JAKARTA – Dampak dari kemarau, sebanyak 170 titik panas terdeteksi di wilayah Indonesia. Dari jumlah tersebut, Provinsi Aceh dan Nusa Tenggara Timur menyumbang titik api terbanyak dibanding provinsi lain.
Kepala Pusat Data dan Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, 170 hotpost tersebut terdeteksi untuk kategori sedang (dengan tingkat kepercayaan 30-79%) dan tinggi (tingkat kepercayaan lebih 80%) di nusantara pada Senin, 24 Juli 2017 malam.
Disebutkan, di Aceh terdeteksi 35 hotspot yang tersebar di Kabupaten Aceh Barat, Nagan Raya, Aceh Tengah, Aceh Jaya, Aceh Besar, dan Gayo Lues.
“Sebaran hotspot di daerah lain adalah Sulawesi Selatan 2 hotspot, Kalimantan Selatan 8, Nusa Tenggara Barat 8, Nusa Tenggara Timur 44 (titik panas),” kata Sutopo dalam rilis seperti dilansir Okezone, Selasa (25/7).
Sementara di wilayah lain, BNPB juga mencatat adanya sejumlah titik api. Yaitu Sulawesi Tengah 5 titik, Kalimantan Timur 6, Kalimantan Utara 1 dan Lampung 2 hotspot. Kemudian, Sumatera Utara 3 titik, Jawa Timur 9, Kalimantan Tengah 8, Kalimantan Barat 21, Bengkuli 4, Jambi 1, Sumatera Barat 3, Riau 5, dan Sumatera Selatan 1 titik panas.
Sutopo menilai ancaman kebakaran hutan dan lahan akan terus meningkat. Pasalnya saat ini sedang masuk musim kemarau. Puncak musim kemarau lanjutnya, diprediksi pada Agustus dan September. Sehingga ancaman kebakaran hutan dan lahan serta kekeringan akan meningkat.
“Pemerintah dan Pemda terus meningkatkan sosialisasi, patrol dan pencegahan kebakaran hutan dan lahan. Pencegahan lebih efektif dibandingkan dengan pemadaman kebakaran hutan dan lahan,” sebut Sutopo.
Salah satu provinsi melanda kebakaran hutan adalah Aceh. Seluas 64 hektare lahan di Kabupaten Aceh Barat terbakar, mengakibatkan bencana kabut asap yang mengganggu aktivitas warga. Tiga orang warga Aceh Barat kemarin dilarikan ke rumah sakit karena gangguan pernapasan atau ispa.(int)
Belum ada komentar