PM, Jakarta – Insiden keributan yang terjadi saat debat ketiga pasangan calon (Paslon) Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh pada Selasa (19/11/2024) malam dinilai sangat memalukan dan membawa dampak buruk bagi citra Aceh, baik di tingkat lokal maupun nasional. Hal ini disampaikan oleh Rofi Mayana, pemerhati politik generasi muda Aceh sekaligus Bendahara Umum Forum Komunikasi Pemuda Mahasiswa Bireuen (Forkopmabir) DKI Jakarta, dalam keterangannya kepada media pada Kamis (21/11/2024). Ia mengomentari insiden yang terjadi akibat protes sepihak terkait penggunaan mikrofon audio rekaman yang menempel di kerah baju salah satu kandidat, yakni Calon Gubernur Aceh nomor urut satu, Bustami Hamzah, saat menyampaikan visi-misi.
“Kami sangat menyayangkan insiden kericuhan ini. Proses debat yang seharusnya menjadi momen penting bagi masyarakat Aceh untuk melihat gagasan dan visi-misi para kandidat justru terhenti akibat konflik yang tidak perlu. Padahal, debat terakhir ini dinantikan sebagai acuan masyarakat dalam menentukan pemimpin Aceh ke depan,” ujar Rofi.
Ia menilai cara memprotes penggunaan alat tersebut terkesan arogan, berlebihan, dan tidak wajar, sehingga memicu keributan yang menyebabkan penghentian acara oleh Komisi Independen Pemilihan (KIP) Aceh selaku penyelenggara. Menurutnya, KIP Aceh lalai dalam menjalankan tugasnya dan harus bertanggung jawab atas gagalnya debat terakhir tersebut. Insiden ini dinilai mencederai nilai-nilai demokrasi serta mengganggu jalannya pesta demokrasi yang seharusnya damai dan tertib.
“Semestinya KIP Aceh mengambil langkah antisipatif untuk memastikan debat berjalan lancar. Lalainya KIP Aceh telah mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap penyelenggaraan Pilkada kali ini. Peristiwa ini menjadi catatan buruk bagi demokrasi di Aceh,” tambahnya.
Rofi juga mendesak pemerintah pusat untuk segera turun tangan dengan meningkatkan jaminan keamanan menjelang pemilihan gubernur dan wakil gubernur Aceh. Menurutnya, diperlukan langkah preventif untuk memastikan Pilkada Aceh 2024 berjalan kondusif, damai, dan bebas dari diskriminasi maupun potensi bentrokan fisik di masyarakat.
“Kami pikir keamanan perlu ditingkatkan, terutama karena hari pemilihan semakin dekat. Kita semua berharap Pilkada Aceh kali ini berlangsung aman, damai, dan tidak mencederai nilai-nilai demokrasi. Tindakan main hakim sendiri tidak boleh terjadi dalam negara hukum seperti Indonesia. Semua pihak harus menghormati norma hukum yang berlaku,” pungkas Rofi Mayana.
Belum ada komentar