PM, Banda Aceh – Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-Raniry meluncurkan buletin An-Naba’ di aula fakultas tersebut, Sabtu (22/3/2014). Media ini diterbitkan untuk mengisi kekurangan wadah publikasi tulisan mahasiswa.
Wakil Dekan III Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Baharuddin AR, menyatakan, buletin An-Naba’ dikelola secara independen oleh sebagian mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-Raniry di bawah binaan dekanan.
“Buletin ini menjadi media penyaluran kreativitas bagi mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi untuk mengembangkan bakat minat menulis. Saya tidak mau kreativitas mahasiswa, dalam bentuk apapun, dikebiri,” ujarnya di sela-sela peluncuran dan bedah An-Naba’.
Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-Raniry, A Rani Usman, dalam sambutan peluncuran An-Naba’ mengajak seluruh mahasiswa di lingkungan fakultas yang dipimpinnya agar giat menulis.
“Siapa yang menulis pasti besar. Dulu Nasir Djamil pernah jadi wartawan Harian Serambi Indonesia, tapi kemudian ia menjadi anggota DPR RI. Menulislah dari sekarang, hasilnya akan terlihat lima tahun
mendatang,” ujarnya di hadapan puluhan mahasiswa.
Acara yang dihadiri puluhan mahasiswa itu menghadirkan tiga pembicara, M Nasir Djamil mantan wartawan Harian Serambi Indonesia dan kini anggota DPR RI, Hasan Basri M Nur dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang juga redaktur pelaksana tabloid Tabangun Aceh, dan M Saman alumni
Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang juga wartawan Harian Analisa.
Hasan Basri M Nur menekankan, An-Naba’ harus dimanfaatkan mahasiswa untuk mengembangkan keterampilan menulis.
“Keterampilan lebih penting dari ijazah saat mahasiswa keluar kampus nantinya. Seharusnya semua mahasiswa Fakultas Dakwah bisa menulis, karena ini akan berguna baginya usai mendapat gelar sarjana,” tuturnya.
Kehadiran An-Naba’ menurut M Saman, merupakan lompatan besar pada masa kepemimpinan Dekan A Rani Usman.
“Jarang-jarang pihak fakultas memberikan ruang (pers mahasiswa) kepada mahasiswa. Buletin ini bisa menjadi media magang bagi mahasiswa sebelum berkiprah di media massa atau penerbitan di luar kampus,” ujarnya.
Peluncuran An-Naba’ juga mengingatkan Nasir Djamil saat masih mahasiswa Fakultas Dakwah IAIN Ar-Raniry. Terlibat di pers kampus membuat ia terkenal di kalangan atas perguruan tinggi.
“Selama mahasiswa, saya mengelola buletin fakultas. Dengan menulis bermodal keberanian, kita terlihat seperti orang pintar. Ketika saya sidang skripsi, tak banyak pertanyaan dari penguji, karena mungkin
saya sudah dikenal dan dianggap sudah pintar,” ceritanya seraya terkekeh.
Menurutnya, budaya menulis bagi mahasiswa harus dipaksa. Buletin di fakultas sangat tepat bagi mahasiswa untuk belajar.
“Buletin ini ibarat kuah pliek (kuah khas Aceh dengan ragam sayuran_red), semua hal bisa ditulis. Tapi kalau untuk media umum, ruang yang tersedia terbatas,” sebutnya.
Selain memberikan motivasi kepada kru An-Naba’ dan peserta peluncuran, ketiga pembicara juga menyimpulkan, edisi perdana buletin An-Naba’ setebal 24 halaman itu sudah layak disebut karya junalistik mahasiwa. Namun perlu perbaikan dari segi rubrikasi dan tata letak.(PM 017)
Belum ada komentar