Komedian Legendaris Indonesia Itu Telah Pergi

Komedian Legendaris Indonesia Itu Telah Pergi
Almarhum Jojon
Almarhum Jojon
Almarhum Jojon

HARI itu, penampilan Djuhri Masdjan alias Jojon terlihat sedikit berbeda. Dengan bandana hitam, manset tato, dan rantai kalung yang membalut tubuhnya, Jojon tampil bak preman. Tentunya ini hanya akting belaka. Dalam sebuah program bertajuk Pesbukers, komedian senior itu didapuk berakting sebagai preman “garang”.

Tak ada rasa canggung di panggung. Ayah dari 10 anak (dua sudah meninggal dunia-red) ini terlihat santai saat berakting. Ia membaur dengan pengisi acara yang rata-rata berusia muda, seperti Olga Syahputra , Raffi Ahmad, dan Melaney Ricardo. Bersama mereka, pemilik kumis ala Charlie Chaplin tersebut masih sanggup “mengocok” perut penonton.

Eksistensi Jojon patut diacungi jempol. Bagaimana tidak? Ia merupakan satu dari sedikit komedian era 1970-an yang masih bertahan di tengah munculnya banyak pelawak baru.

Jojon memang bukan komedian biasa. Lebih dari separuh hidupnya, ia dedikasikan untuk dunia lawak dan akting. Bahkan di usia senjanya, Jojon masih sanggup menjalani syuting sinetron kejar tayang.  Pria kelahiran 5 Juni 1947 itu, juga kerap tampil di berbagai acara hiburan.

“Beliau selalu stripping, setiap hari ada kegiatan. Jadi kayaknya waktu istirahat di rumah sakitnya, nge-charge. Memulihkan kesehatan,” ucap komedian Tarzan yang pernah tak sengaja bertemu Jojon di rumah sakit.

Asal-usul Kumis

Bakat menghibur Jojon sudah muncul sejak usia 12 tahun. Di Karawang, pria berdarah Sunda ini pernah ikut grup sandiwara pada tahun 1959-1960. Dari sini ia belajar akting dan harus memulainya keliling kampung demi kampung.

Karier kemudian dilanjutkan sebagai pemain Reog Komwil 75 Jakarta Timur pada tahun 1967. Setelah mengalami proses perpindahan grup, Jojon pun mulai menguatkan profesi sebagai pelawak bersama Jayakarta Group.

Mereka tampil pertama kali di televisi tahun 1977 dan telah mengalami perombakan formasi beberapa kali. Hingga pada akhirnya, Jakayarta Group berjaya dengan personel Jojon, Cahyono, Uuk dan Joni. Grup komedi ini kerap kali mengisi acara lawak di TVRI seperti Aneka Ria Nusantara dan Aneka Ria Safari.

Jojon bisa dibilang paling mencolok di antara rekan satu grupnya. Ia begitu konsisten menjaga penampilan. Identitasnya selalu digambarkan dengan kumis ala Charlie Chaplin, kemeja, baju warna-warni bermotif ceria, celana gombrang yang dikenakan hingga di atas perut dan bretel yang dikaitkan pada celananya.

Penampilan tersebut, kerap menyimbolkan karakter Jojon yang lugu dan polos. Gayanya ini bahkan menginspirasi sejumlah pelawak. “Saya juga ambil lawakan dari Pak Haji (Jojon) ini. Tidak semua orang bisa melakukan gerakan Pak Haji. Mimik mukanya, dia serius dan jarang bercanda saat di panggung,” kata komedian Tukul.

Berbicara soal kumis Jojon yang khas, semasa hidupnya almarhum pernah membeberkan soal asal-usul kumis ala Charlie Chaplin tersebut. Dalam program Bukan Empat Mata yang dibawakan oleh Tukul, Jojon berseloroh bahwa ia terlihat ganteng saat muda. Agar terlihat lucu, ia pun mencoret bagian atas mulutnya sehingga terlihat seperti kumis palsu.

“Akhirnya ada satu cermin, sebelum aku melawak coret-coret (di atas bibir). Begitu aku lihat, ih pantes. Cuma aku pikir lagi setelah aku pakai kumis ini bisa menyatu nggak  sih dengan lawakan.  Tapi ternyata begitu saya keluar, main, loh ternyata orang senang, tertawa,” ucap Jojon.

Nama Jojon terus naik daun saat membintangi film Tiga Dara Mencari Cinta pada 1980. Bersama Inggrid Fernandez dan Roy Marten, Jojon melakoni peran yang hobi memelihara burung perkutut. Pada tahun 1981, Jojon dipercaya memainkan karakter banyol lewat film Okey Boss.

Di tahun yang sama, film Apa Ini Apa Itu kembali memunculkan Jojon dan rekan-rekan dari Jayakarta Group, lalu dilanjutkan film Barang Antik pada 1983. Enny Haryono sempat dua kali menjadi lawan main Jojon.

Vakum sementara dari dunia layar lebar, Jojon pun memutuskan untuk bersolo karier. Satu per satu anggota Jayakarta Group hengkang. Tapi ia tetap eksis tampil di serial-serial televisi, seperti Orang Kaya Baru dan Emak Ijah Pengen Ke Mekah.

Tidak cukup unjuk gigi di ranah akting, ia pun merambah ke dunia tarik suara dengan menelurkan album solo berbahasa Sunda berjudul Pamali. Bersama penyanyi dangdut Nais Larasati, Jojon juga pernah mengeluarkan lagu Gejrot.

Pada 2005, ia kembali diajak gabung dalam film Vina Bilang Cinta bersama pemain muda Rachel Maryam. Film selanjutnya adalah Setannya Kok Beneran? pada tahun 2008. Ini adalah komedi horor yang menampilkan  Indra Birowo dan Mario Lawalata.

Masih di tahun yang sama, Hanung Bramantyo mempercayainya melakoni film Doa yang Mengancam. Aktingnya kembali mewarnai layar lebar pada 2009 melalui film Mau Dong Ah. Di situ Jojon berperan sebagai penjaga keamanan bernasib sial.

Kemudian di tahun 2011, karier Jojon di dunia film ditutup oleh Badai di Ujung Negeri. Bersama Arifin Putra dan Astrid Tiar, kabarnya Jojon melakoni peran yang sulit. Ia didaulat sebagai sosok yang antagonis dan harus beradaptasi dengan kondisi alam Pulau Bintan.

Ingin Anak-anak Mandiri

Kejayaan Jojon di dunia hiburan Indonesia harus berakhir di usianya yang ke-66. Kamis, 6 Maret 2014 di RS Premier Jatinegara, Jojon menghembuskan napas terakhir pada pukul 06.10 WIB akibat asma dan serangan jantung. Ia meninggalkan istri dan delapan orang anak.

Jenazah almarhum disemayamkan di TPU Blender, Kebon Pedes, Kota Bogor. Tampak beberapa teman sesama pelawak seperti Bopak, Gogon dan Tukul mengantarnya ke tempat perisitirahatan terakhir.

Di mata beberapa selebritas, Jojon dikenal sebagai karakter yang tenang. Menurut Bella Saphira, sifatnya sangat berbeda dengan yang ia tunjukkan di atas panggung. Duka yang mendalam juga disampaikan oleh Dorce. Baginya, jika presiden di seluruh dunia memiliki wakil, sosok Jojon justru tak dapat diwakili oleh siapapun.

Sementara itu di mata keluarga, Jojon dikenal sebagai sosok berwibawa dan bertanggung jawab. Tak pernah ada kata-kata kasar yang terlontar dari mulutnya. Saat marah, Jojon justru akan langsung terdiam.

“Papa tuh dia di panggung menghibur masyarakat. Nah, kalau di rumah, dia senyum. Terus suka ada ucapan sedikit keluar, tapi sering bikin ketawa juga. Dia sosok yang menghibur keluarga,” ujar anak sulung Jojon, Adi.

Dalam mendidik anak, Jojon cukup tegas. Ia ingin anak-anaknya hidup mandiri, punya inspirasi dan inisiatif. “Kalau lihat ada anak yang nggak kerja, kadang dia suka kasih uang buat modal. Tapi dibercandain dulu,” kata Adi.

Sebelum meninggal, diakui Adi, ayahnya memberikan pesan kepada anak-anaknya. Jojon ingin anak-anaknya untuk terus melestarikan kebudayaan. Ia pun berjanji akan mewujudkan pesan terakhir ayahnya.

“Saya harus meneruskan apa yang sudah dirintis ayah saya. Mengembangkan seni budaya,” ujarnya.

Putra Jojon yang lain, Indra, juga mendapatkan pesan dari ayahnya, “Beliau berpesan kalau ingin menjadi seperti dia, harus kerja keras dan berdoa.”

Dan komedian legendaris itu pun berpulang. Selamat jalan Jojon…[vivanews]

Belum ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait