PM, Kualasimpang – Puluhan rumah berserta lahan perkebunan milik masyarakat di Kabupaten Aceh Tamiang terancam disita bank. Hal tersebut dikarenakan jatuhnya harga jual sawit dan karet di sejumlah agen.
arga Tandan Buah Segas (TBS) kelapa sawit di Aceh Tamiang menurun hingga Rp. 500 per kilogram dan jatuhnya harga karet ke level Rp. 4. 500 per kilogram sejak dua bulan terakhir.
Hal tersebut mengakibatkan angsuran bulanan masyarakat yang selama ini meminjam uang di bank tidak terbayar.
Zainuddin (43) salah seorang agen sawit didaerah tersebut mengatakan, harga beli Tandan Buah Segar (TBS) dari petani yang biasanya mencapai Rp. 1300 hingga 1.800 per kilogram. Saat ini terjadi penurunan drastis, ia hanya mampu membeli berkisar Rp. 400 hingga Rp. 500 per kilogramnya.
Zanuddin tidak mampu menjelaskan penyebabnya apa, hanya Zainuddin mengatakan harga jual sawit di sejumlah PKS dan pabrik sangat renda.
“Bagaimana saya mau beli mahal dari petani, sedangkan harga jual ke PKS aja sekitar Rp. 800 hingga Rp. 850 per kilogramnya, dipotong ongkos angkut dan bongkar muat sawit sebesar Rp. 200 perkilogramnya,” kata Zainuddin.
Datok Penghulu kampung Wonosari, Rabu (3/09/2015) membenarkan adanya kredit macet yang dialami warganya. Menurutnya ada sekitar 20 lebih kepala keluarga yang mengalami masalah dengan pihak bank, bahkan satu di antaranya ada yang dijual oleh pihak bank kepada orang lain.
Satu rumah berserta ladang milik Sugianto dijual oleh pihak PT. Permodalan Nasional Madani (PT PNM – ULAM). Hal ini dikerenakan yang bersangkutan tidak lagi mampu membayar cicilan kreditnya di ULAM tersebut.
“Kalau tidak salah, dijual sekitar Rp. 25 juta,” ungkap Datok Penghulu Wonosari itu.
Datok tak segan-segan mengatakan dirinya juga mengalami nasib serupa dengan warganya. Sejak jatuhnya harga karet dan sawit dalam beberapa bulan ini, dirinyapun mengalami tunggakan kredit pada sebuah perusahaan simpan pinjam yang sama.
“Kami ini masyarakat petani sawit dan karet, kalau harga sawit dan karet terus-menerus anjlok, tidak tertutup kemungkinan kabun dan rumah kami disita pihak bank dan berpinda tangan dengan orang lain, bisa-bisa saya dan warga yang terancam untuk dapat hidup yang layak,” ujar Datok.
Warga sangat resah dengan kondisi harga sawit dan karet tersebut, menurutnya sejak harga kelapa sawit dan karet anjlok, sehingga perekonomian masyarakat di kampung menurun derastis.
Bahkan ada masyarakat yang tak mampu lagi untuk lanjutkan sekolah atau kuliah anaknya di sejumlah perguruan tinggi akibat turunnya harga sawit dan karet sabagai sumber penghidupan masyarakat di kampung.
Menurut amatan di sejumlah kampung, ada sekitar tujuh puluh warga yang terjerat dengan kredit macet pada sejumlah bank dan perusahaan permodalan. Misalnya, di Kampung Jambo Rambong, ada sekitar 13 rumah yang akan berurusan dengan bank.
Sedangkan di Kampung Wonosari diketahui ada sekitar 30 rumah dan lahan yang dijadikan jaminan bank, begitu juga dangan warga Kampung harum sari, Babo, Sekrak dan Pangkalan, Kebun Tengah dan sejumlah kampung lainnya di Aceh Tamiang terancam disita pihak bank.
[PM005]
Belum ada komentar