Haba Aulia Fitri
AJANG pemilihan Miss Indonesia 2014 baru saja berlalu, Senin (17/2/2014) malam di ibu kota, Jakarta. Hiruk pikuk dukungan untuk setiap kontestan pun mengalir sebelum Maria Asteria Sastrayu, finalis asal Sulawesi Barat berhasil keluar menjadi pemenang dan kini resmi menjadi wakil Indonesia pada ajang Miss World 2014 di London nanti.
Beda dengan perwakilan dari Aceh, sudah bisa ditebak setiap tahunnya pasti akan ‘menang’ dengan kontroversi. Yah, apalagi kalau bukan soal hijab atau jilbab.
Walaupun demikian, Shinta Alvionita AS, gadis berumur 23 tahun ini tetap keluar menjadi pemenang kategori Fast Track Nature and Beauty Fashion Miss Indonesia 2014, tak sedikit dukungan juga mengalir untuk mantan finalis Puteri Indonesia 2008 asal Lhokseumawe tersebut.
Hemat saya, tidak usah larut dalam kontroversi tahunan ini, “keseksian” Aceh memang telah berlalu dan apa mungkin setiap berganti tahun kita akan kembali membuang energi buat itu-itu saja. Terlebih buat anak-anak muda yang punya semangat produktif untuk kemajuan Aceh kelak dimasa mendatang.
Kenapa harus jauh-jauh melihat orang lain, jika disamping kita, orang terdekat atau malah keluarga sendiri yang belum begitu sempurna dalam memakai hijab.
Saya teringat dengan sebuah panton (pantun) yang pernah beredar, bagaimana menggambarkan kondisi kekinian di Aceh, “Oh ta-eu ‘jilbab’ ube seulawah / Dada jih leumah lipeh that ija / Peu lom siluweue asoe meukulah / Dikeu meukulah leumah kuala.”
Betapa banyak foto-foto tak berhijab terjaring di sosial media tanpa harus terazia oleh Wilayatul Hisbah (WH), kenapa harus bangga dan getir dengan slempang bertuliskan “Aceh” di dada, tanpa itu saja banyak aneuk dara dan agam mulai hilang marwahnya.
Sudah terlalu banyak ‘miss’ di Aceh ini, miss dalam artian hilang dan gagal paham soal kepercayaan diri. Bukan waktunya saling menyalahkan apalagi melempar hujatan, seakan-akan diri yang paling benar dengan sejumlah alasan, cukup sudah menambah akar permasalahan.
Jika sudah baligh sadarlah diri, apa yang ditutup dan kenapa harus dijaga. Tidak usah risau soal identitas, kalau sudah komitmen jagalah dia sebaiknya. Mari kita kembalikan citra diri akan ke-Aceh-an, semoga kelak tidak ada lagi ‘miss’ di antara kita. Wassalam.[]
Belum ada komentar