Lhokseumawe—PT Asean Aceh Fertilizer (AAF) Lhokseumawe akan beroperasi lagi tahun depan. Pemerintah telah mengakuisisi 40 persen saham pabrik pupuk itu untuk diambil alih oleh PT Pupuk Sriwidjaja (Pusri) Palembang.
“Ini dilakukan pemerintah agar pabrik AAF tidak menjadi besi tua,” ujar anggota Komisi VI DPR-RI Muhammad Azhari.
Azhari menyatakan pemegang saham PT AAF asal Filipina juga sudah menyatakan komitmennya untuk mengalihkan aset AAF kepada Pusri. “Dalam pertemuan baru-baru ini disepakati pabrik tersebut harus beroperasi lagi di Aceh,” katanya.
Namun, kata dia, sebelum pengalihan aset perlu terlebih dahulu ditunjuk Kantor Akuntan Publik (KAP) sebagai general audit. “Ini perlu dilakukan untuk mengetahui nilai aset dan hasilnya nanti bisa diserahkan kepada pemegang saham PT AAF yang baru,” sebut Azhari.
Bahkan, menurut dia, Pusri memungkinkan mengambil alih saham PT AAF hingga 60 persen dan 40 persennya milik pemerintah. “Untuk memperbaiki pabrik AAF yang telah terhenti sekitar 9 tahun memang membutuhkan dana hingga ratusan miliar rupiah,” katanya.
Sebagai wakil rakyat Aceh di DPR, lanjut Azhari, dirinya sangat mengharapkan adanya suatu penyelesaian audit yang baik sehingga PT AAF segera beroperasi lagi di Aceh.
Sebelumnya, pemerintah memutuskan mengakuisisi 40 persen saham pabrik PT Asean Aceh Fertilizer. Langkah ini diambil setelah proses likuidasi pabrik pupuk yang berada di Krueng Geukuh itu tidak juga tuntas.
Direktur Utama PT Pusri Arifin S Tasrif mengatakan pihaknya akan mengambil alih 40 persen saham PT AAF. “Nantinya perusahaan ini akan kita gabung ke dalam PT Pupuk Iskandar Muda yang sahamnya 99,99 persen milik kita. Untuk penggabungan masih akan dilakukan pengkajian dulu,” kata Arifin, belum lama ini.
Menurut Arifin, tidak jadinya PT AAF dilikuidasi karena perusahaan yang mengakuisisi pabrik pupuk yang berdiri 12 April 1979 itu transaksinya tak kunjung tuntas. Perusahaan tersebut tidak menyelesaikan pembayarannya.
Karena itu, lanjut dia, pemerintah menugaskan PT Pusri mengambil alih 40 saham PT AAF. “Selama ini, Pemerintah Indonesia melalui PT Pusri adalah pemegang 60 persen dari pabrik pupuk ASEAN tersebut,” ujar mantan direktur utama PT Petrokimia Gresik ini.
PT AAF berhenti beroperasi sejak tidak adanya lagi pasokan gas dari ExxonMobil Oil Indonesia Inc pada Agustus 2003. Sebanyak 40 persen saham PT AAF dimiliki negara ASEAN, yaitu Malaysia 13 persen, Filipina 13 persen, Thailand 13 persen, dan Singapura 1 persen. “Untuk mengoperasikan pabrik pupuk AFF akan dilakukan audit teknis terlebih dahulu,” kata Arifin.
Proses likuidasi PT AAF sudah direncanakan sejak 2007 dan sempat terhambat di antaranya karena adanya perbedaan pandangan antara pemerintah dan DPR dalam proses likuidasi.[wal/rep]
AAF klo beroperasi lagi smg terima anak aceh sbg karyawannya sesuai kemampuanya.