dilepas liar ke habitat alaminya.
“Proses pelepasliaran akan melibatkan para pihak, terutama pemerintah daerah dan masyarakat setempat guna menjamin keselamatan harimau di habitat alaminya,” kata Agus Arianto melansir Antara.
BKSDA Aceh dalam hal ini juga mengimbau masyarakat untuk ikut menjaga kelestarian satwa, khususnya harimau sumatra dengan cara tidak merusak hutan yang merupakan habitat mereka.
Masyarakat juga diminta tidak menangkap, melukai, membunuh, menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan hidup ataupun mati.
Kemudian tidak memasang jerat/pagar jerat babi, racun, pagar listrik tegangan tinggi yang dapat menyebabkan kematian satwa liar dilindungi. Semua perbuatan ilegal tersebut dapat dikenakan sanksi pidana sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Di samping itu, beberapa aktivitas tersebut dapat menyebabkan konflik satwa liar khususnya harimau sumatra dengan manusia, yang dapat berakibat kerugian secara ekonomi hingga korban jiwa, baik manusia maupun keberlangsungan hidup satwa liar tersebut.
“Kami mengapresiasi atas dukungan semua pihak khususnya masyarakat Desa Gulo, Kecamatan Darul Hasanah, Kabupaten Aceh Tenggara, kepolisian, TNI yang membantu proses evakuasi dan mendukung pelepasliaran kembali harimau sumatra tersebut ke habitatnya,” kata Agus Arianto. [ANTARA]
Belum ada komentar