PM, Banda Aceh – Sastrawan asal Aceh yang namanya tengah terangkat dalam dunia sastra Indonesia, Arafat Nur bicarakan sastra dengan pelajar Sekolah Hamzah Fansuri (SHF), di Jantho, Aceh Besar, Sabtu 12 September 2015.
Pembicaraan tentang sastra tersebut merupakan bagian dari kegiatan Kemah Sastra Hamzah Fansuri (KSHF) yang dilaksanakan dalam rangkaian Kemah Seniman Aceh ke 4 di ibukota Aceh Besar tersebut.
Arafat mengisahkan tentang proses dirinya menulis novel berjudul Lampuki yang memenangkan hadiah sastra paling bergengsi di Indonesia, Literary Khatulistiwa Award, pada 2011, dan salah satu novel terbaik menurut Dewan Kesenian Jakarta. Novelnya setelah Lampuki telah diterbitkan ke dalam bahsa Inggris di Frankfrut, Jerman, dan telah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa asing.
“Perbanyaklah membaca karya sastra yang berkualitas. Di antaranya karya Orhan Pamuk, sastrawan asal Istanbul, Turki. Salah satu novelnya bertajuk ‘My Name is Red’ mendapatkan nobel sastra dunia pada tahun 2006. Selain itu, novel Orhan ada ‘Snow’, ‘Istanbul: Kenangan sebuah Kota’ dan banyak lagi,” kata Arafat Nur, di Jantho, sore Sabtu, (12/09/2015).
Dalam pembicaraan singkat tersebut, Arafat menganjurkan peserta kelas SFH membaca novel karya Haruki Murakami, Gabriel Marquez, Tariq Ali, dan beberapa buku lain seperti cerpen karya Borges, dan sebagainya.
Pada siang Ahad, (13/09/2015), Arafat Nur kembali membagi pengalaman tentang menulis. Lelaki yang menetap di Lhokseumawe ini meyakini, untuk menjadi penulis, seseorang harus banyak membaca.
‘Tanpa membaca, maka seseorang itu tidak akan bisa menjadi penulis. Karenanya, apabila ingin menjadi penulis, maka perbanyaklah membaca,” kata Arafat Nur.
Pengurus SHF, Thayeb Loh Angen, mengatakan, pelajar SHF yang ikut dalam pembicaraan tersebut adalah enam orang, empat orang di antaranya adalah peserta Kelas Sastra dan Perkabaran SHF periode Mei-September 2015 yang pada Jumat 11 September 2015 telah ditutup.
Dua orang lagi yang ikut adalah peserta yang telah mendaftar untuk yang sama periode Oktober-Desember 2015. KSHF kali ini agenda SHF dalam meramaikan Kemah Seniman Aceh ke 4 yang dilaksanakan DKA (Dewan Kesenian Aceh) dan Dewan Kesenian Aceh Besar (DKAB).
“KSHF yang konsepnya dibuat sejak tahun 2012 dan telah dilaksanakan pada 2013, berencana dibuat lagi pada akhir Desember 2015 di pusat kota Banda Aceh,” kata Thayeb yang merupakan penulis novel Aceh 2025.
[PM005]
Belum ada komentar