1 Muharram 1437 H, Aceh Adakan Parade Hijriah Termegah

1 Muharram 1437 H, Aceh Adakan Parade Hijriah Termegah
1 Muharram 1437 H, Aceh Adakan Parade Hijriah Termegah

PM, BANDA ACEH – Pemerintah Aceh bekerjasama dengan Pemko Banda Aceh, dan Panitia Aceh Hijriah Carnival yang didukung Kementerian Pariwisata Republik Indonesia, dijadwalkan melangsungkan karnaval bersama di Banda Aceh, untuk memeriahkan peringatan 1 Muharram 1437 Hijriah, pada Rabu 14 Oktober 2015.

“Event ini mengangkat nilai-nilai histori Aceh pada masa abad ke-13 dan 16, dengan menampilkan Rapai Pasee, Parade Gajah, Laskar Malahayati, Tari Sufi, komunitas pakaian adat Aceh, serta element kreatif lainnya,” kata Konseptor Acara dan Show Director ‘Aceh Hijriah Carnival’, Sarjev, Senin (12/10/2015), di Banda Aceh.

Aceh Hijriah Carnival,  bergandengan dengan kegiatan Pawai Muharram yang digelar Pemerintah Aceh dan Wonderful Muharram yang digelar oleh Pemko Banda Aceh. Panitia ‘Aceh Hijriah Carnival’ akan memberikan penilaian untuk peserta umum -non pelajar- yang mengambil bagian dalam karnaval Muharram tersebut, sebagai bentuk apresiasi dengan kategori juara 1,2,3 dan harapan 1,2,3.

“Acara ini juga dimeriahkan dengan Uroe Peukan (AHE), yang diisi dengan stand pameran benda-benda peninggalan sejarah Aceh, manuskrip Aceh, foto sejarah peradaban Aceh, pameran dan demo kuliner Aceh, serta beberapa stand lainnya, yang melibatkan pedagang tradisi seperti penjual obat keliling, penjual sirih, tembakau, parang, tikar, dan pedagang kue-kue Aceh,” kata Sarjev  yang pada Agustus 2015 membawa Tim Carnival Aceh ke acara Wonderful Archipelago Carnival Indonesia (WACI) di Jember, Jawa Timur.

Kegiatan ‘Aceh Hijriah Carnival’, akan berlangsung sesuai dengan rute yang telah ditetapkan oleh panitia bersama. Sedangkan Uroe Peukan, akan berlangsung di Taman Sari Banda Aceh. Kegiatan ini dapat dilaksanakan dengan menggabungkan tiga kekuatan besar, yaitu Pemerintah Aceh, Pemerintah Kota Banda Aceh, dan Panitia ‘Aceh Hijriah Carnival’, yang didukung Kementerian Pariwisata Republik Indonesia.

“Selain pameran, event “Aceh History’s Exhibitions” di Taman Sari nantinya juga akan dilakukan Lounching ‘Calender Hijriah Aceh’, serta penampilan tari sufi dan musik religi, seperti Rabbani Wahid, Shalawat Madadulhag Zawiyah Nurun Nabi, Tangke, Debus Rimueng Jagat, Krak, Nasyid Alif, William, Guava, Amoeba,  Nasrul Komedian Aceh,” ujar Sarjev yang juga Ketua DPD Asosiasi Karnaval Indonesia Provinsi Aceh,” kata Sarjev, didampingi Manager Acara Aceh History’s Exhibitions, Zahlul,

Sarjev menambahkan, kegiatan karnaval dan pameran ini digelar untuk menunjukkan ke dunia luar bahwa Aceh pernah memiliki masa keadigjayaannya pada masa Sultan Iskandar Muda, di mana Aceh pernah sejajar dengan 5 kekuatan islam terbesar dunia, di antaranya Turki Ustmani, Isfahan Iran, Maghribi Fatimiyah, Moghul (Mughal) India, dan Atjeh Darussalam.

“Dengan adanya kegiatan ini diharapkan para generasi penerus Aceh, dapat mengetahui kebesaran islam dan kebudayaan di Aceh, serta mereka dapat merasa bangga dengan kegemilangan Aceh pada masa lampau, untuk menyongsong masa depan Aceh yang lebih gemilang,” ujarnya.

Sarjev juga berharap, Pemerintah Aceh dapat mengagendakan event ‘Aceh Hijriah Carnival’ dalam calendar event Aceh, dimana kegiatan ini dapat digelar setiap tahunnya dalam peringatan 1 Muharram dan menjadikan Banda Aceh, ikon kota madani internasional, sebagaimana yang dicita-citakan Walikota Banda Aceh Illiza Sa’aduddin Djamal.

Peluncuran Almanak Hijriah Aceh

Pada acara ini, dijadwalkan pula peluncuran kelender Hijriah untuk Aceh. Salah seorang panitia, Haekal Afifa, mengatakan, Kalender Hijriah Aceh lahir dari rasa kegelisahan anak-anak muda Aceh yang peduli terhadap sejarah dan kebudayaan Aceh, khususnya tantangan dan serangan budaya luar yang merusak etika dan moral. Kelender Hijriah Aceh menjadi gagasan tanding terhadap nilai dan budaya barat melalui Kalender Masehi saat ini.

“Banyak filosofi-filosofi barat dan kebudayaan luar saat ini yang terdapat dalam Kalendar Masehi, oleh karena itu kami menggagas kelendar Islam sebagai gagasan tanding, untuk melawan produk-produk kebudayan yang diimpor. Peluncuran ini pertama kali dilakukan sebagai apresiasi yang semestinya didukung oleh semua element di Aceh,” ungkap Haekal.

1 Muharram 1447 H dalam Novel Aceh 2025

Perayaan 1 Muharram 1437 H -yang baru pertama kali dilakukan- mengingatkan orang pada novel Aceh 2025 karya Thayeb Loh Angen. Di sana disebutkan, Aceh merayakan 1 Muharram 1447 H -1o tahun dari 2015- dibuat besar-besaran -terbesar di dunia- dipimpin oleh seorang walikota perempuan, Cut Nurul Qamaria, yang berusia sekira 25 tahun.*

Belum ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait