PM, BLANGKEJEREN – Masyarakat Kecamatan Pining, Kabupaten Gayo Lues, mengeluh terkait pergantian meteran listrik pascabayar ke prabayar yang menggunakan token atau pulsa listrik (elektrik) oleh PLN Ranting Blangkejeren. Masalahnya, untuk membeli pulsa listrik tersebut, warga Kecamatan Pining harus ke Kota Blangkejeren yang memakan waktu hingga dua jam lebih.
Usman Ali, pemuda Kecamatan Pining, Sabtu (2/1/2016), mengatakan, seharusnya pihak PLN dan pemerintah mempertimbangkan terlebih dahulu sebelum mengganti meteran listrik pascabayar ke prabayar di Kecamatan Pining. Sehingga, Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang bertujuan untuk membantu masyarakat, malah menambah beban bagi masyarakat.
“Seharusnya, pemerintah membangun tower dan jaringan ponsel dulu baru mengantikan meteran listrik warga. Tidak seperti yang terjadi sekarang, malah warga kesulitan membeli pulsa listrik dan ini harus menjadi pertimbangan pihak PLN dan pemerintah,” katanya.
Hal senada juga disampaikan Dian, warga Kampung Pining. Menurutnya, pihak PLN yang mengetahui kondisi wilayah seperti itu, seharusnya berkoordinasi dulu dengan masyarakat, pemda dan pimpinan PLN agar mendapatkan solusi yang terbaik. Sehingga, masyarakat tidak mendapatkan kesulitan seperti sekarang ini.
“Untuk membeli pulsa listrik Rp20 ribu, warga harus menjelajahi hutan yang terjal selama dua jam lebih, ditambah lagi waktu pulangnya. Biaya perjalanannya yang lebih besar dari harga pulsa itu. Apakah tidak kasihan pemerintah melihat warga Kecamatan Pining ini?” tanya Dian.
Menurutnya, jika pun dititipkan ke mobil angkutan umum, selama satu hari hanya sekali kendaraan mengangkut sewa ke Kecamatan Pining. Itupun yang berangkat hari ini akan kembali setelah satu hari.
Sementara Inen Sema, warga Desa Pertik, Kecamatan Pining, mengatakan, sejak pergantian meteran yang dilakukan PLN, sering di rumah-rumah penduduk mengalami gelap gulita. Hal itu terjadi, karena tidak ada tempat penjualan pulsa listrik yang berdekatan dengan perkampungan.
“Memasak pun terkadang harus menggunakan kayu bakar, karena kesulitan membeli pulsa. Saat hendak dipesan, angkutan umum menuju pusat kota Blangkejeren tidak lewat. Jadi mau tidak mau harus menggunakan kayu bakar lagi untuk kebutuhan memasak,” keluhnya. [PM007]
Belum ada komentar