PM, TAPAKTUAN – Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Aceh Selatan, Cut Yusminar APi, mengatakan, kandungan Sumber Daya Alam (SDA) sektor perikanan darat dan laut melimpah di daerah itu.
Karenanya, hasil produksi ikan berpotensial diolah dalam berbagai bentuk, tidak hanya ikan asin, tapi bisa menjadi bakso, nugget, dan sosis berbahan baku ikan tersebut.
“Kalau diolah dalam beberapa macam, akan mampu meningkatkan perekonomian para nelayan,” kata Cut Yusminar di hadapan masyarakat Kecamatan Trumon, saat menyerahkan paket bantuan alat dan bahan pengolah hasil ikan kepada dua kelompok nelayan di gampong Keude Trumon dan Teupin Tinggi, Selasa (15/09/2015).
Untuk mendukung program itu, sambung Cut Yusminar, Dinas telah mengusulkan anggaran untuk pengadaan mesin pemisah tulang dengan daging ikan (Fish Meat Bone Separator) dalam APBK tahun 2016.
“Pada tahun 2015 ini, kelompok nelayan di Keude Tromun dan Teupin Tinggi sudah menerima alat dan bahan pengolah hasil ikan termasuk gudang dan bangsal. Jika program pengadaan mesin pemisah tulang dengan daging ikan terwujud tahun 2016 nanti, akan mendukung nelayan untuk mengolah hasil ikan,” papar Cut Yusminar.
Menurutnya, selama ini, untuk kebutuhan makanan ringan seperti bakso dan sejeneisnya, masyarakat Aceh Selatan membeli di toko atau supermarket. Hal tersebut dinilainya sebuah langkah keliru dan merugi, sebab kandungan sumber daya alam sektor perikanan melimpah.
Padahal, kata dia, jika dikaji dari segi asupan gizi atau vitamin yang dihasilkan makanan ringan yang dibeli dari toko atau supermarket itu, belum tentu sebanding dengan asupan gizi atau vitamin yang dihasilkan dari bakso, nugget atau sosis yang terbuat dari bahan baku ikan.
“Produk dalam kemasan belum terjamin kebersihan dan kehalalannya sebab masyarakat tidak tahu di mana produk itu dibuat serta bagaimana cara pembuatannya, termasuk bahan apa saja yang terkandung di dalamnya,” ucap Cut Yusminar.
Cut menyemangati masyarakat denan memberi contoh kreatifitas pengusaha di Sidoarjo, Jawa Timur. Di daerah itu, masyarakatnya mampu membuat produk kerupuk udang yang terkenal seantero negeri ini.
“Pembuatan kerupuk udang itu bermula dari kreatifitas seorang masyarakat setempat yang mengumpulkan kepala udang sisa dari sebuah pabrik. Dengan kesungguhan dan kerajinannya, kepala udang hasil pembuangan itu mampu dijadikan kerupuk udang yang sangat terkenal saat ini, pemasarannya sudah merambah seluruh Indonesia bahkan manca negara,” ucapnya.
Karenanya, Cut meminta masyarakat segera mengolah ikan menjadi produk makanan ringan sehingga hasil produksinya mampu dipasarkan di dalam dan luar daerah, bahkan bisa merambah ke Sumatera Utara.
“Jika produk hasil perikanan itu telah tumbuh, maka upaya Pemkab Aceh Selatan mendatangkan investor ke dalam daerah juga lebih mudah, sebab telah ada bukti hasil produk perikanan yang akan dijual atau ditawarkan kepada pihak investor,” katanya.
KEPALA Dinas Kelautan dan Perikanan Aceh Selatan, Cut Yusminar APi sedang menyerahkan paket bantuan alat dan bahan pengolahan ikan kepada kelompok nelayan di Kecamatan Trumon yang diterima oleh perwakilan ketua kelompok di Keude Trumon, Selasa (15/09/2015). Foto: Hendrik Meukek.
[PM005]
Belum ada komentar